"Pergi kamu! Jangan pernah datang ke sini lagi! Bapak dan ibuku bukanlah bapak dan ibu kamu!" usir kakak sulungku yang ucapannya bagaikan belati menusuk hati, tapi tidak berdarah.
Kakak kandungku mengusir aku yang datang menemui bapak dan ibu kandungku, tapi bapak dan ibuku hanya diam tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Inilah kisahku. Kisah seorang gadis yang terjebak dalam konflik keluarga. Memaksa diriku yang masih kecil berpikir dewasa sebelum waktunya.
Aku berusaha menjalani hidup sebaik yang aku bisa dan melakukan apapun semampuku. Selalu berusaha berpikir positif dalam setiap masalah yang menderaku. Berjuang keras menahan semua penderitaan dalam hidupku. Berusaha tetap tegar meskipun semua yang aku hadapi tidak lah mudah.
Bagaimana caraku, menghadapi kemelut dalam keluargaku yang berpengaruh besar dalam hidupku?
Yuk, ikuti ceritaku!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35. Di Bandara
Waktu terus berlalu. Hubunganku dengan teman-temanku semakin baik dan kami semakin akrab. Sedangkan kehidupan pribadiku..masih terus begini-gini saja.
Walau sungai meluap dan kurs tak masuk logika. Kayak lagu aja..he..he..he..
Meskipun mendapatkan bantuan dari sekolah, tapi nenek sudah tidak banyak menghasilkan uang lagi. Keluarga bapak sudah tak lagi memberikan aku uang, demikian pula dengan kedua orang tua ku.
Untuk mencukupi kebutuhanku, aku sering bekerja di sawah orang jika sedang libur sekolah. Hingga akhirnya hati, eh hari yang aku tunggu akhirnya tiba, yaitu hari kelulusan.
Aku dan teman-temanku saling mengucapkan selamat, karena kami lulus dengan nilai yang memuaskan sesuai kemampuan dan IQ kami masing-masing. Kami berfoto bersama untuk kami jadikan kenang-kenangan sebelum kami berpisah.
Berpisah? Yap, kami akan mengejar cita-cita kami masing-masing. Cempaka, Yoga dan Ari mendaftar di universitas yang berbeda. Sedangkan Zayn dan Khaira, malah berencana kuliah di luar negeri. Aku tak tahu seberapa kaya keluarga Zayn, tapi kuliah di luar negeri, berarti keluarga pasti kaya, bukan? Tapi Khaira?
Sudah beberapa kali kami berkumpul di rumah Khaira, dan sepertinya keluarganya biasa saja. Tapi, ya, nggak tahu juga dengan tabungan orang. Duit, 'kan nggak ngomong. Apalagi keluarga Khaira hidup bersahaja dan sederhana, tapi penghasilan keluarganya menurut aku lumayan.
"Indah, kamu yakin nggak mau kuliah?" tanya Cempaka nampak tidak setuju kalau aku tidak kuliah.
"Mau, tapi nanti saja sambil bekerja. Setelah aku dapat kerjaan nanti, aku berniat kerja sambil kuliah," ucapku yang memang berencana seperti itu.
"Syukurlah, kalau kamu berniat seperti itu. Kalau kamu butuh bantuan, katakan saja, In!" ucap Zayn serius.
"Iya, terima kasih," ucapku tersenyum tipis.
"Kamu dan Khaira jadi kuliah ke luar negeri, Zayn?" tanya Yoga.
"Hum. Lusa aku akan mengajak pulang Khaira ke rumah ku untuk aku perkenalkan pada kedua orang tuaku," sahut Zayn merangkul pinggang Khaira.
"Ciee..ceiee.. yang mau ketemu sama calon mertua," ledek Cempaka.
"Apaan, sih!" sahut Khaira dengan pipi yang bersemu merah.
"Cup"
Tiba-tiba Zayn mendaratkan kecupan di pipi Khaira. Sepertinya Zayn selalu gemas saat melihat pipi Khaira memerah, jadi main nyosor aja macam angsa wk..wk..
