Cinta Sederhana

Dua minggu kemudian

Siang ini Kasih bersiap untuk pulang setelah mata kuliahnya selesai.

"Sep, aku pulang duluan ya."

"Kamu hati-hati Kasih."

Septi selalu mengingatkan itu kepada Kasih, karena tidak bisa dipungkiri Dia kadang masih gelisah dengan Kasih yang melamun sendiri.

"Iya Sep, insyaallah aman."

"Oke, Kalau ada apa-apa langsung telepon ya. Lagian aku mau jalan he he he he.."

Septi udah dapat gebetan baru aja.

"Iya sana jalan, aku pulang ya."

"Oke hati - hati."

Kasih menjalankan sepeda motornya meninggalkan area kampus menuju ke warung Bude untuk mengambil tempat kue dan uangnya.

Setelah sampai Kasih segera masuk ke dalam warung dan segera berpamitan setelah selesai.

"Kasih kok buru - buru terus, biasanya ngobrol dulu sama Bude."

"Maaf Bude, Kasih banyak tugas kuliah jadi mau langsung ngerjain di rumah."

Bohong Kasih dia sebenarnya masih waspada dan berjaga siapa tahu Akmal tiba-tiba datang.

"Oh.. Ya udah hati-hati Kasih jangan lupa ya besok pesanannya."

"Baik Bude, Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Kasih keluar dari warung dengan menenteng tas yang berisi wadah kue itu menuju ke sepeda motornya.

"Kasih..."

Panggil seorang wanita dan membuat Kasih memandang ke arah suara itu.

"Oma..."

Kata Kasih melihat wanita yang berjalan ke arahnya.

Kasih bingung antara mau pergi namun merasa tidak sopan tapi juga malas untuk berbicara dengan keluarga Akmal lagi.

"Kasih, tunggu sebentar."

Oma bersama Akmal benar-benar menjalankan rencana mereka sebenarnya selama beberapa kemarin Akmal selalu memantau Kasih dari kejauhan hingga dirasa sudah tepat mereka melancarkan aksinya.

~Flashback On~

Malam itu setelah pulang dari kantor Akmal mencari Omanya dikamar nya.

"Masuk Akmal."

Omanya selesai mengaji dan Akmal masuk ke dalam.

"Ada apa cucu Oma kesini ini."

Akmal duduk disamping Omanya.

"Akmal mau bicara boleh Oma.?"

"Mau bicara apa.?"

Ucap Omanya sambil tersenyum dan menatap wajah cucu kesayangannya.

"Akmal boleh minta tolong Oma."

"Apa yang bisa Oma bantu.?"

"Oma, tolong temui Kasih. Akmal sudah tidak tahu bagaimana caranya untuk berbicara sama Kasih. Dia selalu menghindar dari Akmal."

Omanya malah tersenyum dan mengusap tangan Akmal.

"Kamu belum bisa melupakan Dia.?"

"Akmal tidak akan sanggup untuk melupakan dia Oma. Akmal benar-benar jatuh cinta sama Kasih, tolong Akmal ya Oma."

"Ucapan Mamamu memang sangat menyakitkan, siapapun yang dikatakan seperti itu pasti akan marah tak terkecuali Kasih. Dia bukan wanita lugu yang tidak punya perasaan seenaknya dikatakan seperti itu sama Mama kamu."

"Akmal paham Oma, tapi Akmal mau memperbaiki semuanya."

"Rencana kamu gimana.?"

"Kasih setiap pulang kuliah pasti ke warung Oma, sudah dua hari ini Akmal memantau dia tapi Akmal tak berani menemuinya dengan melihat dia saja Akmal sudah senang."

"Baik Oma akan coba ya, kalau dia tidak bisa menerima Maaf kita ya sudah yang penting kita sudah berusaha meminta maaf."

Akmal tersenyum dan menganggukkan kepalanya namun wajahnya masih terlihat kurang lega.

"Kamu masih mau Kasih kembali sama Kamu.?"

Akmal tersenyum.

"Maunya Oma, seperti kemarin Akmal jadi lebih semangat menjalani hidup."

"Kita minta maaf saja dulu nanti baru berusaha mendekatinya lagi."

"Iya Oma."

~Flashback Off~

Kasih meletakkan tempat kue itu di sepeda motornya sedangkan Oma berjalan ke arahnya.

"Apa kabar Kasih."

Oma mengulurkan tangannya.

"Baik."

Kata Kasih sambil meraih tangan Oma.

Kasih bersikap baik kepada Oma karena memang di saat pertemuan mereka kemarin terlihat kalau Oma bisa menerimanya.

"Panggil Oma dong."

