Dara

Ceklek

"Sepertinya rumah bukan tempat ternyaman bagimu untuk pulang, Tuan Ibra"

"D-dara?", Ibra tertegun, "Em ... maaf, maksudku Ibu Dara"

Dara tersenyum, dia menatap Ibra sekilas, "Saya tidak tahu apa ini bisa disebut karma atau kemalangan. Tapi kalau boleh saya katakan, Anda terlihat-", Dara menjeda ucapannya lalu tersenyum sinis, "Mengenaskan"

Ibra tercengang tanpa kata

"Urusan rumah tangga Anda bukan urusanku, tapi masalah perusahaan, saya tetap punya andil di dalamnya"

Ibra duduk didepan Dara, menatap perempuan itu dengan tatapan yang tak bisa di artikan,

"Saya yakin, Anda sangat tahu bagaimana kondisi perusahaan Anda saat ini"

Tok Tok Tok

Keduanya menoleh ke arah pintu,

"Masuk"

Asisten Ibra datang membawa dua cangkir minuman, "Ini kopi untuk Anda dan teh untuk Ibu Dara"

"Terima kasih"

Asisten Ibra mengangguk kemudian undur diri. Hening sejenak karena dua manusia itu sama - sama diam.

"Saya ulangi pertanyaan tadi. Saya yakin, Anda tahu persis kondisi Seruni Grub"

"Saya mengerti, tapi saya belum mau menyerah"

Dara tertawa kecil, "Anda ingin menyangkal dan meyakini jika Seruni Grub masih baik - baik saja?", pertanyaan Dara membuat Ibra bergeming, "Seruni Grub sudah berakhir, Tuan Ibra"

Deg

Sorot mata Ibra seketika redup. Rahang tegas yang sedikit tirus dengan lingkar hitam dibawah mata menandakan jika Ibra tidak baik - baik saja. Pasti banyak beban yang ditanggungnya. Dara merasa iba, tapi hanya sebatas itu.

"Saya bisa saja kembali membantu Seruni Grub, tapi kali ini dengan cara membelinya. Yang artinya, perusahaan ini akan menjadi milik saya"

Ibra menatap Dara, pandangan mereka bertemu untuk beberapa detik, "Jika Anda menerima tawaran saya, hubungi saya segera" Dara beranjak kemudian pergi, namun belum sampai di pintu, perempuan itu menatap ke samping, "Menurut saya, tidak masalah memulai kembali dari awal. Semua orang punya jalan hidup masing - masing. Jika dalam rumah tangga Anda kurang beruntung, setidaknya Anda tidak mengenaskan dalam hal pekerjaan!"

Usai kepergian Dara, Ibra menghela nafas berkali - kali. Dia melepas dasinya, menyandarkan tubuhnya lalu memejamkan mata. Semua sudah berakhir, dirinya gagal mempertahankan perusahaan yang Papanya dirikan.

🌿🌿🌿

Berita Seruni Grub yang gulung tikar langsung mencuat ke berbagai media. Tidak hanya televisi, tapi juga berbagai media sosial.

"Kita benar - benar sudah berakhir, Pa" lirih Indira pada suaminya

Indra tampak menghela nafas, "Apa ini karena kesalahan kita?"

Indira menatap suaminya, "Semua yang terjadi sudah takdir, Ma. Tidak ada yang perlu di sesali tapi di hadapi"

"Ma, Pa, apa benar kalau perusahaan Papa bangkrut?" tanya Cantika dengan nafas tersengal - sengal

Keduanya hanya diam tanpa memberikan jawaban. Cantika menatap sedih kedua mertuanya.

"Ini pasti karena Dara! Aku harus menemuinya!"

Cantika segera pergi menggunakan mobilnya, dia mengemudi dengan kecepatan tinggi.

Setibanya di kantor Artha Raya, istri dari Ibra itu segera menuju ke ruangan Dara.

"Maaf, Anda tidak boleh masuk", seru sekertaris Dara

"Aku tidak butuh persetujuanmu! Aku ingin bertemu Dara!"

"Anda dilarang seenaknya. Jika Anda tetap memaksa masuk, saya akan memanggil security!"

"Panggil! Aku tidak takut!"

Mendengar keributan di luar ruangannya, Dara segera keluar. Terlihat sekertarisnya sedang menghalangi Cantika yang memaksa masuk ke ruangannya.

"Maafkan saya, Bu. Dia terus memaksa masuk"

"Biarkan dia masuk" ucap Dara lalu masuk lebih dulu, "Kenapa kau senang sekali membuat masalah, hm? Atau memang hobimu?"

"Kau yang membuat masalah, Dara!"

"Aku?", tanya Dara menunjuk dirinya sendiri

"Benar! Karena kau, Seruni Grub bangkrut!"

Dara tertawa, "Jadi menurutmu, aku yang menyebabkan perusahaan mertuamu bangkrut?"

"Tentu saja! Siapa lagi! Kau pasti sengaja melakukan ini untuk merebut Ibra kembali, kan?! Mengaku saja!"

Dara menatap Cantika lalu kembali tertawa, "Kau tidak lihat, aku ini cantik. Aku juga kaya. Mendapatkan seribu Ibra aku bisa. Kenapa harus memungut bekasmu!"

Cantika mengepalkan tangan, "Lalu apa tujuanmu menghancurkan keluargaku?! Kau ingin balas dendam?"

"Benar. Aku memang ingin balas dendam. Tapi asal kau tahu, tanpa aku hancurkan, perusahaan mertuamu memang sudah hancur. Sebelum menyalahkan orang lain, alangkah baiknya kau cari tahu dulu akar masalahnya!"

"Apapun alasannya, kaulah penyebab semuanya! Semua terjadi sejak kemunculanmu!"

Dara bersedekap dada, "Baiklah kalau kau masih menyalahkan aku. Bagaimana kalau aku berikan penawaran menarik. Aku yakin kau akan langsung setuju tanpa berpikir dua kali"

Cantika terkekeh, "Aku yakin, kau pasti merencanakan sesuatu!"

Dara mengangguk, "Dua hal yang aku tawarkan. Pertama, aku membeli Seruni Grub. Kedua, aku mau membantu Seruni Grub, tapi syaratnya kau harus menceraikan Ibra!"

"Perempuan sialan!"

Plak

"Sudah aku peringatkan, jangan berani menyentuhku!" peringat Dara. Wajah Cantika memerah, dia hendak menampar Dara namun Dara lebih dulu menamparnya.

"Ternyata benar, kau memang mengincar suamiku!"

Dara melangkah lalu duduk di kursinya dengan anggun, "Pilihan ada di tanganmu. Jika kau mau hidup susah pilih opsi pertama. Jika kau ingin menyelamatkan keluargamu, pilih opsi kedua!"

"Kau memang jahat, Dara!"

"Oh ya? Aku jahat? Kalau aku jahat, lalu kau apa? Jangan membandingkan dirimu denganku!" ucap Dara dengan sinis, "Tapi kalau kau ingin melihat betapa jahatnya aku, aku bisa menunjukkannya!"

Deg