NovelToon NovelToon
Tanpa Cinta (Istri Kedua)

Tanpa Cinta (Istri Kedua)

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Cinta Paksa / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Romansa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: Trilia Igriss

Tak pernah terpikirkan sebelumnya jika Aruna harus menikah setelah kehilangan calon suaminya 1 tahun yang lalu. Ia dengan terpaksa menyetujui lamaran dari seorang pria yang ternyata sudah beristri. Entah apapun alasannya, bukan hanya Aruna, namun Aryan sendiri tak menerima akan perjodohan ini. Meski demikian, pernikahan tetap digelar atas restu orang tua kedua pihak dan Istri pertama Aryan.
Akankah pernikahan tanpa cinta itu bertahan lama? Dan alasan apa yang membuat Aruna harus terjebak menjadi Istri kedua?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Trilia Igriss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17. Kebimbangan Aruna

Mengingat cerita Gita siang tadi, Aruna yang masih terjaga meski malam sudah larut pun memilih duduk sendiri di kursi balkon. Ia memikirkan ulang apakah Ia harus mengikuti ego atau membantu Aryan untuk memiliki keturunan? Nafasnya terdengar begitu dalam dan sangat bimbang. Ia benar-benar diambang sebuah keputusan yang tak kunjung terjawab. Tapi melihat ketulusan Gita, sepertinya wanita itu memang menginginkan kebahagiaan Aryan daripada dirinya sendiri.

"Aruna!" Tegur Aryan untuk ke sekian kali. Sontak saja Aruna terhenyak dan menoleh ke arah Aryan yang berdiri di sampingnya. "Kamu kenapa sih? Dari tadi ngelamun terus?" Lanjutnya melempar pertanyaan.

"Eng-enggak Mas. Aku gapapa." Jawabnya seperti biasa selalu memalingkan wajahnya. Tanpa Ia duga, Aryan tiba-tiba duduk di sampingnya lalu meletakkan kopi di atas meja tepat di depannya.

"Kamu tadi ketemu sama Gita?" Tanya Aryan tiba-tiba.

"I-iya Mas."

"Kalian ngobrol apa?" Aruna tak langsung menjawab. Ia sedikit mengernyit sesaat dengan apa yang ditanyakan Aryan tersebut. Kenapa bertanya? Apa Gita tak menceritakannya?

"Emmm... yaaa pembahasan perempuan Mas."

"Gita juga jawabnya gitu."

Meski keduanya sudah bersama 2 bulan lamanya, namun kecanggungan diantara mereka masih tak bisa mereka hindari. Aruna memilih diam karena memang kebiasaannya. Sedangkan Aryan diam karena tak tahu harus membahas apa. Keduanya sama-sama diam dengan kesibukan masing-masing. Sampai akhirnya, mereka memilih untuk tidur setelah menyadari malam semakin larut.

...----------------...

Waktu kembali berlalu, entah sudah berapa hari terlewati, Aruna tak lagi meminum obat yang biasa Ia minum rutin setiap hari itu. Entah kenapa, Ia mendadak bimbang setelah mengobrol bersama Gita tempo hari. Apa yang harus Ia lakukan sebenarnya? Mengapa Ia bersikeras sendirian? Yang membuatnya semakin bimbang, sikap Aryan akhir-akhir ini terasa sangat berbeda. Perlakuannya lebih lembut dari sebelumnya. Bahkan pagi ini, Ia membangunkan Aruna dan menyuruhnya sarapan lebih dulu. Namun, Aruna sendiri tak mau jika tak menunggu Aryan. Apa jadinya nanti Ia akan disebut istri yang tak mengerti. Terdengar suara pintu kamar mandi terbuka, cepat-cepat Aruna meletakkan kembali obat yang semula Ia genggam.

"Belum sarapan?" Tanya Aryan sesaat setelah Ia berjalan menuju lemari.

"Belum Mas." Jawab Aruna mendadak salah tingkah. Ia panik karena Aryan terdengar tiba-tiba membuka pintu. Apa Aryan melihat apa yang ada di dalam laci? Semoga saja tidak. Pikirnya.

"Gita udah kasih tahu ke kamu?"

"Kasih tahu apa Mas?"

"Dia itu gimana? Padahal nomor kamu udah aku kasih ke dia."

"Emangnya, Mbak Gita kenapa?"

"Dia itu bilangnya mau ajak kamu jalan-jalan, aku kira dia udah kasih tahu ke kamu." Mendengar penuturan Aryan, Aruna mendadak terdiam. Mengapa Gita ingin mengajaknya? Apa Gita akan mempermalukannya di depan umum dengan berkata jika madunya ini adalah seorang pelakor? Tapi melihat wajah teduh Gita saat itu, tidak mungkin Gita akan melakukan hal memalukan seperti di pikirannya. Aruna menggeleng kasar menepis jauh-jauh pikiran negatif tentang Gita.

"Aruna! Kamu kenapa geleng-geleng?" Sontak saja suara Aryan berhasil membuat Aruna terhenyak.

"Eng-enggak Mas. I-ini cuma pusing aja sedikit." Jawabnya asal. Tanpa di duga, Aryan meraih dahi Aruna untuk memastikan jika Aruna tak apa-apa.

