Di tengah kesibukan kota modern yang serba cepat, Ferdy, seorang pria yang dulunya memiliki segalanya, kini menjadi pecundang. Ditinggal istri yang telah meninggalkannya, Ferdy merasa hidupnya hancur dan tak memiliki arah. Kesehariannya dipenuhi dengan kesedihan dan keraguan, mengingat kembali kejatuhannya dari puncak keberhasilan hingga menjadi seseorang yang tidak diperhitungkan.
Suatu hari, untuk melarikan diri dari kenyataan pahitnya, Ferdy memutuskan untuk pergi ke gunung, mencari ketenangan dan mungkin sebuah jawaban. Dalam perjalanan menuju puncak, ia terperosok ke sebuah gua misterius yang tersembunyi dari pandangan umum. Di dalam kegelapan gua itu, Ferdy menemukan sebuah gelang antik yang mengeluarkan cahaya lembut. Tanpa disadari, gelang itu adalah kunci dari sebuah sistem kekayaan dan kekuatan yang tak terbayangkan sebelumnya.
bagaimana cerita ferdy bangkit dari keterpurukan menuju ke kekuasaan tetapi masih memiliki kebaikan dan membantu sesama yang kesusahan dan menderita
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon F3rdy 25, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
menangkap Basah
Ferdy duduk di ruang kantornya yang tenang, tapi pikirannya sibuk dengan satu fokus.
menangkap basah Dodi dan siapapun yang terlibat dalam skandal keuangan ini.
Ia tahu, ada sesuatu yang lebih besar dari sekadar transaksi mencurigakan, dan dia tidak akan membiarkan siapapun yang bermain-main dengan usahanya lolos begitu saja.
Ferdy menghela napas panjang, memikirkan langkah selanjutnya. Lalu, Sisum muncul dalam pikirannya. “Tuan, apakah anda siap untuk mengaktifkan skill hacker-mu? Ini akan memberi kamu akses penuh ke semua jaringan perusahaan, bahkan yang tersembunyi.”
Ferdy tersenyum samar. “Ayo, kita mulai.”
Sisum dengan cepat mengaktifkan skill itu.
Di depan laptopnya, jari-jari Ferdy bergerak lincah, mengetik barisan kode dengan kecepatan luar biasa.
Layar komputernya berubah menjadi lautan data yang seolah-olah tak berujung.
Dengan kemampuan hacker yang baru diaktifkan, dia bisa melihat setiap transaksi, setiap pesan rahasia, dan setiap file tersembunyi yang telah disembunyikan oleh para pelaku.
Beberapa menit berlalu, dan satu per satu rahasia mulai terkuak.
“Gotcha!” bisik Ferdy saat dia menemukan folder tersembunyi yang berisi bukti jelas keterlibatan Dodi dalam penggelapan dana.
Tidak hanya Dodi, Ferdy juga menemukan nama-nama lain yang terlibat, termasuk Fira dan Arman.
“anda mendapatkan semua bukti yang butuhkan, tuan” kata Sisum. “Sekarang, saatnya bertindak.”
---
**Konfrontasi Langsung**
Ferdy tahu ini saat yang tepat untuk mengakhiri semuanya.
Dia memanggil Pak Syamsul, meminta agar Dodi, Fira, dan Arman dipanggil ke ruang meeting tanpa memberi mereka kesempatan untuk kabur.
Tak lama, mereka bertiga masuk ke dalam ruangan dengan wajah yang tampak tidak tenang.
Dodi berusaha terlihat tenang, tapi keringat di dahinya tidak bisa menyembunyikan kegugupannya.
“Pak Ferdy, ada apa ini?” tanya Dodi dengan suara bergetar.
Ferdy duduk di kursinya, menatap mereka satu per satu.
“Saya akan langsung ke intinya. Saya tahu kalian bertiga terlibat dalam penggelapan dana perusahaan. Saya punya semua bukti yang saya butuhkan.”
