NovelToon NovelToon
TA'ARUF KELUAR JALUR

TA'ARUF KELUAR JALUR

Status: tamat
Genre:Tamat / Nikahmuda / Hamil di luar nikah / Selingkuh / Beda Usia / Keluarga / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:7.3k
Nilai: 5
Nama Author: cerryblosoom

Keputusan untuk melanjutkan pendidikan atau menikah, menjadi beban sejak aku menerima surat kelulusan SMA. Ditengah kegundahan hati, kepercayaan keluargaku, membawa penerimaan hatiku akan kehadiranmu yang asing.

Meski perkenalan kita hanya singkat, janji yang kamu ucapkan kala itu begitu manis.

"Gpp, aku tungguin kamu sampai lulus kuliah kok. Kita tunangan saja dulu. Nanti aku juga akan membantu biayanya."

"Tapiiii-"

"Udahlah, nduk percaya sama, Rian. Niat nya kan baik mau mengikat kamu. Dari pada kalian pacaran-pacaran yang gak bener, loh."

"Tapi bu, aku masih ingin kuliah."

"Iya kan bener kalian tunangan dulu, kamu lanjut tuh kuliahnya. Itu nak Rian juga mau bantu biayai, benar kan, nak."

"Iya bener, Bude."

Masih kuingat pancaran mata berapi-api tanpa keraguan yang menatapku. Mata itu pula yang membuat aku jatuh hati. Karena seolah hanya aku di matanya. Saat itu aku hanya bisa menggangguk pasrah.

"Baiklah."

Tanpa kutahu badai yang menerpa akan begitu dasyatnya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cerryblosoom, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 8 PEMBICARAAN DENGAN ORANG TUA

"Bude,,Pak dhe kami mau pamit,, sudah terlalu lama disini," ucap Jordi sopan.

"Loh, kok buru-buru nak," balas Pak Fahmi. "Amy sih temennya di depan malah dicuekin."

"Hehehe, maaf pak," Ameera cengengesan, sesungguhnya gadis itu lupa temannya masih berada disini.

"Bukan karena itu kok Pak dhe. Itu karena tadi izinnya hanya mengantarkan Ameera saja. Jadi ya gak bisa tinggal lama-lama, guru pasti nyariin," terang Jordi.

"Oh, begitu. Yasudah hati-hati ya, terima kasih sudah datang loh," kata Pak Fahmi.

"Kalau begitu kami pamit. Assalamu'alaikum," kata Jordi mewakili. Ketiganya lantas saling mencium tangan kedua orang tua Ameera secara bergantian.

"Waalaikumsalam."

"Waalaikumsalam. Terima kasih ya nak sudah jauh-jauh kesini," sahut Bu Dona.

"Iya sama-sama, Bude," jawab ketiganya serempak.

"Kami tinggal ya, Ra," kata Cherry pada Ameera.

"Iya, makasih semuanya," Ameera lantas memeluk kedua temannya sebagai salam perpisahan. Arti sebuah sahabat benar-benar baru ia rasakan bersama Cherry dan Ratu.

Usai memeluk kedua sahabatnya, perhatian Ameera lantas beralih pada Jordi. "Makasih ya Jor."

"Sama-sama, tak perlu sungkan," jawab Jordi.

...----------------...

Tak lama setelah kepergian ketiga teman Ameera.

Seorang pemuda berjalan menuju ke kamar tempat ibu Ameera di rawat. Di tangan ya tergantung sekantong buah tangan. Jelas pria itu datang untuk menjenguk. Di Tengah jalan ia berpapasan dengan Reizal yang baru saja selesai mengurus administrasi.

"Loh,, Rian. Kok kamu disini,, ada keluarga yang sakit?" tanya Reizal.

Tak ada terbesit di pikiran nya bahwa, Adrian datang untuk menjenguk ibunya. Karena memang kabar kecelakaan ibunya belum diberitahukan kepada siapa-siapa.

"Mau jenguk bude, mas."

"Ibuku maksudnya?"

