Aldan harus menuruti kemauan sang Ayah untuk menikahi musuh abadinya dimulai dari masa SMA. Menikahi Alya tidak pernah terbayang dalam benaknya, terlebih lagi umurnya yang masih terlalu muda untuk menjamah sebuah hubungan pernikahan.
•
"Yang benar saja, Ayah.. Aku harus menikahi gadis tantrum itu?" Tanya Aldan sembari menunjuk ke arah Alya yang menatap nya tajam.
"Yaelah, aku nggak akan tantrum kalau Lo nggak ganggu!" Lawan Alya tak mau kalah.
SEASON 2 Cerita ini=→Istri Dadakan Om Duda
~~~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haasaanaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PDAS~~~Chapter 25
Sepanjang perjalanan Alya terus mendengarkan Aldan yang bercerita ini itu dengan Thena. Bahkan Alya bagaikan barang pelengkap saja, tidak dianggap sama sekali oleh dua orang yang ntah berhubungan apa. Bahkan Alya tidak tahu, Aldan tidak jelas memperkenalkannya.
“Di luar Negri membuatmu menjadi wanita yang lebih dewasa, Ana. Aku kagum dengan itu, bahkan aku belum dewasa seperti itu.” Ucap Aldan yang langsung membuat Alya yang sedang makan kukunya sendiri menjadi terdiam.
“Ah Aldan, kau jangan merendahkan diri seperti itu. Dari yang aku lihat, kau lebih dewasa sekarang.” Kata Thena sembari tersenyum kepada Aldan yang juga tersenyum.
Alya teringat dengan panggilan Aldan kepada wanita sok lembut itu, sontak Alya langsung berdecak. Alya langsung maju, ia mendekat pada Aldan yang tengah fokus menyetir.
“Berhenti mengabaikan kekasihmu ini, sayang..” Ucap Alya dengan nada tak kala lembut.
Bahkan Aldan sampai heran melihatnya, sembari fokus menyetir Aldan melirik kearah Alya yang tersenyum manis. Lalu, Alya melihat kearah Thena. Wanita itu terlihat berekspresi biasa saja, malah asyik melihat perjalanan yang dilewati.
Alya tersenyum puas, ia kembali ke tempat duduknya bermain dengan ponsel yang sedari tadi terus berbunyi.
“Ana, Aku tidak bisa masuk..jadi hanya bisa mengantarmu sampai sini saja.” Kata Aldan kala mobilnya sudah berhenti didepan pagar yang menjulang tinggi.
“Tidak apa, Aldan. Terimakasih sudah mau menjemput dan mengantarkan aku tadi, sekali lagi terimakasih.” Ucap Thena sembari tersenyum sangat manis.
Aldan hanya tersenyum saja, ia memerhatikan gerak-gerik Thena yang sudah pergi menuju pagar utama. Barulah Aldan melihat kearah belakang dimana Alya sedang asyik dengan ponselnya disana.
“Heh tikus!” Panggil Aldan, sontak Alya langsung menatap kearahnya.
“Apa? Yaudah cepetan lanjutkan perjalanan ini, aku udah ngantuk.”
“Pindah kedepan, aku bukan supir pribadimu.” Perintah Aldan yang hanya mendapatkan helaan napas panjang dari Alya. Padahal tinggal melaju saja, kenapa juga harus repot-repot pindah lagi.
“Cepetan, Alya!” Perintah Aldan dengan tidak sabarannya. Sudah pasti Alya pindah tapi tidak melalui pintu, melainkan dari tempat duduknya langsung. Dengan sedikit kesusahan Alya berhasil pindah dibangku depan, Aldan sampai takjub melihat kelakuan Alya kali ini.
“Ck, Kau benar-benar wanita sinting.” Cibir Aldan yang hanya mendapatkan juluran lidah saja dari Alya. Menurut Alya, Aldan bebas mau mengatakan apapun. Ia tidak akan masalah dengan itu, baginya omongan Aldan hanyalah angin lalu saja.
~
Aldan kembali melajukan mobilnya, ia melirik kearah Alya yang asik melamun menikmati perjalanan. “Kau tidak ingin tanya tentang Thena dalam kehidupan ku?” Pertanyaan Aldan sebagai pembuka pertama setelah lama terdiam di antara keduanya.
“Ingin, sebenarnya ada apa antara kau dan Thena? Bahkan kau sampai-sampai memiliki nama panggilan untuknya, sudah pasti orang spesial kan?” Pertanyaan Alya cukup banyak, Aldan tidak menyangka jika Alya akan bertanya sebanyak itu.
“Kenapa kau bertanya banyak sekali? Apa aku sepenting itu untukmu? Apa jangan-jangan kau sudah memiliki rasa untukku?” Ayolah Aldan malah menyerang Alya dengan pertanyaan balik.