Fira langsung pucat, sementara Arman menundukkan kepalanya, tidak berani menatap Ferdy. Dodi, yang selama ini berpura-pura tenang, akhirnya meledak.
“Itu tidak benar, Pak Ferdy! Ini pasti salah paham. Siapa yang memberi Anda informasi ini?”
Ferdy tersenyum tipis, lalu memutar layar laptopnya ke arah mereka, menampilkan seluruh bukti digital yang telah dia kumpulkan.
Semua transaksi ilegal, pesan rahasia, dan data transfer uang yang mereka coba sembunyikan terpampang jelas di depan mata mereka.
“Ini... ini...” Dodi terdiam, tak bisa berkata-kata.
Fira mulai menangis, sedangkan Arman tetap diam, pasrah. Ferdy mengamati mereka dengan tatapan dingin.
“Kalian semua terlibat dalam hal ini, dan kalian tahu apa konsekuensinya,” lanjut Ferdy. “Kalian bukan hanya berurusan dengan saya, tapi dengan hukum.”
Dodi yang sudah kehabisan akal mencoba memohon.
“Pak Ferdy, tolong... saya bisa menjelaskan. Kami hanya disuruh... ini bukan ide kami.”
Ferdy mengangkat alis. “Disuruh? Siapa yang menyuruh kalian?”
Dodi terdiam, terlihat ragu-ragu untuk menjawab.
“Kalau kamu ingin sedikit keringanan, katakan siapa yang terlibat di belakang ini,” tekan Ferdy.
Akhirnya, Dodi menyerah.
“Itu Dika... Dia yang mengatur semuanya. Dia ingin mengambil alih sebagian saham perusahaan ini.”
Nama itu membuat Ferdy terdiam sejenak.
Dika lagi. Setelah kejadian di rumah sakit, Ferdy tahu bahwa Dika tidak akan menyerah begitu saja.
Tapi kali ini, dia bermain lebih licik dengan melibatkan orang-orang dari dalam perusahaan.
“Baik,” kata Ferdy dengan nada dingin. “Kalian bertiga akan segera dipecat, dan saya akan mengajukan tuntutan hukum kepada kalian. Pak Syamsul akan mengurus prosedur hukumnya.”
Fira menangis lebih keras, sementara Arman tetap duduk dengan tatapan kosong.
Dodi, yang dulu terlihat angkuh, kini berubah menjadi pria yang kalah, tak lagi memiliki kekuatan untuk melawan.
---
**Rencana Pembalan**
Setelah memastikan Dodi dan kaki tangannya akan diurus secara hukum, Ferdy tidak membuang waktu.
Dia tahu, Dika harus dilumpuhkan, dan satu-satunya cara untuk melakukannya adalah dengan mengambil alih saham yang sedang dimainkan oleh Dika.
“Sisum, kita butuh rencana untuk merebut saham-saham yang Dika kuasai,” kata Ferdy sambil berpikir keras.
“Aku sudah menyiapkan rencana, Tuan. Kita akan memanfaatkan perusahaan-perusahaan kecil yang sedang berada di bawah pengaruh Dika. Dengan skill bisnismu, kita bisa mulai melakukan akuisisi secara perlahan, tanpa menimbulkan kecurigaan,” jawab Sisum.
Ferdy tersenyum tipis. “Bagus. Aku akan menghubungi Adit, ahli bisnis kita. Waktunya untuk bermain serius.”
Dengan kecepatan tinggi, Ferdy memulai rencananya. Dia menghubungi Adit, ahli bisnis di Universe Army, dan mereka segera menyusun strategi untuk membeli saham-saham kecil yang sedang dipermainkan Dika di pasar.
Adit, yang merupakan otak di balik berbagai kesuksesan bisnis Ferdy, bekerja dengan cepat dan teliti.
Dia menyusun proposal akuisisi yang tampak seperti transaksi biasa, tapi sebenarnya, setiap langkah yang diambil adalah bagian dari rencana untuk meruntuhkan kekuatan Dika di balik layar.