"Iya. Agak hangat." Ujar Aryan masih fokus menatap dahi Aruna. Tanpa Ia sadari, wanita itu merasakan sentuhannya begitu tak asing. Ia merasa jika di depannya ini bukan Aryan, melainkan Athar. Sempat Ia menepis pikirannya mengenai pria yang sudah meninggal itu, namun, semakin Ia menepis, bayangannya semakin nyata. Perlahan Aruna mendongak dan menatap lekat garis wajah suaminya. Di sana Ia menemukan mata teduh nan tenang, sama seperti milik Athar.

"Mas..." lirihnya membuat Aryan membalas tatapannya. Dengan tiba-tiba, Aruna meraih pipi Aryan dan membelai lembut dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Apa lagi yang membuat Aruna bersedih? Pikir Aryan.

"Bohong jika aku bilang tak merindukan kamu, Mas Athar. Aku yang mengidamkan hidup bahagia bersamamu, tapi kamu malah pergi tanpa pamit." Batin Aruna mulai menangis tersedu-sedu. Pelukan hangat menyelimuti tubuhnya, memang menenangkan namun tak dapat menghentikan tangisnya saat itu juga. Merasakan hangatnya pelukan Aryan, Aruna perlahan membalas pelukan tersebut. Lambaian tangan Aryan mulai meluluhkan hatinya. Hanya saja, Aruna yang tak menatap wajah Aryan, Ia menganggap jika pria dalam pelukannya ini adalah Athar. Hal ini cukup mengobati rasa rindunya.

"Apa hatinya sesakit itu? Apa aku kurang adil memperlakukannya sebagai istri kedua?" Batin Aryan semakin mempererat pelukannya.

...----------------...

"Siang menjelang, Aruna mendengar suara ponselnya berdering di atas nakas. Segera Ia meraih lalu menjawab panggilan dari nomor yang tak Ia kenal.

"Hallo." Sapanya.

"Runa... kamu luang hari ini? Temani aku belanja ya!" Terdengar suara asing memekik telinga Aruna karena terdengar begitu antusias.

"Maaf. Ini siapa?" Tanyanya kemudian.

"Oh iya aku lupa. Aku Gita, Runa... kamu lupa siara aku ya?"

"Eh Mbak. Maaf. Aku bener-bener gak kenal, soalnya beda."

"Iya sih pasti beda. Eh tapi kamu mau kan?"

"Emmm jam berapa Mbak?"

"Aku maunya sekarang."

"Oh boleh Mbak. Saya luang kok."

"Ya udah, pakai mobilku aja ya! Nanti aku jemput ke sana. Kamu siap-siap gih."

"Iya Mbak. Saya siap-siap sekarang." Setelahnya, panggilan terputus, dan Aruna segera mengganti pakaian dan memoles wajahnya dengan make up tipis. Terlihat natural, namun wajah cantiknya semakin terpancar. Sebelum Ia benar-benar pergi, Ia mengetik sebuah pesan singkat kepada Aryan untuk meminta izin. Jika dengan Gita, tentu saja Aryan akan mengizinkan apapun itu. Hanya saja, Ia teringat statusnya sebagai istri yang harus izin terlebih dahulu kepada suaminya.

Tak berselang lama, terdengar suara mobil terparkir di depan teras rumahnya, dan setelah itu, Aruna mendengar namanya dipanggil beberapa kali. Gegas Ia menuruni tangga dan menghampiri Gita yang kini menunggunya di ruang keluarga.

"Adikku cantik banget." Pujinya membuat Aruna tersipu.

"Mbak lebih cantik." Balasnya memuji Gita sehingga wanita itu tertawa geli.

"Udah yu! Mumpung masih siang." Aruna tak banyak berkomentar. Ia menurut saja dan mengikuti kemanapun Gita pergi.

Keduanya turun di sebuah mall, dan Gita mengajak Aruna untuk berkeliling. Ia memilih beberapa pakaian dan memilihkan untuk Aruna yang beberapa kali menolak tawarannya. Ia merasa tak sedang membutuhkan pakaian baru saat ini.

"Gapapa. Aku yang belikan untuk kamu."

"Enggak Mbak. Gak usah."

"Runa... jangan nolak ya! Aku gak tahu sampai kapan kita sama-sama. Jadi, tolong hargai dan terima pemberian aku."

"Mbak... tapi..."

"Gak ada tapi-tapi. Pokoknya kamu harus terima ya!" Aruna tak bisa lagi protes, Ia hanya bisa diam membiarkan Gita bersikap semaunya saja.

"Eh lihat! Ini lucu ya!" Ujar Gita kemudian. Aruna hanya mengangguk seraya tersenyum melihat kebahagiaan yang Gita perlihatkan. Apa lagi saat melihat baju-baju anak-anak dan bayi yang saat ini Ia pegang.

"Nanti kalau anak kamu sama Mas Aryan perempuan, aku kasih ini boleh ya!" Lagi, Aruna mengangguk seraya tersenyum mengiyakan penuturan Gita. Ia tak akan memprotes apapun lagi agar Gita tak tersinggung. Meski senyum terpancar, Aruna tahu jika Gita merasa sedih karena belum bisa memberikan Aryan keturunan. Sedangkan dirinya, mencoba menghalangi kehadiran anak itu selama ini.

...-bersambung...

1
Siti Khoiriah
sakut banget ja aruna😭😭😭😭😭
Jumiah
menjadi istri ke2 bukan menyelesaikan masalah mallh menambah penderitaan .
berlipat lipat ,
memikiran gk masuk akal sehat..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!