Vivian, kelinci percobaan dari sebuah lembaga penelitian, kembali pada satu bulan sebelum terjadinya bencana akhir zaman.
selama 8 tahun berada di akhir zaman.
Vivian sudah puas melihat kebusukan sifat manusia yang terkadang lebih buas dari binatang buas itu sendiri.
setidaknya, binatang buas tidak akan memakan anak-anak mereka sendiri.
.
.
bagaimana kisah Vivian memulai perjalanan akhir zaman sambil membalaskan dendamnya?
.
jika suka yuk ikuti terus kisah ini.
terimakasih... 🙏🙏☺️😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Roditya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 35. meninggalkan apartemen.
Saat ini, Vivian tengah mempersiapkan perbekalan yang akan mereka bawa menuju pangkalan keesokan harinya. Ia menyiapkan cukup banyak makanan jadi yang diolahnya di apartemen selama lima hari terakhir ini dan memasukkannya ke dalam ruang agar terjaga kesegarannya.
"Apakah benar-benar tidak ada yang bisa aku lakukan? Aku sangat bosan," keluh Kris yang merasa kebosanan karena tidak ada yang bisa diajak bicara.
"Jika bosan, lakukanlah sesuatu yang berguna. Seperti ... berlatih mungkin." Vivian memberikan saran.
"Apakah kamu masih lama ... Lagian, besok kita sudah akan meninggalkan apartemen, mengapa kamu masih sibuk di dapur dan tidak beristirahat dengan nyaman."
"Tidak bisa Kris ... kita tidak akan tahu berapa lama kita akan mencapai pangkalan yang dibangun oleh pemerintah. Bagaimana bisa aku bersantai dan tidak melakukan apapun. sedangkan di luaran sana, bukan hanya manusia saja yang memiliki kekuatan. Binatang dan tumbuhan pun mengalami mutasi genetik akibat kejatuhan meteor pada hari pertama bencana."
"Binatang bahkan tumbuhan juga mengalami mutasi genetik?" Kris terduduk tegap setelah mendengar Vivian mengatakan hal tersebut.
"Bukankah kamu sudah sering melihat binatang yang bermutasi. Blacky, salah satunya." jelas Vivian.
"Emm... Kris, datanglah malam ini ke kamarku. Ada yang ingin aku bicarakan secara pribadi denganmu," Vivian lalu berlalu ke lantai atas setelah mengatakan hal tersebut kepada Kris.
.
"Apa yang ingin kamu katakan Vi ..." memasuki kamar Vivian. "Hei ... Hei ... Apa yang kamu lakukan!!" Kris panik melihat Vivian membuka pakaian luarnya, meskipun wanita itu memunggunginya. "Kamu ..."
Perkataan Kris tidak bisa di lanjutkan karena pemuda itu melihat tanda lahir berbentuk kupu-kupu di bahu sebelah kanan milik Vivian. Dengan gemetaran, Kris menyentuh tanda itu dengan tak percaya.
"Vi, i-ini ..."
Vivian kembali memasang pakaiannya, "Seperti dugaanmu."
Menggelengkan kepala, "Tidak. I-ini tidak mungkin kan?" Kris membalikkan badan Vivian dan menggenggam kedua bahu wanita itu dengan kuat. Ia memandang kedua bola mata Vivian, berusaha mencari kebohongan dari mata tersebut. Tapi, nihil. Tentu saja tidak ada. Karena Vivian memang sedang tidak bercanda.
"Jadi. Kamu sudah mengetahui bahwa kamu sebenarnya adalah saudara kembarku, makannya kamu ingin tinggal disini, kan? Argh ..." Kris mengacak rambutnya frustasi, "Kenapa kamu tidak mengatakannya dari awal!!"
"Aku takut kamu tidak akan mempercayainya." Ucap Vivian polos.
"Tapi kamu membuatku salah paham! Kamu tahu, aku selalu sangat mencintaimu hingga rela tinggal di kota ini. Ini semua, argh ... Aku ingin istirahat. Biarkan aku mencerna informasi ini terlebih dahulu," Kris meninggalkan kamar Vivian dengan langkah gontai.
"Kris ..." Vivian ingin mencoba menghentikan Kris keluar dari kamarnya. Tapi dia juga tahu, bahwa pria itu pasti butuh waktu sendiri untuk mencerna semuanya.
Tidak mungkin Kris akan dengan mudah menerima bahwa wanita yang dikejarnya selama bertahun-tahun, ternyata merupakan saudara kembar yang telah dipisahkan dengannya selama puluhan tahun.
.
"Ada apa dengan kalian berdua?" tanya Peter ketika dia melihat wajah Vivian dan Kris yang kuyu.
"Tidak apa-apa." Kris lalu menggendong ransel miliknya dan keluar apartemen terlebih dahulu.
"Adakah yang bisa aku bantu." Ucap Peter menawarkan diri.
"Tidak perlu, Akh!" Vivian hampir terjatuh karena kehilangan fokus.
