NovelToon NovelToon
Rahim Perjanjian

Rahim Perjanjian

Status: sedang berlangsung
Genre:Ibu Pengganti / Cerai / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Beda Usia / Cinta pada Pandangan Pertama / Keluarga
Popularitas:56k
Nilai: 5
Nama Author: LapCuk

"May, kalau nanti kita dewasa, terus aku gak bisa menjadi wanita sempurna. Apa yang bakal kamu lakukan?"

"Hila, dali masih dalam pelut Bunda, kita sudah saling belbagi makanan dan kasih sayang. Jadi ketika nanti kita udah besal, gak ada alasan untuk gak saling belbagi. Aku akan menjadi pelengkap kekulanganmu, Mahila," dengan aksen yang masih cadel, Maysarah menjawab pertanyaan yang diajukan Mahira. Matanya memandang penuh kasih adik kembarnya itu.

Percakapan dua anak kembar yang masih berumur 7 tahun itu benar-benar menjadi kenyataan sekaligus ujian bagi ikatan persaudaraan mereka.

Cobaan kehidupan datang menghampiri salah satu dari mereka, menjadikan dirinya egois layaknya pemeran Antagonis. Lantaran perlakuan manis orang-orang di sekitarnya.

Demi menutupi Luka hatinya yang kian menganga. Maysarah melakukan pengorbanan besar, ia bertekad untuk menepati serta melunasi janji masa kecilnya.

Ayo, ikuti kisahnya...💚

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LapCuk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

RP bab 12

Selamat datang 💚

Selamat membaca ♥️

...----------------...

Pesawat yang tumpangi oleh Mahira baru saja mendarat di bandara Soekarno Hatta Tangerang. Saat ini dirinya dan kedua sahabatnya tengah mengantri untuk mengambil barang mereka di Baggage Claim (pengambilan barang)

"Hir... siapa yang menjemput dirimu?" Tanya Nesya, matanya terus melihat roda putar yang mengangkut tas-tas penumpang.

"Muntaz lah... emangnya siapa lagi," jawab Hira dengan percaya diri.

"Yakin Muntaz yang menjemput? setelah dirimu blokir nomornya," timpal Imelda.

"Kalian kayak gak tau Muntaz aja, mau gimanapun aku bertingkah, dia tetep setia dan selalu memaklumi." Mulutnya meyakini, tetapi tidak dengan hatinya yang dilanda kegundahan, Hira meremat tali tasnya guna menutupi rasa cemasnya.

Tak lama kemudian setelah menemukan dan mengambil koper mereka. Ketiga wanita sosialita nan cantik itu berjalan ke luar dari ruangan kedatangan internasional. Banyak pasang mata yang melirik bahkan melihat secara terang-terangan. Aura Mahira, Imelda dan Nesya memang sangat mempesona. Mahira memindai setiap orang yang sedang menunggu sanak saudara mereka. Tak terlihat batang hidung sang suami, kecemasannya pun kian bertambah.

Namun, baru saja dirinya ingin membuka aplikasi ponsel, di kejauhan Mahira melihat seorang supir pribadi suaminya berjalan mendekati dirinya.

"Selamat datang, Nyonya." Sapa sang supir sambil mengambil alih koper yang Hira bawa.

Imelda dan Nesya membungkam mulut mereka agar tak menyemburkan gelak tawa, apalagi melihat raut tak mengenakkan Mahira.

"Aku balik duluan." Pamitnya tanpa melihat kedua sahabatnya. Langsung saja Hira melenggang pergi.

Dalam perjalanan yang tak memakan waktu satu jam itu, Mahira bertanya kepada sang supir, "Muntaz kemana, Pak? kenapa bukan dia yang menjemput?"

Tuan, sedang ada urusan penting, Nyonya." Jawabnya sopan sambil matanya tetap fokus pada jalannya yang lumayan padat dipenuhi oleh kendaraan roda dua dan empat.

Separuh waktu yang ditempuh hanya ada keheningan di dalam ruang terbatas kuda besi itu. Mahira memilih menutup rapat mulutnya sembari melihat pemandangan sore hari. Jam-jam pulang kerja seperti ini sangatlah macet, jalanan dipenuhi oleh para pengendara yang berlomba-lomba ingin cepat sampai tujuan mereka. Mengistirahatkan tubuh setelah seharian berperang dengan segudang kegiatan.

Tibalah mobil yang ditumpangi oleh wanita dewasa penuh daya tarik itu di area parkir basement sebuah gedung apartemen mewah tempatnya tinggal selama ini bersama sang suami. Sang supir membukakan pintu untuk sang Nyonya, lantas Mahira segera keluar. Dengan langka anggun Nyonya Abraham itu berjalan penuh percaya diri.