"Iya."

"Kok bisa tau ibu kecelakaan. Denger dari siapa kamu?" tanya Reizal heran.

"Tadi aku ke rumah,, menemui permintaan pak dhe untuk membahas masalah Amy. Tapi pas aku dateng ternyata hanya ada mbak Sarah. Mbak Sarah lah yang kemudian bilang bude kecelakaan dan semua orang di rumah sakit untuk menjaganya," jelas Adrian jujur.

"Ohh, iya aku lupa. Tapi kok ya pagi sekali kamu datangnya. Apa tidak bekerja."

Adrian tertawa malu, "Hehe, lagi libur mas." Tak mungkin juga dia mengatakan sudah tak bisa menahan rasa penasaran, apa yang akan dibahas oleh ayah Ameera, mengenai gadis yang dia sukai. Hingga akhirnya memutuskan untuk mengambil cuti selama sehari.

Keduanya terus mengobrol sepanjang perjalanan. Layaknya seorang yang sudah akrab lama. Mereka baru berhenti setelah sampai di ruangan Anggrek.

"Pak,,bu lihat siapa yang dateng," setu Reizal membawa masuk Adrian.

"Assalamualaikum," Adrian mengucap salam. Saat masuk matanya langsung menangkap keberadaan Ameera. Dan itu sama sekali tak di duga. Pikirnya tak mungkin kabar sedih begini akan diberitahukan pada Ameera yang seharusnya masih di sekolah.

Sejak awal kedatangan Adrian ke rumah sakit memang murni hanya menjenguk ibu Ameera. Selain sebagai keprihatinan karena telah mengenal lama. Itu juga bentuk kepedulian Adrian pada keluarga gadis yang ia taksir. Tapi tak dia duga takdir membuatnya bertemu Ameera.

"Waalaikumsalam," jawab semua orang termasuk Ameera.

"Ini sedikit saya bawakan buah tangan," Adrian menyerahkan sebuah bingkisan.

Mengetahui keluarganya belum menerima Adrian, Reizal pun berinisiatif menerimanya. "Kau ini repot-repot sekali, Yan."

"Terimakasih, nak," timpal Bu Dona.

"Gak Repot kok.... Sama-sama Bude."

Seperti anak seperti bapak, Pak Fahmi langsung mengutarakan pertanyaan yang sama seperti Reizal. "Nak Adrian kok bisa disini,, apa ada keluarga yang sakit."

"Tidak ada, pak dhe. Memang Rian kesini untuk menjenguk Bude," jawab Adrian.

Reizal sebagai pendukung Adrian pun ikut membuat kata-kata baik. "Anak ini datang ke rumah gara-gara janji sama bapak semalem ituloh. Terus saat istriku bilang ibu kecelakaan. Adrian langsung berinisiatif datang kesini untuk menjenguk."

"Terima kasih sudah datang. Masalah janji semalam, ditunda dulu saja," balas Pak Fahmi.

Bukannya tak menghargai kedatangan Adrian. Sebagai ayah yang anaknya disukai, dia tak ingin terkesan memberi pengharapan. Maka dari itu Dia menjaga sikapnya, tak dingin, tidak juga ramah, hanya sewajarnya.

...----------------...

Beberapa minggu kemudian. Tibalah waktu untuk membicarakan pembicaraan yang sempat ditunda. Agar Ameera tak mengetahui apa yang terjadi. Sengaja dipilih waktu saat jadwalnya Bu Dona chek up ke rumah sakit. Kenapa tidak saat Ameera sekolah saja. Jawabannya jelas pada waktu itu baik Pak Fahmi dan Adrian sama-sama bekerja.

Suasana malam ini begitu tenang, tidak hujan, tidak pula mendung. Sehingga suhu pun tidak dingin juga tidak panas. Memang waktu paling cocok untuk bicara.

"Jadi kamu menyukai anak saya?" tanya Pak Fahmi.

"Iya pak dhe," jawab Adrian tanpa ragu.

