Putri Odeliah seorang gadis cantik berambut putih indah dengan mata merah yang tajam. di kenal sebagai Putri mengerikan yang sangat kejam membuat seluruh rakyat nya membenci diri nya bahkan di akhir hayat nya dia dibunuh di depan seluruh rakyat nya.
kematian nya mendapatkan hukuman dari Dewa yang mengirim dia mengulang waktu ke usia 10 tahun untuk memperbaiki masalah nya agar hidup nya tidak mati tragis.
apakah bisa berjalan lancar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bebekmanisnis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
.........
Brak! suara pintu di tendang terdengar dengan jelas membuat Odeliah yang sedang melamun langsung kembali ke dunia nyata nya.
"Tuan Putri!" teriak Seli memanggil dengan wajah panik.
"Seli kamu lupa sopan santun saat masuk ke kamar ku?" tanya Odeliah kesal.
"Tuan Putri masalah ini lebih penting dari pada sopan santun!" balas Seli panik.
"Katakan cepat," seru Odeliah dengan malas.
"Yang mulia Raja sekarat!"
Odeliah tanpa basa basi langsung pergi ke kamar Elvan dengan di ikuti oleh Seli di belakang nya.
"Katakan padaku apa yang sudah terjadi pada Ayah?" tanya Odeliah dengan tegas.
"Dari hasil pemeriksaan saya mendapati ada racun yang menyerang jantung yang mulia Raja, tapi saya tidak bisa mengetahui racun jenis apa itu karena racun ini sangat asing bagi saya," ucap sang tabib kerajaan dengan wajah kebingungan.
Odeliah terdiam sesaat karena momen ini seperti tidak asing bagi nya.
"Tidak mungkin."
Odeliah menggunakan kuku nya untuk melukai lengan Elvan, dari bekas luka itu muncul cairan hitam kental berbau busuk yang sangat menyengat.
Racun mematikan yang seharusnya aku gunakan untuk membunuh Ayah di masa sebelum nya.
"Tolong jaga dan pastikan tubuh Ayah tidak membusuk dengan cepat, saya akan mencari penawar nya secepat mungkin," tegas Odeliah langsung melangkah pergi dari sana.
Seli yang panik langsung menghadang Odeliah.
"Tuan putri mau kemana? Saat ini sudah malam, sangat berbahaya jika Tuan Putri pergi seorang dari!" tegur Seli dengan khawatir.
"Tenang saja aku tidak akan mati."
Odeliah memukul sisi leher Seli membuat Seli jatuh pingsan di lantai, Odeliah tidak suka ada yang menganggu jalan nya saat ini.
"Kamu ini merepotkan saja Seli. Lain kali jaga sikap mu atau ku bunuh saja kamu."
Odeliah yang terlalu terbawa emosi karena panik jadi kehilangan kendali akan sifat nya, membuat diri nya tanpa sadar sudah bersikap sangat kasar.
"Tuan Putri tolong kendalikan emosi anda," tegur seseorang yang baru saja datang.
"Bastian kita pergi sekarang ke dunia kegelapan."
"Baik Tuan Putri."
Odeliah pergi ke ke dunia kegelapan bersama dengan Bastian, Odeliah yakin seseorang yang bisa membuat racun itu adalah orang sama dengan orang yang dia minta untuk membuat racun untuk membunuh Elvan.
"Berhenti di depan toko tua itu," perintah Odeliah.
Kereta kuda berhenti tepat di depan toko tua yang seperti sudah tidak di gunakan lagi, Odeliah masuk bersama dengan Bastian yang mengikuti nya di belakang.
"Seperti nya tidak ada orang disini Tuan Putri," ujar Bastian tidak dapat merasakan keberadaan siapapun di dalam toko yang sangat berantakan itu.
Odeliah mengepalkan tangan nya kemudian dia berjalan ke arah sudut toko yang terdapat jendela kecil disana yang terbuka.
"Kejar dia! Dia belum jauh dari sini," perintah Odeliah.