Mahira menekan nomor sandi apartemennya. Pak supir udah lebih dulu dia pinta untuk segera pergi setelah membawakan kedua kopernya.

'Kenapa sepi banget, kemana si Mbak dan Bibi? Apa udah pulang? tapi ini masih jam empat sore,' dirinya merasa aneh dengan kesunyian unitnya, karena biasanya ada dua orang asisten rumah tangga yang bekerja di apartemennya dari jam delapan pagi hingga jam enam sore.

"Sudah pulang?" Tanya sebuah suara yang terdengar lain dari biasanya. Nada dingin begitu terasa, mampu membekukan hati Mahira.

"Mun-taz." Gagapnya terkejut ketika tiba-tiba Muntaz muncul dari arah belakangnya, yang mana ada sebuah ruang perpustakaan sekaligus dijadikan ruang kerja.

"Kenapa kaget? belum siap bertemu denganku?" Muntaz mendengus sinis. Dirinya menghamburkan beberapa foto sang istri yang berpakaian kekurangan bahan.

Mahira sungguh shock melihat salah satu fotonya yang tengah dirangkul oleh seorang laki-laki. "Muntaz ini... Ini, tidak seintim yang kamu pikirkan." Di koyaknya lembaran kertas foto itu.

"Bisa jelaskan! penampilan bak Jalang mu itu, Mahira!?" Sorot mata yang biasanya menatap penuh cinta, kini dipenuhi amarah dan rasa kecewa.

"Ma-af, aku khilaf." Cicitnya, dirinya tak menyangka Muntaz bisa semarah ini kepada dirinya. Lelaki yang selama ini selalu bersikap dan bertindak manis itu terlihat begitu menyeramkan. Matanya memerah menahan kobaran amarah.

"Khilaf? bagian mana yang terlihat tidak disengaja itu, Mahira? saat dirimu menenggak minuman haram itu? atau saat dirimu menggoyangkan badanmu bersama Lelaki asing? kau terlihat sangat menikmatinya! tanpa memikirkan statusmu yang sudah bersuami. Sadar dirilah kau Hira! sebentar lagi dirimu akan menjadi seorang ibu!" Serangnya lagi tanpa ampun, kali ini tidak ada belas kasih seperti biasanya saat melihat wanitanya menitikkan air mata. Hatinya benar-benar merasa dikhianati.

"Aku hanya mencari sedikit hiburan, Muntaz! kau jahat. Sama sekali tidak mengerti diriku!" Hira tak kalah garang dari Muntaz, ia membentak sang suami kala sudah tersudut. Lalu pergi memasuki kamar mereka dengan membanting pintu.

"Sialan, brengsek!" Muntaz meninju angin, lalu mengacak rambutnya dan menghempaskan bokong nya ke sofa. Sengaja dirinya tidak menyusul Mahira, dia takut kehilangan kendali berakhir menyakiti fisik sang istri.

"Ma... Maafkan Muntaz, karena telah gagal membimbingnya." Gumamnya lirih mengadu kepada almarhumah sang Ibu yang dulu begitu menyayangi Mahira. Berkali-kali lelaki itu memijat pangkal hidungnya, berharap bisa sedikit meredakan emosinya.

               ***

Malam pukul 21:30 WIB. Maysarah merasakan perutnya kram, rasa nggak nyaman dan sakit pada jalan lahirnya, sama seperti saat dirinya merasakan nyeri pada waktu mau datang bulan.

"Dek... kamu baik-baik saja kan, sayang? jangan buat Aunty khawatir, Nak." May mengelus perutnya sambil bergumam cemas. Saat ini dirinya tengah berada di dalam kamarnya sendiri. Sedari tadi May mencoba untuk tenang, bahkan tak putus bibirnya melantunkan Sholawat Nabi.

"May... kamu udah tidur belum?" Seru suara sang ibu memanggil sambil mengetuk pintu kamar Maysarah.

Perlahan May berjalan mendekati pintu, ditahannya suara ringisan sakitnya. "Ada apa Bun?" tanyanya kala melihat raut cemas Senja.

"Bunda sama Ayah mau ke rumah sakit. Tantemu pendarahan." Senja berujar cepat, sama sekali tak memperhatikan raut May yang tak nyaman menahan nyeri.

"Bun...May ikut ya, soalnya perut...,"

"Kamu di rumah aja, ngapain malam-malam kurang kerjaan ikut ke tempat banyak penyakit untuk ibu hamil itu!" selanya memotong kalimat May.