"Tapi kamu sudah tahu Amy tidak menyukai mu kan."

Adrian menelan ludah, suara sedikit mengecil saat menjawab. "Sudah."

"Saya langsung saja, Ameera masih sekolah,, masih belum lulus SMA. Memang saya tidak izinkan untuk berpacaran juga. Kalau memang mau serius ya menikah. Jadi kalau kamu cuma suka, terus berpikiran untuk pacar-pacaran, lebih baik urungkan niatmu itu," kata Pak Fahmi dengan ketegasan seorang orang tua.

Mendengar perkataan Pak Fahmi, yang meragukan niatnya, tentu saja dengan cepat Adrian ingin membantah itu. Tapi masalahnya Adrian bukan orang yang bisa mengutarakan isi hatinya dengan mudah. Memiliki trauma yang mendalam menjadikannya pribadi yang susah untuk menjelaskan. 

"Saya serius pada Ameera pak dhe," kata Adrian. Kata-katanya sedikit mengandung keraguan. Bukan ragu akan keseriusannya pada Ameera. Tapi ragu keseriusannya akan dimengerti.

Dan sayangnya tebakan Adrian benar. Pak Fahmi memang kurang puas dengan jawaban Adrian. Baginya itu hanya jawaban yang terkesan main-main.

Seharusnya jika memang ingin serius pada Ameera, Adrian harus berinisiatif menjelaskan keseriusannya. Tentang apa yang akan pria itu lakukan untuk membuktikan keseriusannya. Pak Fahmi tak minta banyak, tak minta Adrian untuk mengutarakan janji-janji juga. Baginya menikah itu bukan perkara ijab langsung selesai. Tapi banyak bumbu di dalamnya, yang jika tak hati-hati bisa menghasilkan racun yang mematikan.

Sebagai ayah dia hanya ingin mendengar bagaimana Adrian meyakinkan nya, untuk mempercayakan putrinya pada pria itu.

Meski kecewa, Pak Fahmi tak menunjukkannya dengan jelas. 

"Bagus jika kamu serius,, tapi seperti yang saya bilang Ameera masih sekolah."

"Saya bersedia menunggu."

Pak Fahmi meremehkan perkataan Adrian. Pria mapan sepertinya jelas, pasti banyak yang mendekati. Dan tak akan mampu menunggu terlalu lama.

"Paling 3 bulan, 4 bulan langsung menyerah. Yahh, apa aku biarkan saja, sampai menyerah sendiri," pikir Pak Fahmi.

"Jika kamu ingin menunggu saya tidak akan melarang. Saya ingatkan Ameera masih pertengahan kelas 11,, kurang lebih setahun waktunya jika kamu ingin menunggu," kata Pak Fahmi memperingatkan.

Adrian mengangguk dengan mantap, "Tapi saya harap pak dhe juga bisa menjaga Ameera, maksud saya sam-"

"Saya mengerti, tak perlu kamu bilangin pun saya paham," potong Pak Fahmi tak sabar.

"Kalau begitu saya bisa yakin."

1
cerry
Tanpa sadar seminggu gak up/Grievance//Hammer//Smug/
cerry: Hehehe/Blush/
moon: emang kok, othornya sungguh annu /Grievance/
total 2 replies
cerry
Detail yg hampir terlupa/Toasted/. Adrian sdh pernah melihat Amy tanpa kerudung/Facepalm//Pray/
🍟Xiao Hanꪶꫝ୧⍤⃝🍌❤️⃟Wᵃf
tolong /Facepalm/... minum air putih dulu
🍟Xiao Hanꪶꫝ୧⍤⃝🍌❤️⃟Wᵃf: lagi cari hiburan /Facepalm/
cerry: Han kok ad disini 👀👀
total 2 replies
NurAzizah504
Hai, Kak. Ceritanya keren. Mau saling dukung ga, Kak?
cerry: Semangat berkaryanya/Determined/
NurAzizah504: Oalah, baiklah, Kak /Joyful//Good/
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!