"Mulai sekarang, kamu adalah pelayan pribadiku! Kamu hanya boleh mendengar dan patuh pada perintahku!"
*****
Akibat peperangan yang terjadi antara kaum vampir dan manusia. Aurora, gadis yang masih berusia 18 tahun itu menjadi tawanan di Istana Vampir. Dan sialnya, Putra Mahkota Istana malah menjadikan Aurora sebagai pelayan pribadi atau sering disebut dengan 'Pelayan Darah'
Apakah Aurora bisa terlepas dari jerat Panggeran Felix? Atau ia akan menjadi Pelayan Darah Tuan Vampir itu seumur hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Icha Annisa Amanda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan Kairi
Sinar mentari yang memancar sempurna menerangi istana vampir yang berdiri gagah. Kairi, pria dengan tekad yang kuat itu berdiri di halaman istana, di samping kudanya.
Lalu, dari kejauhan, seorang vampir berbadan tinggi dengan langkah tegap dan wajah dingin berjalan ke arahnya. Dari jarak sejauh ini, Kairi bisa melihat dengan jelas bagaimana mata vampir itu memandangnya tajam.
Kedatangan vampir itu disambut dengan hormat oleh prajurit yang berada di sekitar Kairi, membuat Kairi menyimpulkan vampir itu pasti Pangeran Mahkota Istana yang terkenal dengan kekejamannya.
Kairi sedikit menunduk memberi hormat, karena bagaimana pun kakinya sekarang sudah berpijak di tanah kaum vampir, maka disitulah dia harus menghargai mereka. Seperti pribahasa, di mana kaki berpijak disitulah langit dijunjung.
"Terimakasih karena sudah mengizinkan saya berkunjung ke istana."
Pangeran Felix hanya menjawab dengan anggukan pelan, lalu berkata, "Tawanan mana yang kamu inginkan? Jika itu kaum wanita, maka tempatnya tidak di sini."
Kairi terdiam beberapa saat. "Saya sedang mencari seseorang, saya tidak tau pasti apakah dia termasuk orang yang menjadi tawanan perang. Dia adalah anak bungsu dari keluarga Borealis, apakah Aurora Borealis masuk dalam daftar tawanan istana?"
Mendengar nama Aurora, seketika itu juga ekspresi wajah Pangeran Felix langsung berubah, ia memandang Kairi lekat. Dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Apa hubungan pria ini dengan Aurora?
"Jika tidak ada—"
"Ada, dia berada di dalam istana." Sebuah senyum tipis muncul beberapa detik di sudut bibir Pangeran Felix. "Tapi, dia tidak berada di daftar tawanan."
"Apa maksud Anda?"
"Dia ada di daftar pelayan istana."
"Pelayan?" Kairi tertegun. Bagaimana mungkin putri bangsawan yang begitu dihormati di kaumnya dijadikan pelayan di istana vampir!
"Sampai kapanpun, dia tidak akan keluar dari istana ini, jadi sebaiknya kamu pulang saja!"
Kairi mengambil sekantong emas dari balik mantel yang ia gunakan. "Berapa harga yang harus saya bayar untuk membebaskannya?"
"Jikapun kamu mau membayar dengan nyawamu, itu tak akan cukup!"
Menelan ludah kasar, Kairi mencoba untuk tidak gentar. "Apakah dia baik-baik saja di dalam sana? Bolehkah saya bertemu dengannya sebelum pulang? Ada hal harus saya bicarakan dengannya."
Pangeran Felix menoleh ke arah seorang pelayan, lalu memberi isyarat agar pelayan itu mendekat.
"Panggil Aurora!"
"Baik, Pangeran."
Pelayan itu bergegas masuk ke dalam istana, berjalan menuju kamar Pangeran Felix untuk memanggil Aurora . Tentu saja, semua orang sudah tau kalau gadis itu pasti berada di dalam sana!
Ketika pintu kamar dibuka. Ia menghentikan langkahnya setelah melihat Aurora tertidur pulas di atas kasur. Ia sempat dilema, apakah harus tetap membangunkan gadis itu atau membiarkannya tetap beristirahat.
"Perintah Pangeran Felix yang lebih utama!" ucapnya membuat keputusan aman.
Lalu, dengan pelan ia memang tangan Aurora, sedikit menggoyangkannya. "Nona, bangun. Pangeran Felix memanggil Anda," ucapnya dan diulangi sampai tiga kali, di ucapannya yang ketigalah baru Aurora membuka mata.
"Pangeran Felix memanggil Anda, sepertinya ada seseorang yang ingin bertemu dengan Anda."
Aurora mengusap matanya, rasa kantuknya membuat ia tidak begitu memperdulikan apa yang pelayan tadi katakan, intinya ia dengar kalau Pangeran Felix memanggilnya.
"Aku harus menemuinya di mana?" tanya Aurora sembari turun dari kasur, berat rasanya meninggalkan tempat ternyaman itu!
"Mari ikuti saya."
Aurora mengangguk, dengan tubuh yang sedikit sempoyongan ia berjalan mengikuti sang pelayan menuju halaman istana.