"Udah cepetan tidur! jangan suka begadang lagi, May. Kamu wajib menjaga calon keponakanmu itu dengan baik." Ibu dari tiga orang anak itu lantas berjalan cepat masuk ke dalam lift yang akan membawa dirinya ke lantai bawah, tak menghiraukan Maysarah yang mencoba memberitahu tentang keadaan dirinya.

May masih mematung berdiri di tengah-tengah pintu kamarnya. Rasanya ingin sekali dia berteriak menuntut haknya sebagai seorang anak yang juga ingin diperhatikan dan tentunya disayangi.

"Shhh... ya Allah kenapa semakin sakit." Adu nya lirih seraya kedua tangannya menopang perut bagian bawah. Lalu May masuk lagi kedalam kamar, mengambil benda pipih untuk menghubungi Mbak supir pribadinya.

"Assalamualaikum, Mbak. Tolong naik ke lantai atas kamarku." Titahnya.

Kemudian dirinya menekan tombol panggil ke seseorang yang selama ini dapat diandalkan.

"Assalamualaikum... Kak, perut May sakit sekali. Tadi sewaktu pipis ada lendir darah berwarna coklat gelap kak," beritahunya saat sambungan telepon terhubung.

"Subhanallah... cepetan kesini May, kakak tunggu di rumah sakit Husada. Bilang sama si Mbak, hati-hati nyetirnya, walaikumsalam,"

"Iya... kak, ini May udah minta tolong sama si Mbak untuk membantu." Langsung sambungan telepon terputus bertepatan dengan si Mbak sudah sampai di kamar Maysarah.

"Nona... Anda masih dapat menahan rasa sakitnya, kan? kalau tidak, saya gendong saja." Si Mbak supir yang juga merangkap menjadi bodyguard Maysarah menawarkan diri sembari mendekati Nona mudanya yang tengah duduk di atas ranjang, sangat terlihat tengah menahan sakit. Buliran keringat memenuhi keningnya.

"Tolong saya, Mbak... Perut saya sakit sekali." Rintihnya sambil mengatur nafas untuk sedikit meredakan rasa nyeri.

Bersambung...

Terimakasih sudah mampir ♥️

Jangan lupa klik Like & permintaan update ya ♥️

1
GRL VJAESUKE
up lagi dong
anjurna
May, kamu ingin melakukan apalagi May?😔😔😔
anjurna
Hira memang wajib di waspadai. Karena mulut Hira itu seperti senjata mematikan, Senja.
anjurna
Gini, nih. Gimana mau akurnya, kalau mulut mu nggak bisa di jaga.
anjurna
Kenapa marah, Hira? Kamu aja selalu cari perkara kalau ketemu May. Gimana mau akurnya😑😑😑
anjurna
May, kamu bisa aja ya😅😅😅
anjurna
Esti selalu siap sedia untuk diandalkan😁
Tanz>⁠.⁠<
tolong hidup lah sesuai keinginan mu may, jangan mau terus terusan nurutin keinginan gila nya si Hira.
Tanz>⁠.⁠<
Kegilaan apa lagi yang kau inginkan dari may, Hira 😌
Tanz>⁠.⁠<
aduh senja, soal begini saja kamu gak tau, masa kepribadian anak sendiri aja gak tau. dari sifat Hira aja, udah keliatan aura jahat nya. mau mereka serahim kek Se pabrik ke, Se apa lah itu. kalo jahat ya jahat. emosi pulak aku sama kau senja 😤
Tanz>⁠.⁠<
hadeh si Munmun mana sih, nih binik nya bakal di apain nih sama sih Hira tulul ini 😮‍💨
Tanz>⁠.⁠<
iri iri aja Hira, astaga segala mau bicara 4 mata, Sono bicara Ama mata kucing aja /Facepalm/
Tanz>⁠.⁠<
nyolot banget sih, ku cubit ginjal mu, nangis /Smug/
Tanz>⁠.⁠<
bisa bisa nya may masih anggap mereka keluarga /Facepalm/
Tanz>⁠.⁠<
sangat sangat tau taz, udah mending kamu urusin mantan istri mu itu, yang akan membuat mau makin depresi /Sob/
Tanz>⁠.⁠<: may maksud nya 😭
total 1 replies
Tanz>⁠.⁠<
⚡⚡⚡⚡⚡⚡⚡⚡
Tanz>⁠.⁠<
gimana ekspresi mu taz? /Chuckle/
Tanz>⁠.⁠<
jadi ibu lah, dari pada kamu jadi janda /Tongue/
Tanz>⁠.⁠<
iya iya, si paling rajin deh /Chuckle/
Tanz>⁠.⁠<
Esti....ambil ini 🪦🪦🪦🪦 lempar di kepala 2 manusi itu, buruan esss /Determined/
LapCuk: ngaworrr 😆
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!