12
Sabila Alfiana Bumantara.
Diusia 19 tahun, ia adalah sosok yang begitu periang. Bahkan, diusia itu ia sangat bermimpi untuk menikah muda bersama laki-laki impiannya. Namun, karena sebuah insiden tidak mengenakan membuatnya mengubur impiannya untuk menikah muda. Bahkan, pernikahan sudah tidak ada lagi dalam list tujuan hidupnya hingga kini usianya menginjak 29 tahun.
Lalu, sebenarnya insiden apakah yang akhirnya membuat Sabila menolak untuk menikah? Ikuti kisahnya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratu jagad 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
Sembari menunggu suaminya makan, Sabila membuka ponsel karena mendengar tanda pesan masuk di ponselnya. Ternyata, pesan tersebut berasal dari Luna. Sejenak, Sabila fokus pada ponselnya dan mengacuhkan suaminya, membuat Xavier menghentikan makannya dan fokus menatap sang istri.
"Chating dengan siapa?" tanya Xavier. Sebab, ia melihat jemari istrinya yang tampak begitu sibuk mengetik.
"Kak Luna," jawab Sabila tanpa melihat ke arah suaminya.
"Luna? Sejak kapan kalian bertukar nomor?"
"Kemarin," Sabila meletakkan ponselnya demi bisa melihat suaminya. "Untung saja kemarin Kak Luna membantuku menyelesaikan pekerjaan, karena kalau tidak, mungkin pekerjaanku masih menumpuk sampai sekarang." ucap Sabila, membuat Xavier mengangguk paham dan kembali memakan makanannya tanpa bertanya lebih lanjut.
*
Selesai dengan urusan pekerjaan, Sabila dan Xavier memutuskan untuk pulang. Begitu keluar dari boutique, bertepatan dengan kedatangan sebuah mobil yang membuat Sabila dan Xavier menghentikan langkah.
"Kak Luna?" sapa Sabila.
"Hai, Bil." Luna tersenyum pada Sabila. "Tuan," sapanya pada Xavier.
Xavier hanya mengangguk singkat ke arah Luna. Entah mengapa, ia merasakan firasat tidak baik kepada Luna, dan hal itu membuatnya enggan untuk memulai interaksi lebih. "Sayang, aku tunggu di mobil ya, jangan lama-lama." Xavier mengecup pucuk kepala istrinya dan segera masuk ke mobil.
"Mmm, jadi Kak Luna ada perlu apa ke sini?" tanya Sabila.
"Tidak, tadi aku hanya kebetulan lewat sekitar sini, makanya memutuskan mampir sebentar. Tapi ternyata kalian sudah akan pulang."
Luna terlihat seperti orang bodoh sekarang. Bagaimana tidak, tadi ia sengaja ke boutique Sabila karena Sabila mengatakan bahwa dirinya sedang berada di boutique bersama Xavier. Mendengar hal itu tentu membuat Luna senang dan langsung memutuskan menyambangi Sabila. Namun, siapa sangka, Xavier justru pergi dan mengacuhkannya.
"Sayang," panggil Xavier.
"Iya sebentar," Sabila kembali menatap Luna yang ada di hadapannya. "Mmm, Kak. Maaf sebelumnya, tapi Xavier sedang tidak enak badan, jadi kami harus segera pulang." ucap Sabila tak enak hati.
"Oh, tidak apa-apa, santai saja."
"Kalau begitu, aku duluan, permisi."
Luna membalik tubuhnya dan melambaikan tangan ke arah mobil Xavier yang mulai menjauh. "Xavier tidak enak badan?" monolog Luna. Sedetik kemudian, senyum licik terbit di sudut bibirnya.
Di sisi lain, Xavier terlihat fokus mengendarai kendaraannya menuju jalan pulang. Sementara Sabila justru mengisi kekosongan selama perjalanan dengan bermain ponsel. Xavier yang melihat istrinya mengacuhkannya 'pun akhirnya merebut ponsel sang istri dan menaruhnya di dashboard.
"Vier," cegah Sabila.
"Kalau sedang bersama, jangan bermain ponsel." ucap Xavier singkat tanpa menatap Sabila.
"Tadi aku hanya berbalas pesan dengan Kak Luna."
"Luna lagi? Bukankah tadi kalian bertemu, lalu kenapa masih tetap saja menghubungi via chat. Mencurigakan!"
"Hust! Kau itu terlalu overthinking. Kami tadi tidak sempat bicara banyak karena kau merengek memanggilku. Maka dari itu dia mengirimiku pesan."
"Tetap saja, kau harus hati-hati dengannya." ucap Xavier.
"Hati-hati kenapa?"
Xavier melihat keadaan sekitar karena kini ia akan menepikan mobilnya. "Hati-hati saja. Mana tahu dia ada niat buruk denganmu. Atau jangan-jangan, dia malah menyukaimu dan berniat merebutmu dariku, 'kan itu bahaya." ucap Xavier sembari melepas sabuk pengamannya.
Mendengar ucapan Xavier, bukannya marah, Sabila justru tertawa terbahak-bahak. "Aku rasa pikiranmu perlu refreshing biar tidak berpikiran aneh-aneh."
"Ini bukan pikiran aneh, Bil. Tapi dunia sekarang, perselingkuhan itu bukan hanya tentang laki-laki dan perempuan saja, bisa saja ada hubungan perselingkuhan sesama jenis."
"Baiklah, terserah ku saja." ucap Sabila pasrah. "Kau mau ke mana?" tanya Sabila saat melihat Xavier membuka pintu mobil.
"Membeli ketoprak sebentar. Kau mau?"
"Ketoprak?" Sabila melihat ke arah gerobak penjual ketoprak dengan mengernyitkan dahinya. "Memang perutmu tidak kenyang?"
"Masih ada sisi yang belum terisi. Jadi, kau mau sekalian?"
"Tidak, kau saja."
"Baiklah kalau begitu." Xavier langsung melenggang pergi untuk membeli keinginannya.
"Kenapa dia jadi senang makan begini?" monolog Sabila heran.