Kisah cinta akan membawa hati pada garis takdir nya masing - masing, seperti Dira yang selalu saja gagal dalam percintaan. Seorang gadis yang merasa dirinya sudah tak berarti, di benci mertua dan di campakan suami nya, memulai kisah cinta nya kembali meski selalu berujung pada penghianatan, namun Dira berharap akan takdir membawa nya pada cinta sejati nya, hingga pada akhir nya Tuhan benar - benar menjawab doa nya, mempertemukan Dira dengan cinta sejati nya, meski bukan yang pertama namun akan menjadi yang berarti.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Indik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
JATUH CINTA PADA JANDA ...
Jangan terlalu nyaman menyakiti orang lain, karena kita tak akan pernah tahu bagaimana esok. Roda kehidupan selalu berputar mengikuti arus nya, terlebih pada takdir yang menitip kan rasa. Kita tak akan pernah tahu saat di mana rasa sakit itu berbalik pada kita...
BOOOOM,
Bahkan untuk bicara saja kita tak akan sanggup, dosa dan nista selalu berjalan mengikuti kita, bila kita sadar akan kelakuan kita yang pernah menyakiti orang lain. Apa kita akan mengeluh ketika di sakiti.
Banyak pertanyaan yang tak mampu terjawab, banyak rasa yang tak berbalas, banyak hati yang tersakiti, banyak kata yang tak pernah terungkap, begitu banyak hal yang tak bisa kita rengkuh. Namun ada satu hal yang masih selalu tanpa sadar kita lakukan, menyakiti orang lain.
Aku mencintai mu tanpa batas, aku merindumu tanpa henti, namun aku juga membenci mu tanpa alasan,
Begitu jelas, rasa dendam mu semakin kuat sejak di malam kamu menolak cinta ku dan malah lebih memilih orang yang baru saja kau kenal.
Tanpa banyak fikir lagi, aku langsung menghubungi sahabat ku. Mengajak nya bertemu meski hanya sekedar untuk berbagi cerita. Seribu kali aku mencoba berlari hasil nya tetap sama hanya hampa yang ku dapati.
Setelah berhasil menghubungi sahabat ku, aku langsung menyambar jaket dan kunci mobil ku. Cus menuju tempat yang sudah kami sepakati. Di teras depan rumah terlihat pakdhe Adin dan ibu sedang asyik berbincang sembari di temani teh hangat yang sudah pasti terdapat campuran madu di dalam nya, teh khas ibu.
" Puji mau kemana kamu malam - malam begini. " tanya ibu.
" Ini Puji mau ketemu sama Aji sebentar bu, setelah selesai urusan langsung pulang kok. " jawab ku yang tak pernah bisa untuk berbohong pada ibu yang sudah merawat aku dari kecil.
Bahkan aku sudah menganggap ibu melebihi ibu kandung ku sendiri. Maka dari itu aku tak pernah berani bila ibu bilang tidak, ya pasti tidak akan aku lakuin. Kecuali hal itu adalah sesuatu yang ku pilih.
" Kenapa tidak besok saja Ji, ini kan sudah malam. " kata pakdhe terlihat tak suka aku keluar malam ini.
" Cuma sebentar kok pakdhe, Puji janji nggak akan malam - malam pulang nya. " sahut ku meyakin kan pakdhe.
" Iya benar itu kata bapak mu Ji, mending Aji yang di suruh ke mari, atau besok saja ketemu nya. Tiba - tiba felling ibu nggak enak sayang. Apa lagi sudah malam begini, batalin saja pertemuan kamu kali ini Ji. " tutur ibu yang rumayan membuat ku kaget, pasal nya tidak biasa nya ibu bersikap begitu.
Jika ibu sudah bicara begitu, sudah pasti akan ada sesuatu yang terjadi, dulu pernah sekali aku menentang ibu, kala itu ibu meminta aku untuk tidak keluar malam seperti saat ini, tapi aku ngeyel dan tetap keluar. Hasil nya aku masuk rumah sakit karena kecelakaan tunggal nabrak pembatas jalan waktu itu.
Kini setelah ibu yang meminta aku untuk tidak pergi malam ini, aku menjadi ragu. Tanpa banyak protes lagi aku langsung berubah haluan meminta sahabat ku Aji ke rumah.
Tak lama kemudian terlihat mobil Aji sudah terpampang di depan gerbang rumah ibu, aku langsung meminta penjaga untuk membuka gerbang untuk Aji.
