Yoanda menikah dengan Bagas karena perjodohan kakek nya, tapi Yolanda sangat menyukai dan mencintai Bagas karena selain tampan tubuh Bagas ideal sehingga membuat Yolanda jatuh hati kepada Bagas, tapi Bagas sedikit pun tidak menyukai Yolanda karena postur tubuh yang subur dan tidak ideal.
Selama menikah dengan Yolanda Bagas tidak pernah menyentuh nya sama sekali, Bagas malah membenci Yolanda, hingga suatu saat Yolanda melihat Bagas dengan wanita cantik dan sangat mesra.
Setiap hari Bagas selalu menyakiti hati nya dan bahkan memfitnah dan mengusir nya dari rumah hingga hidup Yolanda terlunta-lunta karena aset yang pernah di berikan keluarga Bagas diambil nya.
Hingga suatu saat Yolanda berpikir akan merubah hidup nya dan akan melakukan balas dendam kepada Bagas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 💫✰✭𝕸𝖔𝖒𝖞𓅓 𝕹𝕷✰✭🌹, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak Tahu Diri
Aku dan Lea kaget mendengar ada suara seorang pria yang sudah berdiri di ambang pintu.
Lea mengajak pria tersebut masuk dan berbicara dengan ku."Silahkan tuan masuk." Ajak Lea dan mempersilahkan duduk.
"Kenalkan saya Leo mbak." Pria itu memperkenalkan diri.
"Saya Yolanda dan ini asisten sekaligus teman saya Lea." Ucap ku sambil menerima uluran tangan pria itu.
"Saya ingin memesan lukisan bernuansa pemandangan pedesaan yang bagus, soalnya bos saya ingin memberikan nya untuk orang tua nya." ucap Leo.
"Baiklah tuan, di dalam banyak lukisan yang anda inginkan, mari silahkan di lihat-lihat." Aku dan Lea mengajak nya ke dalam dimana tempat hasil lukisan ku di simpan.
Leo berjalan mengikuti aku dan Lea, dia mengelilingi galeri ku mencari apa yang dia mau.
Aku melihat dia mengambil ponsel dan menghubungi seseorang.
"Halo bos, saya sudah menemukan yang di inginkan bos buat tuan besar." Dengan sangat jelas aku dan Lea mendengar nya.
"Baiklah." Leo pun memutuskan panggilan dan menyimpan kembali ponsel nya.
Leo pun sudah menemukan lukisan yang dia mau sehingga Lea menyiapkan nya.
Setelah masalah harga sesuai, Leo pun membayar nya dan pergi dari galeri.
"Le, dia manis ya?" tanyaku menggoda Lea.
"Memang nya dia gula, sudah jelas dia itu manusia, yang ada pahit mbak bukan manis." begitulah Lea kalau aku goda.
Hari menjelang siang, aku dan Lea langsung menemui pak Soni di sebuah cafe sambil makan siang.
Pak Soni ini klien aku yang paling setia, dia selalu memesan lukisan buatanku.
Selagi aku bersama pak Soni, kulihat mas Bagas ada di cafe itu beserta Elena, mereka sellau bersikap mesra dan romantis, mereka tidak pandang dimana dan di depan siapa.
"Mereka memang tidak tahu diri, sudah berani bermesraan di depan umum." Batinku dengan menahan sesak di dada.
Mereka sudah seperti suami istri, dan kebanyakan para percaya kalau Elena adalah istri nya.
"Baiklah mbak Yola, dua hari lagi saya harap lukisan nya selesai." Ucap pak Soni sambil mengulurkan tangan nya.
Aku yang sedang sedikit melamun kaget begitu mendengar pak Soni bicara.
"Em, oh, iya baik pak, akan saya usahakan." Aku langsung menjawab walaupun sedikit terbata dan menerima uluran tangan nya.
Pak Soni pamit kembali ke kantor nya dan meninggalkan Yolanda dan Lea.
"Ayo kita pergi dari sini Le." Aku menarik tangan Lea.
Tapi baru juga satu langkah, aku mendengar suara Elena yang sedang menyindir ku, spontan aku pun menghentikan langkah ku.
