Lihat saja, aku bersumpah, aku akan membuatnya memohon untuk menikah dengan ku kurang dari 100 hari ini.
Luna mengucapkan sumpah di depan sahabatnya, Vera yang hanya menganga menatap ke arahnya, merasa sumpahnya itu konyol dan takkan pernah terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RatihShinbe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35
Beberapa hari berlalu, Abel hanya bisa menyentuh tangan Luna di mobil saja. Itupun jika Luna ikut pulang bersamanya.
Abel menatapnya dari dalam ruangan. Memperhatikan nya dan berpikir bagaimana caranya agar mereka bisa bebas menyatakan hubungannya.
Devan yang sedang duduk di sana melihatnya.
"Kenapa? Luna minta putus? " tanya Devan.
Dia hanya bergurau, bicara asal.
"Sampai kapanpun aku tidak akan pernah memutuskan hubungan ku dengannya" jawab Abel.
Devan menganga tak percaya gurauan nya ternyata dijawab serius dan membuatnya tahu bahwa mereka memang punya hubungan spesial.
"Jadi benar? " Devan menyentuh tangannya.
Abel lupa, dia meraih lengan Devan yang hendak keluar.
"Jangan katakan pada Luna kalau kau tahu" pinta Abel.
"Kenapa? " tanya Devan heran.
"Nanti dia marah, dia tak mau hubungan kami diketahui semua orang" Abel merengut sedih.
Devan berpikir.
"Ahhh, dia benar. Mana mungkin kalian mengatakan kalian punya hubungan tapi nanti kamu teriak lagi sama dia di depan semua orang" ucap Devan.
Abel menatapnya kesal.
"Aku benar lah, kau selalu teriak padanya" ucap Devan.
Abel terdiam, dia tak menyesalinya tapi berpikir mungkin Luna juga berpikir hal yang sama.
"Kau akan menikahinya? " tanya Devan.
"Tentu saja! " ucap Abel yakin.
"Kalau begitu kau harus memecat Luna" ucap Devan.
Luna yang baru datang, langsung menatap sedih ke arah mereka.
"Kenapa memecat ku? " tanya nya sambil menatap mereka bergantian.
"Ya karena.... " Devan akan menjelaskan, tapi Abel lekas menutup mulutnya.
"Tidak, dia hanya bercanda" ucap Abel dengan senyum lebar terlihat bodoh.
"Ini laporan dari department variety show" ucap Luna seraya meletakkannya di meja.
"Ya, aku akan memeriksanya" ucap Abel masih menutup mulut Devan.
"Saya permisi Pak! " ucap Luna kemudian pergi.
Abel melepas tangannya, Devan merasa lega.
Abel melap tangannya ke jas Devan yang menatapnya kesal.
"Sudah ku katakan, jangan sampai dia tahu kalau kau tahu kami berpacaran! " ucap Abel.
"Hidup mu benar-benar rumit" ucap Devan.
Abel tertegun, dia kembali ingat bahwa dia juga masih belum mengatakan yang sebenarnya tentang kecelakaan keluarganya.
#
Waktu pulang tiba.
Beberapa orang menatap ke arah Abel dan Luna yang terus berjalan beriringan meski sudah waktunya pulang.
Luna merasa jadi perhatian, akhirnya dia pamit pada Abel untuk pulang sendiri saat mereka sudah hampir sampai pintu keluar.
"Saya pulang Pak! " ucap Luna seraya sedikit membungkuk.
Abel tak mau dia pergi, tapi tak bisa menghentikannya. Dia menghela menatap kepergiannya.
Awalnya dia ingin bersandar di bahunya di mobil nanti. Tapi keinginan sederhana itu oun tak bisa dia lakukan.
#
Sampai di rumah, Abel sudah selesai mandi, tapi Luna belum pulang juga. Akhirnya dia menunggu di depan rumahnya.
Suara lift bergerak terdengar olehnya. Abel melipat tangan di dada menunggunya keluar dari lift.
Tapi saat dia melihat Luna yang terlihat sangat cantik dengan penampilan nya, dia tak jadi marah.
"Pak Abel ngapain berdiri di sini kek gitu? " tanya Luna.
Abel tak menjawab, dia malah terus menatap Luna hingga dia hendak membuka pintu rumahnya. Luna merasa risih dengan tatapan nya. Abel masih menatap dan mengikutinya.
"Pak Abel mau ikut masuk? " tanya Luna.
"Panggil aku sayang saat kita hanya berdua" ucap Abel.