Sudah pasti Alya bingung dengan maksud Aldan sebenarnya, minta ditanya malah sekarang dirinya dituduh. Alya menatap tajam kearah Aldan yang terlihat kepedean.
“Bodoamat deh!” Alya jadi malas sendiri.
Sejak kapan berurusan dengan Aldan Matthew adalah hal yang gampang. Sudah pasti hal sulit, Alya lupa akan kenyataan itu. Seharusnya ia tidak menanyakan pria itu tadi, Alya merasa bodoh telah terpancing dengan Aldan.
••
Mansion Keluarga Matthew
Alya melihat Zea yang sedang makan didapur, sepertinya anak itu baru sempat makan malam. Pelan-pelan Alya datang menyusul sang adik ipar, kebetulan Aldan sedang sibuk membersihkan diri dikamar.
“Zea..” Sapa Alya yang langsung membuat Zea sedikit terkejut tentunya.
“Ada apa, Kak? Kok belum tidur?” Tanya Zea sembari menaruh piring kotor itu di Wastafel. Alya melihat Zea yang terus saja menguap, sudah pasti bocah itu akan pamit tidur sebentar lagi.
“Kalau Kakak mau ajak bergosip, nanti aja deh ya ceritanya. Aku ngantuk banget, nggak tahan lagi.” Zea malah sudah pamit belum lagi Alya bicara satu katapun.
Pada akhirnya Alya seorang diri didapur, adik iparnya itu malah pergi begitu saja. “Heih, adik sama abang sama aja. Sama-sama susah ditanya dan diajak bicara!” Umpat Alya sembari menenggak habis minum kaleng yang baru saja ia ambil di lemari pendingin.
Baru Alya ingin pergi, ia melihat Aldan yang melangkah menuju kearahnya. Rambut pria itu basah membuat ketampanan Aldan semakin nyata dimata Alya. Pria itu memakai kaos berwarna biru langit dengan celana santai berwarna cokelat. Tatapan Alya jatuh sempurna kepada Aldan yang berjalan kearahnya.
“Al, Kau bisa masak tidak?” Tanya Aldan sembari memegang perutnya. “Aku lapar, buatkan telur mata sapi aja dong..” Pinta Aldan kepada sang istri.
Jujur, sebenarnya Alya tidak bisa masak. Tidak pernah melakukan hal seperti itu seumur hidupnya, Alya tidak pernah memegang benda seperti itu. Tapi, kalau jujur sudah pasti harga diri Alya akan tergadai malam ini.
“Hei, bisa tidak?” Aldan melempar Alya dengan sampah jajan yang baru saja ia makan. Sontak Alya tersadar, bahkan tanpa sadar langsung mengangguk mantap.
“Cepat buatkan!” Aldan menunggu di meja makan sembari bermain dengan ponselnya. Alya merasa benar-benar sekarang butuh untuk pandai memasak, mengingat sang suami yang suka random minta dimasakin seperti ini.
Dan kini Alya berhadapan dengan teflon dan telur dadar ditangannya. Alya ragu sekali bisa melakukan hal ini sebenarnya, tapi ia harus bisa mengingat Aldan yang masih menunggu di meja makan. Alya menaruh sedikit margarin lalu menyalakan api kompor.
Dan detik yang paling mendebarkan adalah memecahkan telur. Alya teringat dengan para pelayan yang memecahkan telur, dengan pd nya Alya mengikuti cara itu. Sayangnya telur itu emang pecah tapi jatuh tepat dikompor bukan di teflon yang sudah ia panaskan.
Alya langsung memasukkan telur dikompor itu menuju teflon, ia lega karna misinya sudah berhasil. Tak lupa pula Alya memasukkan bumbu-bumbu sebagai pelengkap rasa, seperti garam dan penyedap rasa.
“Lagian belum ada lima menit juga tadi, masih bisa dong..” Kata Alya sambil menyajikan telur mata sapi buatannya dipiring.Ia tersenyum puas kala berhasil membuat karya pertamanya kali ini.
Alya langsung menuju Aldan, ia yakin pasti Aldan akan suka dengan telur buatannya.
Halo, para pembaca yang sangat aku sayangi🥰 maaf ya jarang nyapa, tapi komenan kalian selalu aku baca dan selalu aku tunggu 😚 hem iya, kalian jangan lupa vote cerita ini ya, dan dukung Aldan dengan tanpa menumpuk bab sedikitpun. Setiap ada notif langsung baca, agar Aldan sukses selalu 😇
Hem iya, kalian voting ya…
Mau aku upload satu hari satu bab atau satu hari 2 bab disetiap pagi dan sore.
Ayo pilih dikomentar yaaa 🥰
tapi apapun itu makasih loh thor, karna buat cerita itu gak mudah
semangatt👍