"Zayn! Iiihh.." pekik Khaira yang langsung mendorong Zayn dengan pipi yang makin merah. Namun Zayn malah terkekeh dan memeluknya.
"Zayn, tambah lama tambah agresif aja," celetuk Ari terkekeh kecil.
"Kalau pengen kawin pulang dulu, jangan pamer kemesraan pada kami para jomblo," cetus Yoga membuang napas kasar.
"Nikah dulu, baru kawin," cetus ku terkekeh kecil.
"Iya, nih, si Zayn kayaknya udah ngebet banget, mau kawin. Main nyosor aja," imbuh Cempaka menghela napas panjang.
"Kapan kalian mau pulang ke rumah kamu Zayn? Naik apa?" tanyaku.
"Lusa kami akan berangkat. Naik pesawat," sahut Zayn.
"Bakal lama kita baru bisa ketemu lagi," ucap Cempaka dengan wajah sedih.
"Jangan sedih. Suatu hari kita pasti bakal berkumpul lagi," ucap Zayn tersenyum tipis menepuk pundak Cempaka.
"Lusa kami antar kalian sampai bandara," ujar Ari.
"Kita kumpul dekat alun-alun aja, ya? Setelah itu kita naik bus ke bandara," tawar Yoga pada Ari, Cempaka dan juga padaku.
"Setuju," sahut Cempaka.
"Deal!" sahut Ari.
"Indah, kamu nggak ikut?" tanya Yoga yang melihat aku hanya diam saja.
"Aku.." aku bingung harus mengatakan apa. Bukannya aku tidak mau mengantarkan Zayn dan Khaira sampai ke bandara, tapi..uang untuk naik bus.. aku harus mengirit pengeluaran untuk bekal mencari pekerjaan.
"Ikut saja, In. Nggak usah naik bus, naik taksi aja. Aku yang bayarin ongkos taksi kalian. Aku transfer, deh, ongkos taksinya. Sebutin nomor rekening kamu, Ga," pinta Zayn seraya mengambil handphonenya dari saku celananya.
Yoga pun menyebutkan nomor rekeningnya dan Zayn langsung mentransfer sejumlah uang pada Yoga.
"Zayn, banyak banget?" tanya Yoga setelah melihat nominal uang yang dikirimkan oleh Zayn.
"Takut kurang, jadi mending aku kirim lebih," sahut Zayn.
Kami akhirnya pulang ke rumah masing-masing. Setelah mengantar Zayn dan Khaira di bandara lusa, entah kapan aku bisa bertemu dengan teman-temanku lagi.
*
Hari ini aku sudah memakai pakaian terbaikku untuk pergi ke bandara bersama teman-temanku. Sampai di bandara, aku minder dengan penampilanku. Orang-orang di bandara ini sudah pasti orang-orang kaya, bukan? Ya.. mungkin ada yang dari keluarga biasa, tapi aku rasa nggak terlalu banyak. Mungkin orang-orang yang mau jadi TKI, atau mahasiswa yang pergi ke kota besar untuk melanjutkan pendidikan karena mendapat beasiswa.
"Kok, Zayn dan Khaira belum nyampe juga, ya? Padahal jam keberangkatan pesawat mereka, 'kan, sebentar lagi," gumam Yoga yang nampak khawatir seraya melirik jam dipergelangan tangannya, lalu menatap ke arah pintu masuk bandara.
"Iya, ya. Kok mereka belum datang juga," sahut Cempaka yang juga terlihat khawatir.
"Jangan bilang mereka nggak jadi berangkat hari ini," celetuk Ari yang juga terlihat khawatir.
"Jalanan macet kali," ucapku berpikir positif. Tapi jujur, aku juga merasa khawatir pada mereka berdua. Entah mengapa aku merasa ada hal buruk yang akan terjadi.
"Biar aku hubungi Khaira untuk memastikan," ucap Cempaka langsung mengambil gawainya.
