Mengukir Cakrawala

Dengan telaten Bang Atmaja menyuapi Shiby, tak hanya itu. Di atas meja makan sudah ada susu ibu hamil yang mengantri untuk masuk ke dalam perut Shiby.

"Shiby tidak suka rasanya, Bang." Kata Shiby.

"Kau mau rasa apa? Abang beli semua rasa dan semua merk yang ada di supermarket." Jawab Bang Atmaja seakan tidak ada alasan penolakan sedikitpun.

"Ada rasa kacang hijau?" Tanya Shiby mencari alasan agar tidak minum susu.

"Ada. Sebentar Abang buatkan." Bang Atmaja memberikan suapan terakhirnya.

"Yang di gelas ini bagaimana, Bang."

"Abang berikan untuk bumil yang lain. Biar mereka juga rasakan perhatian Abang, jarang sekali disini hamil tanpa di temani suami karena sedang dinas luar." Jawab Bang Atmaja santai.

Tak banyak bicara, Shiby segera mengambil gelas susu tersebut lalu meminumnya perlahan hingga habis.

Bang Atmaja segera berdiri untuk meletakan piring kotor pada tempatnya.

"Abang mau kemana?" Tanya Shiby terdengar cemas.

Tak lama ada suara panggilan telepon dari seseorang dan Bang Atmaja segera mengangkatnya namun sedikit menjauh.

Shiby begitu penasaran tapi ragu untuk bertanya.

"Kalau kau hamil, jangan bilang sama saya. Masa kau tak bisa selesaikan masalah seperti ini????" Kata Bang Atmaja yang mengangkat panggilan telepon itu di teras belakang rumah.

Shiby yang mencuri dengar kilas pembicaraan tersebut sampai gemetar.

"Itu siapa, Bang?" Tanyanya saat Bang Atmaja selesai mengangkat panggilan telepon tersebut.

"Kawan Abang di luar." Jawab Bang Atmaja singkat saja kemudian membuka laptopnya. Seperti biasa Bang Atmaja akan berkutat dengan laptop dan lamanya waktu yang tidak bisa di pastikan.

tok.. tok.. tok..

Bang Atmaja mengesampingkan laptopnya dan beranjak untuk membuka pintu. Saat itu terlihat Pratu Arsyid dan Mona berdiri di depan pintu.

"Selamat malam. Ijin menghadap, Danton..!!"

"Silakan masuk..!!" Bang Atmaja mempersilakan tamunya untuk masuk ke dalam rumahnya.

~

"Mohon maaf, saya yang tidak bisa mendidik istri saya." Kata Pratu Arsyid merasa tidak enak.

"Istrimu tidak tau kepangkatan, istri saya hafal tapi tidak paham bagaimana bentuk dan susunannya. Mereka saling mendukung dalam kebo*ohan."

Shiby sudah memainkan jemarinya saking takutnya dengan sorot mata tajam suaminya itu.

"Untuk kalian berdua, jangan pernah sembrono dengan yang namanya 'balok', mau balok susun satu, dua, tiga atau sepuluh sekalipun yang namanya tentara ya tetap tentara. Terutama kau, dek..!!" Bang Atmaja mengarahkan pandangan pada Shiby istrinya. "Kau istri balok dua, balok dua di pundak. Setengah mati Abang malu karena tidak bisa mendidikmu. Itulah sebabnya penataran dalam pengajuan nikah itu penting. Apa hasil yang kau petik selain ingin kabur?????" Tegur keras Bang Atmaja.

Mona yang tidak tahan suaminya di hakimi akhirnya ikut bersuara. "Pak Reno, saya juga minta maaf soal Om Tegar. Kemarin saya hanya kasihan mendengar cerita Shiby. Ehm.. maaf.. Bu Reno."

"Bu Arsyid pernah lihat sendiri kalau saya kasar dengan istri??" Tanya Bang Atmaja.

Mona menggeleng pelan. Memang dirinya tidak pernah tau keadaan yang sebenarnya.

"Kalau memang Bu Arsyid tidak tahu kejadian yang sebenarnya, tolong jangan membuat rumor. Bu Arsyid tau.. saya khilaf dan nyaris menyakiti fisik istri saya. Sampai saat ini hati saya masih sakit kalau mengingatnya. Bagaimana kalau istri saya keguguran??????"

"Ijin, Danton. Atas nama pribadi dan juga mewakili calon istri, saya memohon maaf yang sebesar-besarnya. Saya pastikan hal ini tidak akan terjadi lagi." Janji Pratu Arsyid di hadapan Bang Atmaja.