Canda Oma dan nampak Kasih yang sungkan sambil mengedarkan pandangannya mencari seseorang.

"Iya Oma."

"Kamu buru - buru ya mau pergi."

"Kasih, ada perlu Oma sudah ditunggu Ibu di rumah. Maaf Oma."

Sebenarnya hanya alibi dari Kasih untuk menghindarinya karena pasti Omanya ini tidak sendirian menemuinya.

"Oma mau minta waktunya sebentar saja, boleh.?".

"Ada apa ya Oma."

"Kita ngobrol yuk sebentar aja, Oma mau bicara sama kamu."

Oma berbicara dengan lembut membuat Kasih tak tega menolaknya.

"Kasih nggak punya banyak waktu, maaf Oma."

"Hanya sebentar kok, mau ya Oma udah jauh ke sini."

Kasih merasa tak enak.

"Kita duduk sana aja Oma."

Kasih menunjuk ada bangku kosong di bawah pohon biasanya untuk makan di waktu jam makan siang jika warungnya tidak muat.

"Baiklah."

Mereka berdua duduk dibangku itu dan ada Akmal sebenarnya yang mengamati mereka berdua.

"Kasih apa kabar.?"

Oma meraih tangan Kasih.

"Baik Oma."

Kata Kasih dengan tersenyum ramah.

"Kamu sendirian?".

"Iya Oma."

Kasih sambil menganggukkan kepalanya.

"Kasih Oma minta maaf."

Kasih menatap ke arah Oma dengan heran.

"Oma nggak punya salah sama Kasih."

"Oma, minta maaf karena keluarga Kami sudah menyakiti perasaan kamu Kasih."

Kasih tersenyum.

"Oma, Kasih memang sakit hati tapi setelah Kasih pikir memang inilah yang terbaik menurut Allah untuk Kasih. Memang Kasih harus sadar dengan posisi Kasih, Oma."

Oma menatap wajah Kasih yang bicara dengan tersenyum namun di dalam hatinya sakit.

"Kasih, Oma merasa bersalah dengan kamu. Maafkan Mamanya Akmal ya, jangan dimasukkan ke dalam hati."

Kasih rasanya memang ingin marah meluapkan semuanya namun, tak pantaslah ia begitu dengan orang tua memang ini jalannya.

"Oma, yang dilakukan sama Tante memang yang terbaik supaya Mas Akmal mendapatkan wanita yang TEPAT dan PANTAS mendampingi nya."

Ucapan kasih penuh penekanan.

"Wanita yang pantas untuk Akmal yang seperti apa menurut kamu."

"Pastinya yang terbaik Oma, yang sepadan dengan Mas Akmal."

Akmal bisa dengan jelas mendengar percakapan Mereka karena dia tak jauh dari posisi Kasih dan Oma saat ini.

"Yang terbaik itu kamu Kasih."

Dalam hati Akmal.

"Kasih, Akmal tidak seperti Mamanya yang memang lebih suka memandang orang lain itu dari harta. Akmal tulus sayang sama kamu, jadi menurut Akmal kamu itu yang terbaik untuknya."

Kasih tersenyum namun menggelengkan kepalanya.

"Bukan Kasih Oma, Kasih tidak pantas."

Ucap Kasih masih sambil tersenyum.

"Kasih, Akmal sayang sama kamu. Bukannya kalian sudah membuat komitmen akan membawa hubungan lebih serius lagi."

"Kasih sudah menyerah Oma, biarkan Kasih menjalankan takdir ini. Ini yang terbaik untuk Kasih Oma."

"Kasih apa sudah tidak ada kesempatan lagi untuk Akmal.?"

Kasih menggelengkan kepalanya walaupun di dalam hatinya sebenarnya juga masih ada rasa namun Dia selalu berusaha untuk menepisnya supaya tidak terlalu lama larut dalam perasaannya.

"Kasih, Oma sangat senang sekali jika kalian berdua masih ingin bersama."

Kasih menatap ke arah Oma dan mencari kebohongan diwajahnya.

"Oma, Kasih dan Mas Akmal tidak mungkin bisa bersama kita berbeda. Seperti yang dibilang sama Mamanya Mas Akmal, SAYA TIDAK PANTAS."

Kasih berbicara begitu dan hampir saja menjatuhkan air matanya.

"Kasih, permisi ya Oma. Maaf Kasih takut ditunggu sama Ibu."

Kasih tak ingin dia benar-benar menangis di hadapan Oma.

"Kamu beneran mau pulang."

Oma masih menahannya.

"Iya Oma, maaf ya Oma."

"Kasih..."

🙂🙂🙂🙂🙂

Gimana kelanjutannya...