"Biar aku yang menghubungi Zayn," sahut Yoga juga ikut mengambil gawainya.
"Kok, nggak aktif, ya?" ucap Cempaka berusaha menghubungi Khaira lagi.
"Punya Zayn juga nggak aktif," sahut Yoga yang juga masih berusaha menghubungi Zayn.
Kami saling menatap dengan ekspresi wajah khawatir. Cempaka dan Yoga terus menghubungi Khaira dan Zayn, tapi nomor mereka tetap saja tidak aktif.
"Pesawat yang akan ditumpangi Khaira dan Zayn akan segera berangkat," ucap Cempaka menghela napas yang terlihat berat.
"Good afternoon. Boarding for ABC Airlines flight number 45K75 to Jakarta will commence immediately. Would all passengers please to proceed to gate C2 and have your boarding pass and ID ready. Thank you. (Selamat sore. Boarding untuk Maskapai ABC dengan nomor penerbangan 45K75 tujuan Jakarta akan segera dimulai. Para penumpang dimohon untuk menuju gerbang C2 dan persiapkan pas naik dan identifikasi Anda. Terima kasih)"
Aku menatap ke arah dalam bandara saat mendengar suara Boarding announcement atau pengumuman kepada para penumpang penerbangan tertentu untuk melakukan boarding.
"Itu panggilan dari pihak maskapai untuk penumpang pesawat yang akan ditumpangi Zayn dan Khaira, kan?" tanya ku pada teman-temanku
"Iya," jawab Yoga, Cempaka dan Ari bersamaan.
Kami terdiam dengan perasaan khawatir menatap ke arah pintu masuk bandara berharap bisa melihat Zayn dan Khaira datang.
"Attention, please. This is the final boarding call for passengers of ABC Airlines on flight number 45K75 to Jakarta Please proceed to gate B5 immediately. The doors of the aircraft will close in approximately five minutes time. I repeat. This is the final boarding call for ABC Airlines flight 45K75 to Jakarta. Thank you,"
( Dimohon perhatiannya. Ini adalah panggilan boarding terakhir bagi penumpang Maskapai ABC dengan nomor penerbangan 45K75 tujuan Jakarta. Silakan segera melanjutkan ke gerbang B5. Pintu pesawat akan ditutup dalam waktu sekitar lima menit. Saya ulangi. Ini adalah panggilan boarding terakhir untuk penerbangan 45K75 tujuan Jakarta. Terima kasih)"
Panggilan Boarding Terakhir kembali terdengar, tapi kami belum juga melihat Zayn dan Khaira datang. Kamu makin khawatir saja. Apalagi Zayn dan Khaira tidak dapat dihubungi.
"This is the final boarding call for passengers Zayn Nugroho and Khaira booked on flight 45K75 to Jakarta. Please proceed to gate C2 immediately. The final checks are being completed and the captain will order for the doors of the aircraft to close in approximately five minutes time. I repeat. This is the final boarding call for Zayn Nugroho and Khaira. Thank you. (Ini adalah panggilan boarding terakhir untuk penumpang Zayn Nugroho dan Khaira yang dipesan pada penerbangan 45K75 ke Jakarta. Silakan segera melanjutkan ke gerbang C2. Pemeriksaan terakhir sedang diselesaikan dan kapten akan memerintahkan agar pintu pesawat ditutup dalam waktu sekitar lima menit. Saya ulangi. Ini adalah panggilan terakhir untuk Zayn Nugroho dan Khaira. Terima kasih),"
Kini panggilan boarding ke penumpang tertentu terdengar, memanggil nama Zayn dan Khaira. Tapi kami belum juga melihat batang hidung kedua teman kami itu.
...🌸❤️🌸...
.
To be continued
trus kabarbindah yg dijodohkan dan udah nikah bagaimana ??
apa akan di lanjutkan di cerita indah yg sudah dewasa nanti ??
terimakasih author.ditunggu karya berikutnya