“Ini akan memakan waktu, Bos. tapi kita bisa melakukannya. Aku sudah mengidentifikasi beberapa perusahaan yang terlibat. Kita bisa mulai dari sana,” kata Adit saat mereka berdiskusi.
Ferdy mengangguk. “Lakukan secepat mungkin. Aku tidak ingin memberi Dika waktu untuk bereaksi.”
---
**Misi Akuisisi**
Hari-hari berikutnya dipenuhi dengan strategi bisnis dan akuisisi.
Ferdy dan Adit bekerja tanpa henti, menyusun rencana yang sempurna untuk merebut kembali kontrol atas saham-saham yang telah disusupi Dika.
Sementara itu, Ferdy juga terus memantau pergerakan lawan-lawannya.
Dika mungkin tidak tahu bahwa Ferdy sudah berada beberapa langkah di depan, tetapi Ferdy sadar bahwa pertempuran ini tidak akan berakhir dengan mudah.
Sisum, seperti biasa, terus memberikan informasi-informasi penting yang membantu Ferdy dalam mengambil keputusan.
“Tuan,, kita sudah menguasai sekitar 30% saham dari perusahaan-perusahaan kecil itu. Dengan sedikit lagi, kita bisa memaksa Dika keluar.”
“Apa respon dari Dika sejauh ini?” tanya Ferdy.
“Dia mulai merasa tekanan. Ada beberapa pergerakan saham yang mencurigakan, tapi dia belum tahu bahwa kita yang ada di balik semua ini.”
Ferdy tersenyum puas. “Bagus. Ini akan menjadi kemenangan besar kita.”
---
** kemarahan dika**
Setelah beberapa minggu bekerja keras, Ferdy dan timnya berhasil merebut kendali sebagian besar saham yang terlibat dalam permainan Dika.
Kini, Dika terpojok, tanpa sadar bahwa Ferdy telah meruntuhkan rencananya dari dalam.
Namun, Ferdy tahu bahwa Dika tidak akan menyerah tanpa perlawanan.
Maka, dia memutuskan untuk menghadapinya secara langsung.
Pada suatu pagi yang tenang, Ferdy duduk di ruang kantornya, menunggu kedatangan Dika. Ia telah mengatur pertemuan ini, memberikan Dika kesempatan untuk melihat langsung siapa yang telah mengalahkannya.
Pintu ruangan terbuka dengan keras..... dan Dika masuk dengan wajah penuh amarah.
“Ferdy,,...kamu pikir kamu bisa mengambil semuanya dariku begitu saja?”
Ferdy hanya tersenyum.
“Dika, ini bukan soal mengambil. Ini soal siapa yang lebih cerdas dalam bermain.”
Dika menghempaskan dokumen di atas meja Ferdy. “Kamu pikir kamu menang hanya karena ini? Aku masih punya cara lain!”
Ferdy menatap Dika dengan tenang.
“Tentu saja kamu punya, tapi setiap langkahmu sudah kuantisipasi. Saham yang kamu coba mainkan sudah kuambil alih, dan sekarang kamu tidak punya apa-apa lagi.”
Dika terdiam, matanya menyala penuh kebencian. “Kamu akan menyesal, Ferdy.”
Ferdy berdiri dari kursinya, mendekati Dika.
“Mungkin, tapi hari ini, kamu yang kalah. Kamu sudah kehilangan semua yang kamu coba rebut.”
Dika berbalik, keluar dari ruangan dengan amarah yang tak terkendali.
Tapi bagi Ferdy, ini adalah kemenangan yang manis. Dia telah berhasil membongkar semua skema licik Dika, dan kini, perusahaannya aman di tangannya sendiri.
Ferdy menghela napas panjang, menatap ke luar jendela. “Sisum, kita berhasil.”
“betul tuan, tapi belum berakhir dari semua nya, kemungkinan dika akan kembali lagi dengan sesuatu yang besar tapi kecil bagi anda tuan.”
**Bab 32 End**