"Apa begitu kelakuan seorang wanita yang sudah bersuami? Makan siang bukan ngajak suami nya tapi malah makan siang dengan om-om." ucap Elena dengan kedua tangan dia simpan di atas dada nya.
Aku melihat mas Bagas hanya duduk manis diam dan hanya melihat ke arah aku dengan senyuman sinis nya.
Aku sudah muak dengan kelakuan wanita itu lalu aku mebalas ucapan nya, "Kalau kamu tidak tahu dengan apa yang sedang saya lakukan, jangan pernah ikut campur." Entah keberanian dari mana aku bisa membalas nya.
"Hai, apa hak kamu bicara seperti itu sama Elena, apa yang dia ucapkan benar, seharus nya kamu makan siang dngan suami kamu bukan dengan seorang om-om, dasar wanita gendut, apa sih yang di lihat priatua tadi sehingga dia mau makan siang dengan kamu." Semakin kesini mas Bagas semakin berani menghina aku di depan umum.
"Suami? Suami yang mana? Suami yang sedang bermesraan dengan wanita seperti dia? Apa selama ini mas menganggap aku sebagai istri mas?" Emosiku sudah ngga bisa di tahan lagi hingga membuat mas Bagas langsung menampar aku karena mungkin dia malu dengan semua orang yang ada di cafe, karena selama ini dia selalu mengatakan kalau pernikahan aku dan mas Bagas jangan sampai ada yang tahu.
"Plak." dengan keras nya mas Bagas menampar aku dan membuat orang yang ada di cafe langsung menatap kami.
Lea yang dari tadi ingin membelaku aku tahan karena ini bukan urusan dia.
"Jaga bicara kamu, lihat wajah dan tubuh kamu, apa kamu berhak menjadi istri aku? Apa kalian percaya dengan semua omongan wanita jelek ini?" tanya mas Bagas kepada orang-orang yang ada di cafe.
Semua orang menatap dengan tatapan mencibir, sebagian orang ada yang ikut menghina aku.
"Saya ngga percaya kalau wanita ini istri nya tuan, dari segi penampilan saja ngga level dia, tapi kalau wanita yang ada di samping tuan, dia sangat cocok dengan tuan." Pernyataan dari salah satu pengunjung cafe membuat Elena semakin sombong dan semakin mencibir aku.
"Kamu dengar kan? dia saja ngga percaya kalau kamu istri nya mas Bagas, jadi kamu jangan ngaku-ngaku." Teriak Elena.
Aku menatap Elena dengan tajam, ingin sekali tangan ini menampar pipi dan merobek mulut nya, tapi aku selalu menahan nya, aku tidak mau semakin di salahkan.
"Berani ya kamu sama aku, dan ini_ ini adalah hukuman buat wanita jelek yang tidak tahu diri." Elena menyiramkan kopi yang masih panas ke muka ku.
Aku menjerit karena panas membuat Lea kaget dan langsung membawa ku pergi dari cafe tersebut.
Sebelum aku pergi, aku melihat mas Bagas malah tersenyum sambil memeluk mesra Elena.
"Awas kalian, tunggu pembalasan ku." aku hanya bicara dalam hati sambil menahan rasa panas nya dari air kopi yang Elena siram ke muka ku.
Dengan sigap Lea langsung membawaku ke sebuah rumah sakit terdekat.
Sepanjang jalan Lea terus memarahi aku, aku tahu dia marah karena dia sayang sama aku.
"Kenapa sih mbak tadi hanya diam saja, kenapa ngga mbak tampar atau jambak sih? Dan kenapa mbak menahan aku untuk melakukan nya? Aku sudah ngga tahan mendengar mereka menghina mbak, mereka sungguh keterlaluan." Lea terus nyerocos karena kesal dengan aku yang hanya diam saja.
Lea langsung memarkirkan mobil di tempat parkiran rumah sakit, Lea langsung membawa ku ke dalam rumah sakit dan meminta bantuan suster jaga.
Seorang pria yang akan memberikan sebuah lukisan sebagai kado kepada wanita yang sangat ia sayangi melihat Yola yang sedang di bawa oleh suster ke ruangan dokter pun ikut mengikuti nya.
"Dia kan Yola, kenapa dengan dia?" bathin seorang pria lalu mengikuti nya sampai di depan ruangan yang akan di kunjungi nya.