Luna memejamkan matanya sejenak, merasa risih dengan panggilan itu.
Abel menunggunya.
"Kau mau ikut masuk, sayang" ucap Luna pelan.
Abel tersenyum senang, Luna ikut tersenyum karena ekspresi nya.
"Boleh? " Abel malah bertanya.
"Tentu saja tidak boleh, aku mau mandi, masa kamu mau ke dalam juga! " Luna mencecarnya.
Abel kesal, dia merengut.
"Ya sudah kalau tidak boleh" ucap Abel sambil kembali ke rumahnya.
Luna merasa bersalah, seharian dia diabaikan olehnya karena merasa bahwa hubungan mereka memang belum pantas diumbar di depan orang-orang kantor.
Tapi Luna masuk ke rumahnya kemudian menutup pintunya.
Abel melipat tangannya lagi di dadanya, kesal karena Luna selalu bersikap seperti itu. Dia masuk ke kamarnya dan mulai bersiap untuk tidur.
Tapi tak bisa, dia masih kesal dengannya. Berbalik ke arah kanan dan kiri beberapa kali mencoba menyamankan posisi agar bisa tidur. Abel malah jadi semakin kesal. Dia bangun dan duduk di ranjangnya.
Tak lama kemudian suara bel pintu terdengar. Abel tersenyum, merasa senang karena berpikir Luna datang untuk membujuknya.
Abel langsung keluar dan hendak membuka pintu. Tapi yang dia lihat adalah Clara.
Abel terdiam.
"Dilihat dari ekspresi mu, kedatangan ku bukan yang kau inginkan" ucap Clara masuk begitu saja tanpa persetujuan nya.
"Aku tidak mempersilahkan mu masuk" ucap Abel masih bertahan membuka pintunya.
Clara berbalik menatapnya.
"Aku hanya akan pamit Bert" ucap Clara.
"Aku tidak peduli, apapun yang ingin kau katakan, katakan di luar, kita bisa bicara di luar saja" Abel keluar.
Clara menangkup giginya, kesal dengan sikap Abel.
Dia tak bergeming, tetap masuk dan duduk dengan bertumpang kaki.
Abel menghela, terpaksa dia harus masuk dan meminta Clara untuk cepat pergi.
"Sebaiknya cepat, aku mau istirahat" ucap Abel dengan melipat tangan di dada.
Clara memalingkan tatapannya ke arah lain, meraba seluruh ruangan.
"Rumah ini terlalu besar untuk kau tinggal sendiri Bert" ucap Clara.
"Clara aku sedang tidak ingin membahas apapun dengan mu, sebaiknya kau pergi" ucap Abel merasa sangat kesal.
"Kau tidak perduli aku bercerai dengan Novel?" Clara berdiri dan mendekat.
Abel mundur.
"Itu bukan urusan ku" ucap Abel berbalik.
Tapi Clara langsung memeluknya dari belakang.
Abel terkejut dia berusaha melepaskan tangan Clara dari perutnya.
"Kita bisa bersama lagi Bert, aku akan bercerai dengan Novel, kita bisa pergi ke luar negri, kamu bisa jadi pembalap seperti yang kamu mau lagi" ucap Clara.
Kemudian tiba-tiba, Luna datang tanpa memencet bel. Masuk begitu saja dan melihat mereka
"Aku bawa makanan kesukaan mu.... " ucap Luna dengan menunjukkan semangkuk mie.
Tapi langkah, tatapan, ucapannya terhenti saat melihat Abel dipeluk Clara.
"Ah maaf! " Luna berbalik.
Bening mengembang di kelopak matanya.
Abel memaksa Clara melepas tangannya.
"Saya taruh mie nya di sini Pak! " ucap Luna kemudian keluar.
"Luna....! " seru Abel menyusul.
Tapi Clara menarik tangannya.
"Luna sudah paham, dia pergi karena memberikan ruang untuk kita bicara. Dia tahu semuanya, dia tahu aku pacar mu Bert" ucap Clara.
"Kita sudah tidak punya hubungan apa-apa, bahkan sekarang hubungan ipar pun kalian sudah memutuskannya bukan? Kenapa dengan mu? Kenapa bersikap seperti ini Clara? " Abel benar-benar naik pitam.
"Aku juga nggak tau Bert, aku bingung dengan perasaan ku sendiri. Dulu aku begitu menyayangi Novel karena merasa iba dengan depresi nya, sekarang aku merasa menyesal karena sudah melepaskan mu" jelas Clara.
Abel menghela tak habis pikir dengan ucapan Clara.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=>>