BIARKAN AKU JATUH CINTA
Ig @authormenia
Akbar diundang ke SMA dan bertemu dengan Ami yang muda dan cantik. Hatinya terasa kembali pada masa dia masih muda, bagaikan air dingin yang dituangkan air mendidih. Dia menemukan jiwa yang muda dan menarik, sehingga dia terjerumus dalam cinta yang melonjak.
Akbar menjalin hubungan cinta dengan Ami yang berumur belasan tahun.
Bagaimana hubungan dengan perbedaan usia 16 tahun akan berkembang?
Bagaimana seorang gadis yang memutuskan untuk menikah muda harus berjuang untuk mendapatkan persetujuan dari keluarganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Me Nia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23. Ketagihan
Almond berjalan dengan langkah lebar menuju kelas Ami. Wajah cool pelit senyum itu selalu menjadi pusat perhatian para siswi yang sedang nongkrong di bangku depan kelas yang dilewatinya. Namun ia acuh tak acuh.
"Nyari siapa?" Ozi menatap Almond yang celingukan menatap ke arah dalam kelas. Jalan masuk memang sedikit terhalang oleh posisinya berdiri bersama Vino. Meski firasatnya sudah merasa tidak enak.
"Mau ketemu Ami." Sahut Almond dengan wajah datar.
"Ada urusan apa?" Ozi mengintrogasi dengan tatapan memicing.
"Jangan kepo urusan orang." Almond menatap tidak suka. "Tolong kasih tau aja ada Almond," sambungnya dengan gaya cuek.
"Songong lo. Mentang-mentang anak Jakarta seenaknya nyuruh-nyuruh." Ozi terpancing kemarahan. Maju selangkah. Namun teman di dekatnya menahan untuk mundur lagi.
"Makanya awas jangan ngalangin jalan. Geser!" Almond memerintah dengan gaya bossy.
Ami baru selesai bertelepon dengan Akbar. Situasi dan kondisi tidak memungkinkan menerima video call sekarang ini. Tidak ada tempat untuk mojok. Banyak siswa berlalu lalang. Ia memutuskan kembali ke kelas. Apalagi beberapa menit lagi jam istirahat
"Hei hei hei, Almond...Ozi!" Ami berjalan lebih cepat dan mendekat. Ia melihat dua wajah yang tidak bersahabat saling tatap dengan sengit.
Almond menoleh. Berganti tersenyum terhadap Ami dan berkata, "Mi, ayo ke kantin! Aku kan janji waktu malam minggu."
Ucapan Almond sontak membuat Ozi dan Vino terkaget.
"Kamu jadian sama Almond, Mi?" Ozi spontan bertanya.
"Hais, bukan gitu. Almond sama teman-temannya abis makan di Dapoer Ibu kemarin malam minggu." Ralat Ami dengan cepat. Tidak mau menjadi bahan gosip. Ia pun beralih menatap Almond. "Mon, aku maunya ajak Kia juga. Boleh ya?"
Almond mengangguk. "Cepetan, Mi!
Jadilah Ami memaksa Kia untuk ikut. Meski awalnya teman sebangkunya itu menolak karena minder dan sungkan. Namun ia berhasil membujuk dengan alasan Almond yang mengajak.
Tiba di kantin, suasana sudah ramai dengan siswa yang jajan. Semua meja sudah penuh. Namun ada satu yang kosong dengan terdapat tulisan 'Reserved'. Almond mengajak Ami dan Kia duduk.
"Aku booking tadi pagi." Almod menjawab tanda tanya yang tersirat di wajah Ami.
"Ya ampun nggak ada murid yang ke kantin kayak kamu, pake booking segala. Pasti pake duit ya?" Ami bertanya tanpa sungkan.
"Untuk membeli kenyamanan wajar dong ngeluarin duit." Sahut Almond santai. Ia menyuruh Ami dan Kia memesan sesuka hati.
"Mon, coba datang ke kelas aku tuh full smile. Wajahmu tuh kurang santuy. Bikin orang gemes pengen emosi kan jadinya." Ami membahas kejadian tadi sambil menunggu pesanan datang.
"Aku harus senyum sama cowok? Ogah ah. Nanti dikira aku el je be te. Dia nya aja siapa tuh namanya. Oh si Fauzi ya. Dia kepo, pake introgasi segala." Almond mengelak disalahkan.
"Oke deh gak harus full smile. Tapi tetap kudu senyum minimal tiga detik. Sama siapapun yang berpapasan sama kamu harus dipraktekin. Kalau nggak, cukup sampai disini pertemanan kita." Tegas Ami.
"Iya-iya, oke. Tapi nanti kalau banyak cewek yang ngefans sama aku, jangan jealous ya!" Almond jika ketemu pawangnya, akan luluh dan mengalah.
"B aja kok." Ami dengan santai mengetuk-ngetuk meja dengan jemarinya.
"Hais." Almond mendengkus kesal. Berbeda dengan Kia yang berusaha menahan tawa. Ia masih kaku dan takut berteman dengan Almond.
***
[Mi, kita harus vc this afternoon. Penting!]