Kami pun langsung menuju kamar, sedang pakdhe dan ibu sudah beristirahat lebih dulu sejak tadi waktu aku menghubungi Aji.
" Hey men, gimana kabar.. Maaf ya tadi ibu nggak izinin gue untuk keluar maka nya jadi minta lo yang langsung ke mari. " ucap ku.
" Halah, tidak apa.. Bagi gue sih sama saja lah, mau ketemu di mana yang penting kan ketemu nya sama lo Puji. Ha ha ha, " jawab Aji sembari tertawa entah itu tawa geli atau tawa karena apa.
Sekilas aku lihat sahabat ku ini terlihat aneh, dari raut wajah nya juga tatapan nya yang seperti kosong. Namun aku tetap mencoba untuk berfikir positif, mungkin saja sahabat ku ini sedang merasa lelah, atau mungkin ngantuk kurang istirahat.
" Mau minum apa Ji, kebetulan tadi ibu buat teh madu banyak. Lo mau itu saja, atau mau request yang lain. " tawar ku. Sebagai tuan rumah apa lagi yang mengundang langsung Aji ke mari maka sebisa mungkin aku ingin berusaha menjamu tamu mu dengan baik.
" Halah nggak usah repot lah, biasa saja. Kalau ada sih kopi kesukaan gue Ji. Terus makan nya kalau ada roti atau martabak. Laper nih.. " sahut Aji sembari nyengir menunjukan barisan gigi nya yang gingsul.
Kini aku baru sadar seenggak repot nya jika ada Aji sudah pasti permintaan nya aneh - aneh, dan sesuatu yang di luar nurul bisa di dapat larut malam begini. Apa lagi rumah ku masih di dalam kampung, sudah pasti jam segini sudah sepi kaya di kuburan.
" oke, kopi capucino moca kan.. Atau mau nyoba yang karamel aja. Kalau masalah makanan sih nggak usah khawatir, stok cemilan juga roti banyak.. Mau yang model apa juga ada, tapi kalau martabak ya mohon maaf. kalau di sekitar sini susah nyari warung makanan yang masih buka. Apa lagi kan tadi kan aku nggak di bolehin keluar sama ibu. Kalau pun pesan go food biasa nya nggak pada ambil jam segini apa lagi tujuan nya rumah gue ini. " ucap ku setengah mengoda.
" Ya nggak apa, seadanya saja bro santai. " jawab Aji.
" Oke, tunggu bentar ya gue ambil di dapur dulu. Jangan ke mana - mana lo, awas jika tiba - tiba ngilang seperti dulu itu. " ancam ku, yang tidak mau hal yang dulu pernah terjadi terulang kembali.
Ketika aku sedang mengambil sesuatu, Aji pernah menghilang tanpa pamit, bahkan tanpa membawa kendaraan nya. Otomatis aku sekeluarga merasa panik sampai cariin Aji kemana - mana, setelah aku samperin ke rumah nya untuk memberitahu orang tua nya, eh tahu nya si Aji malah udah bobo manis di kamar nya.
Bila ingat saat itu ingin marah, ingin ngamuk tapi tak bisa berbuat apa - apa.
" Iyee, lagian mau kabur kemana sih gue malam gini.. Tenang aja khusus malam ini gue nginep di sini Ji... Demi sahabat gue yang lagi galau berat.. ha ha " sahut Aji,
Lagi dan lagi, sahabat ku ini ketawa nggak jelas apa yang sedang dia tertawa kan. Kok aku jadi ngeri sendiri sih, mungkin antara fikiran Aji yang nggak fokus atau dia sedang kesurupan jin dari alam lain. Entah lah, aku sendiri juga bingung dengan kelakuan sahabat ku ini, seperti terlihat lain dari biasa nya.
Tidak hanya tatapan nya yang kosong tapi tingkah dan sikap nya sudah beda. Seperti bukan Aji, banyak cengegesan sendiri. Tak ingin banyak mikir yang aneh - aneh maka aku langsung pergi ke dapur untuk mengambil pesanan yang dia minta.
" Emang mbak cantik yang suka bantu - bantu di sini kemana Ji, kok lo bikin sendiri kopi nya. " seru Aji yang tiba - tiba sudah ada di belakang ku.
Huh, tu kan tiba - tiba nonggol bikin jatung orang mau copot aja. Padahal Aji nggak pernah nih bertingkah aneh seperti nayain mbak yang bantu di rumah ibu. Apa lah, tiba - tiba muncul depan mata pisan. Aku berharap apa yang ada dalam fikiran ku sejak tadi itu salah.