Bastian dengan kecepatan kilat bergerak keluar mencari seseorang yang berlari dari arah toko tua itu, Odeliah hanya bisa memandang datar tempat tersebut.
"Aku yang seharusnya membunuh Ayah dengan racun itu. Berani sekali orang lain menggantikan peran ku," ucap Odeliah geram.
Kau tau siapa pelaku nya?
Tidak.
Hanya aku pelaku nya di masa lalu.
Kau harus segera menemukan nya karena hanya dia yang punya penawar nya, jika tidak Elvan akan mati membusuk seperti dulu.
Aku tidak akan biarkan Ayah ku mati untuk kedua kali nya.
.........
Brak!
"Tolong ampuni saya!!" mohon seorang wanita paruh baya dengan panik di depan Odeliah.
Odeliah duduk santai di sofa dengan wajah datar nya melihat seseorang yang sedang bersujud di depan nya, Bastian sangat cepat menyeret seseorang yang ingin Odeliah temui.
"Kau ini tidak sopan sekali. Tamu datang menemui mu tapi kau malah kabur," ujar Odeliah dengan tatapan dingin.
"Tolong maafkan saya! Jangan bunuh saya!!"
"Katakan padaku siapa orang yang menyuruh mu membuat racun hitam?"
Wanita itu terdiam tidak mau membuka mulut nya.
"Kau ini suka sekali menjaga rahasia pelanggan mu. Jika kamu berkata jujur aku akan memberikan mu banyak uang untuk membayar jasa mu," ujar Odeliah kesal.
"Nama nya Tuan Gerald."
"Penawar nya ada dia kan?"
"Benar. Racun hitam di buat dengan kutukan dan darah orang yang ingin menggunakan nya, penawar nya tentu saja ada pada diri nya sendiri."
"Apakah Tuan Gerald itu seumuran dengan ku?"
"Saya tidak ingat jelas wajah nya karena dia memakai topeng, tapi dari suara nya dia seperti nya masih sangat muda," beritahu nya dengan panik.
"Terima kasih atas jawaban nya. Bastian habisi dia!"
"Tidak! Saya sudah berkata jujur!!"
Bastian menyeret wanita itu keluar lalu sudah di pastikan sesuai dengan perintah maka bastian akan membunuh wanita itu dengan tangan nya sendiri.
"Nama Gerald adalah marga sebuah keluarga yang seharusnya sudah mati karena tidak ada penerus yang hidup."
"Pelaku nya menyamar memakai nama Gerald?" tanya Victoria panik.
"Tidak. Bisa saja itu memang nama asli nya," balas Odeliah yakin.
"Kau harus segera menemukan palaku nya sebelum waktu kita habis, jika itu terjadi kau akan kehilangan Ayah mu lagi," ujar Victoria.
Odeliah tidak tahu harus bagaimana sekarang karena dia belum bisa menebak siapa pelaku nya, kejadian ini sama sekali murni tanpa campur tangan nya dan membuat Odeliah harus berpikir keras menemukan pelaku nya.
"Padahal aku berharap hal ini tidak akan terjadi karena aku tidak ingin membunuh Ayah ku lagi. Tapi ternyata Dewa seperti nya sudah mempermainkan ku kan?" kesal Odeliah.
Victoria menghela nafas. "Kau tidak berhak menyalahkan seseorang yang sudah memberikan mu kesempatan!" marah Victoria.
"Kesempatan apa? Kesempatan ini sama saja membuat ku kehilangan Ayah ku."
"Tenangkan diri mu dulu, lalu kita akan bicara lagi."
Odeliah menarik nafas panjang merasa sangat lelah dengan takdir nya yang sangat sulit dia perbaiki bahkan hidup untuk kedua kali nya. Odeliah berusaha menenangkan diri nya walau dia ingin mengamuk saat ini tapi hal itu hanya akan membuat nya semakin terlihat bodoh.
"Mari kita cari pelaku nya."
"Ini akan sulit Odeliah."
"Seperti nya ini akan mudah dengan bantuan seseorang."
"Siapa?"
Odeliah melangkah pergi ke luar dari istanah.
"Mari ke paviliun."
.....