"Kamu baik-baik saja? Jika memang sedang tidak sehat, lebih baik kita tunda keberangkatan kita." Peter memegang kedua bahu Vivian untuk membantunya menstabilkan tubuh.
Kris yang tadi sudah berjalan agak jauh. Kini kembali dan menarik tangan Peter dari bahu saudarinya. "Singkirkan tanganmu dari Vivi. Semua pria itu buaya, jauh-jauh, hus ... hus..." Kris membuat isyarat tangan mengusir.
Vivian yang melihat Kris masih perhatian kepadanya menjadi lega dan tersenyum manis ke arah pria tersebut. "Kris ..."
"Apa yang kamu lakukan berjalan seperti kura-kura. Bisa tidak. Lebih cepat sedikit." Kris pura-pura marah dan menarik pergelangan tangan Vivian guna menjauhi Peter.
Meskipun Kris sekarang tahu bahwa tidak mungkin untuk menikahi Vivian. Tapi, siapa yang akan melarangnya menjaga adik kembarnya itu dari predator seperti Peter yang selalu mengincar adiknya di setiap kesempatan.
Jangan kira dia tidak tahu bahwa Peter tengah mengincar Vivian. Insting laki-lakinya mengatakan, Peter sangat berbahaya jika di biarkan mendapat kesempatan bersama Vivian, sendirian.
'Aku baru saja mendapatkan saudariku. Mana mungkin akan aku biarkan dia menikah dengan cepat.' Batin Kris.
Peter yang kehilangan aroma Vivian, menjadi sedikit tidak senang melihat Kris yang sekarang menjadi lebih protektif dengan wanita itu.
Peter sadar, bahwa Kris menyukai Vivian sehingga dia selalu menghalanginya mendekati wanita tersebut. Tapi entah mengapa, sepertinya hari ini mereka menjadi lebih dekat. Dan hal itu tentu saja membuat dirinya tidak senang.
Saat mereka akan keluar apartemen, meraka dihentikan oleh William yang kebetulan baru saja masuk dari tangga selepas membuang sampah.
"Kalian akan keluar?" tanya William bingung ketika melihat ketiga orang itu Kris, Peter, dan Vivian membawa ransel yang cukup besar di punggung.
"Kami akan pergi ke pangkalan."
Mengerutkan kening, "Kenapa kalian tidak memberitahuku berita sepenting ini. Aku kira, kita adalah teman." Protes William.
Kris berbalik menghadap William. "Bukankah sudah aku katakan sebelumnya. Jika kamu masih ingin bersama kami, maka, selesaikan dulu urusanmu yang berantakan dengan para wanita itu."
"Tapi mereka juga korban. Bagaimana bisa kita begitu kejam terhadap orang lain."
"Kalau begitu, jangan katakan kita berteman." Ucap Kris dengan dingin.
"Mengapa kita bukan teman. Aku kira kalian sungguh-sungguh ingin membentuk tim denganku saat itu."
"Kami memang ingin membentuk tim denganmu, awalnya. Tapi, apakah kamu berpikir kami masih membutuhkan pria egois yang mencoba melindungi orang yang ingin mencelakakan anggota tim? Maka, mimpimu terlalu tidak realistis."
"Aku ... aku hanya ..."
Cklek
Pintu apartemen William terbuka, dan seorang anak kecil berlari menghampiri William sambil menangis.
"Pa ... man ... hu ... u ... u ... bibi rose jahat ... Dia tidak mengizinkanku ma ... kan ... hu ... u ... u ..." Adu anak tersebut kepada William.
"Lihat. Ini adalah sifat Korban yang kamu katakan." Kris berkata dengan menekankan kata korban.
"Kami akan pergi, semoga kamu baik-baik saja," Kris lalu menggenggam tangan Vivian untuk meninggalkan tempat tersebut.
Sesampainya di luar apartemen. Kris, Peter, dan Vivian di terpa oleh hawa lembab yang diakibatkan oleh lumpur yang tergenang di mana-mana.
Mereka bertiga-pun terpaksa memobilisasi kekuatan mereka di telapak kaki guna menopang agar tidak tenggelam ke dalam lumpur yang masih basah.
"Jika tahu seperti ini keadaannya, aku lebih memilih untuk pergi saat banjir." Ucap Kris yang kelelahan dengan keringat sebesar biji jagung menetes di dahinya yang putih.
"Bagaimana jika kita mencari tempat beristirahat," Peter khawatir melihat Vivian yang sama lelahnya dengan mereka tapi tidak ada sedikitpun kata keluhan yang keluar dari bibir tipisnya itu.
"Bagaimana jika kita beristirahat di bangunan itu," tunjuk Kris pada sebuah bangunan penuh lumpur yang sebagian dindingnya hancur. Namun, bangunan itu sudah merupakan bangunan terbaik di sekitar sana.
"Kalau begitu, kita akan beristirahat di sana terlebih dahulu sebelum melanjutkan perjalanan." Vivian juga menyetujui usulan mereka.
Nanti repot bawa pulangnya Nek
aku juga pengen hehe...
pengen juga punya ruang hehe
author juga terimakasih atas dukungannya 😊