" kok bengong sih Ji, emang sesulit itu pertanyaan gue untuk lo jawab. " ucap Aji membangun kan lamunan ku, yang sudah berfikir jauh tentang dia.
" Eh, sorry Ji. Lagi enggak fokus gue, mbak yang bantu di sini kan datang pagi pulang sore Ji, jadi nggak nginep di mari. " sahut ku menjelas kan.
" Wah sayang sekali ya, gue fikir nginep di sini tuh mbak. he he, " balas Aji kembali terkekeh.
" Emang kenapa sih Ji, aneh banget lo. Apa kabar tu Nata, Dita, sampai mbak - mbak yang bantu di mari lo tanyain mulu. Udah kehabisan stok cewek lo. " jawab ku asal.
" Alah, kalau itu nggak usah lo tanyain Ji, si Nata udah gue buang, lah si Dita udah buang gue untuk cowok lain. Mana cowok itu udah kek bapak - bapak lagi, mana bisa gue kalah sama model bapak gitu. Tapi akhir nya gue sadar sih, ada yang lebih perlu gue perjuangin sekarang ini. " ucap Aji.
Nah ini baru Aji yang aku kenal, entah mungkin sukma baru kembali ke raga nya.
" Hah, perjuangin apaan.. Mbak - mbak yang di rumah. " sahut ku menerka arah pembicaraan sahabat ku ini yang sedari tadi bahas mbak di rumah.
" Lah, mulai ngarang nih. Ya mosok iyo sih gue perjuangin mbak - mbak di rumah lo, yang benar aja. " elak Aji.
" Lho siapa yang dari tadi bahas mbak - mbak yang kerja di sini, kan lo... Wajar toh gue fikir lo mau perjuangin mbak di rumah gue. " ucap ku membela diri.
" Enggak lah, gue masih normal Ji, bukan mbak di rumah lo yang gue perjuang tapi masa lalu gue.. " sahut Aji yang langsung membuat ku berfikir keras.
Bukan kah masa lalu Aji hanya ada Dita dan Dira. Kata Aji si Dita sudah membuang nya. Lha masa Dira sih yang mau Aji perjuangin.
Bila ini benar, berarti lagi dan lagi aku dan Aji ingin memperjuang kan orang yang sama. Ya Tuhan, aku nggak bisa bayangin jika ini sampai beneran terjadi.
Semoga saja Dita yang Aji mansud, iya kan Dita yang membuang Aji, sudah pasti Aji ingin berusaha kembali untuk mendapat kan Dita. Dari pada hanya menerka - nerka mending aku tanya langsung saja, siapa masa lalu yang dia mansud itu.
" Masa lalu lo kan hanya ada Dita dan Dira, emang siapa yang lo mau perjuangin. " tanya ku penuh rasa penasaran.
" Dira.. " jawab nya singkat, sembari berlalu kembali ke kamar ku.
Tuhan, jawaban singkat itu sudah mampu buat jatung ku berdetak seketika.
" Kok bisa, Aji malah mau perjuangin Dira yang sudah jelas dulu dia sia - sia kan. Lalu kenapa malah sekarang dia mau perjuangin Dira, yang juga aku ingin perjuang kan. Hah, saingan ku semakin berat ini. Adnan saja sudah buat aku pusing ini malah tambah si Aji, sahabat ku sendiri. " gumam ku dalam hati.
Terkadang kita hanya perlu diam dan nikmati, karena Tuhan sudah menentukan hasil akhir nya. Tidak perlu memaksa bila akhir nya jodoh sudah di garis kan. Tapi jika boleh memilih, jodoh ku mau nya Dira... Perempuan yang mampu membuat ku melewati batas ku, melanggar prinsip yang telah lama aku tetap kan. JATUH CINTA PADA JANDA, nyata nya kini aku malah tergila - gila dengan seorang janda. Itu lah mengapa mulai detik ini aku stop untuk tidak lagi menilai orang dari status nya.
Bila ternyata yang aku temui hati selembut sutra, wajah semanis gula, sudah paket komplit untuk di miliki. Tuhan, andai aku bisa memohon satu permintaan yang akan terkabul. Aku hanya minta satu hal yang berarti dalam hidup ku saat ini, betapa aku ingin Dira menjadi pendamping langkah ku.
...****************...