Pesan dari Akbar diterima Ami saat tadi siang. Saat ditanya ada hal apa, Panda nya itu itu tidak membalas. Hanya membaca.
Sore ini Ami sudah selesai mandi. Lemari yang kemarin sudah dirapihkan, kini acak-acakan lagi karena galau memilih pakaian. Ingin tampil sempurna saat video call nanti, sepuluh menit lagi. Usai empat kali membandingkan, ketemulah outfit yang cocok dan membuat percaya diri.
Di Jakarta, Akbar baru pulang dari kantor. Menyapa sebentar orang tuanya yang sedang bersantai di ruang tengah. Dengan alasan gerah dan ingin mandi, ia berlalu menaiki tangga menuju kamarnya.
Ada rasa penasaran yang menggelitik usai tadi tak berhasil video call. Penasarannya timbul usai ia menyelidiki secara daring di mesin pencarian.
Mandi cepat dan memakai kaos santai, Akbar segera menempatkan ponselnya di phone holder. Sudah tidak sabar untuk menghubungi sumber mood booster nya itu.
Layar sudah menampilkan wajah cantik yang segar serta full senyum. Menyenangkan pandangan dan menyegarkan hati. Betah menatap si imut yang berucap salam dengan riang.
"Mi, aku penasaran sama gombalan Ami tadi." Akbar langsung menyampaikan unek-uneknya usai menjawab salam.
"Tanyakanlah! Neneng akan menjawab dengan senang hati and free." Sahut Ami yang malah santai tanpa merasa penasaran akan isi pertanyaan Akbar. Seolah sudah bisa menebak.
Akbar terkekeh. Malah gemas jadinya dengan ekspresi Ami seperti itu. "Tadi penasaran. Baru denger ada nama kota Pamadegan. Langsung browsing deh ternyata bener gak ada. Pamadegan itu kata dalam bahasa sunda artinya pendirian. Apa mungkin nama kampung or desa, Mi?" Lega, rasa penasarannya sudah diungkapkan.
"Hm, seperti itu." Ami manggut-manggut. "Memang betul real nya gak ada nama kota Pamadegan. Aku sengaja nguji kepekaan Kak Akbar. Eh tapi...Kak Akbar tetap baper, kan?" jelasnya sambil terkikik.
"Hei, awas ya! Berani-beraninya ngerjain." Akbar mengeratkan giginya menahan gemas. Bukan baper lagi, tapi jadi candu ingin selalu mendapat gombalan.
"Aku tuh peka dalam segala hal. Termasuk peka membaca isi hati seseorang." Sambung Akbar dengan tatapan hangat dan senyum penuh arti.
"Wow." Ami mengangkat dua jempolnya dengan mata berbinar. "Jadi makin yakin kalau Kak Akbar memang layak bergelar coach."
"Ami...Ami. Giliran disindir soal hati eh malah gak peka. Lihat saja pelan tapi pasti hatimu akan semakin terpaut padaku." Monolog Akbar di dalam hati.
"Sekarang giliran aku yang mau nguji Ami. Mau minta ganti gombalan dengan nama kota yang real! Tapi aku yang akan ngasih challenge." Seringai jahil menghiasi wajaj Akbar.
"Siapa takut." Ami menjawab dengan percaya diri sambil senyum-senyum.
Akbar tertawa. Ia sangat suka dengan sikap Ami yang selalu percaya diri dan riang. "Pemalang," ujarnya memberi tantangan pertama.
"Pemalang. Pertemuan pertama langsung sayang. Cieeee." Ami mengedipkan sebelah mata.
Akbar tertawa lepas. Jawaban Ami sangat menyenangkan hatinya. Kedipannya membuat gemas.
"Next. Ciamis." Akbar belum mendapat jawaban tapi sudah ingin tertawa.
"Ciamis. Hm...cintai aku hey mas berkumis." Ami mengerjap-ngerjapkan matanya.
Lagi-lagi Akbar tergelak. Dalam hati tentu saja siap mencintai.
"Next. Bengkulu." Akbar tidak mempedulikan suara ketukan di pintu. Yang bisa dipastikan itu ART suruhan Mama Mila. Ia masih betah berlama-lama mendengar gombalan Ami. Belum ingin memutus begitu saja.
"Bengkulu. Bang...esok ke penghulu, yuk!" Ucap Ami dengan suara merajuk manja.
"Ayo, sayang. Pastinya gak akan ditolak." Akbar menjawab dalam hatinya. Ekspresi luar hanya terkekeh-kekeh.
"Kak, udah ah jangan banyak-banyak. Aku gak tanggung jawab kalo sampe Kak Akbar diabetes." Sambung Ami yang melihat Akbar terkekeh-kekeh dengan bahu terguncang.
"Makasih ya Selimut. Kamu memang smart girl. Gombalanmu tuh selalu ngangenin. Bikin hati happy. Boleh gak kalau Kak Akbar sayang sama Ami?" Akbar menatap lembut gadis cantik yang mengenakan pasmina krem.
...***...
Siapa saja readers AmBar yang kangen sama Pak Bagja? Kira-kira kali ini berjodoh gak dengan Ibu Sekar? Komen ya! 😉