Perasaan Shiby yang tak karuan membuatnya tiba-tiba terserang rasa mual.

"Maaf..!!" Ucap Shiby dengan sopan kemudian berjalan cepat dan setengah berlari menuju kamar mandi.

Bang Atmaja pun mengikuti Shiby berjalan menuju kamar mandi.

~

"Bagaimana ini dek, setiap makan selalu saja kau muntah." Bang Atmaja yang memijati tengkuk Shiby sampai bingung sendiri.

"Shi nggak mau makan nasi, jangan paksa Shi makan nasi lagi ya, Bang..!!" Pinta Shiby sembari mengusap bibirnya.

Bang Atmaja mengusap puncak kepala Shiby lalu membawa ke dalam kamar. Tak ada jawaban apapun dan semuanya seakan datar saja. Setelah itu Bang Atmaja kembali ke ruang tamu.

~

"Maaf saya lama. Istri saya kambuh lagi mualnya." Kata Bang Atmaja dengan wajah setenang mungkin tapi siapapun pasti tau kalau Pak Danton begitu mencemaskan istrinya.

"Siap. Kalau begitu kami pamit dulu, Danton."

"Oke lah Syid. Saya hanya pesan, tolong didik istri baik-baik. Mungkin kita bisa memahami apapun yang istri kita lakukan tapi belum tentu dengan orang lain. Saya tidak mau dengar istri kita menangis karena mereka tidak tahan dengan lingkungan kita yang berat. Harap kamu mengingatnya, wanita suka main perasaan. Ajari jaga sikap, jaga diri, jaga tingkah laku dan jaga ucapan. Jika tidak kuat maka mentalnya akan kena." Kata Bang Atmaja sebelum mengakhiri pertemuan mereka.

"Siap.. di pahami, Danton..!!"

:

"Mau Abang carikan apa biar kau mau makan??" Tanya Bang Atmaja karena Shiby hanya berbaring saja.

"Nggak mau, Shi masih kenyang." Tolak Shiby kemudian memalingkan wajahnya.

"Perutmu sudah kosong, tega kau biarkan anak ku kelaparan??"

Shiby tidak menjawabnya, sungguh dirinya serba salah dan tidak tau harus bagaimana menghadapi kakunya seorang Letnan Reno Atmaja.

***

Hingga nyaris pagi Bang Atmaja masih berkutat dengan laptop nya. Sengaja ia mengerjakan seluruh pekerjaannya di kamar agar bisa memantau keadaan Shiby.

Terdengar bunyi keroncongan dari perut sang istri.

"Cckk.. kelaparan khan?" Konsentrasi Bang Atmaja terpecah karena memikirkan Shiby dan anaknya di dalam kandungan.

Bang Atmaja beralih memijati kaki Shiby dan ternyata perut Shiby semakin keroncongan.

"Makan apa di jam segini? Nasi pun tak mau." Gumam Bang Atmaja. Tak buang waktu lama, Bang Atmaja segera menuju dapur.

...

"Dek, bangun dulu..!!"

Shiby mengerjab dan melihat Bang Atmaja membawa mangkok yang isinya masih mengepul.

"Ayo Abang suapi..!!" Kata Bang Atmaja.

"Itu apa Bang?"

"Bubur kacang hijau. Sepertinya kau bakalan suka." Jawab Bang Atmaja.

Sembari menunggu sesaat, Bang Atmaja mengaduk dan meniup dengan sabar kemudian menyuapi Shiby.

"Enak?" Tanya Bang Atmaja.

"Enak banget." Jawab jujur Shiby.

"Ayo habiskan, setelah itu tidur lagi..!!"

-_-_-_-_-_-

Siang hari Bang Rigo sudah bisa pulang. Dalam perjalanan, ia melihat anggotanya sedang berlari siang.

"Kapan aku bisa lari lagi seperti mereka?" Gumam Bang Rigo.

"Seluruh agenda kerjamu sudah masuk ke meja kerjaku. Nanti aku yang gantikan..!!" Kata Bang Atmaja.

"Soal latihan gabungan, aku masih bisa ikut memantau."

"Kau standby di Batalyon." Jawab Bang Atmaja sambil mengemudikan mobilnya.

Bang Rigo bersandar pasrah namun juga kesal. Sementara ia memutuskan untuk diam daripada berurusan dengan makhluk berdarah dingin macam Bang Atmaja.

//

"Bagaimana?? "

"Saya akan memberimu uang lima puluh juta. Keluar dari pekerjaanmu, menikahlah dengan saya. Semua ada hitam di atas putih. Satu setengah tahun lagi, kau bisa ajukan pisah." Kata Bang Dhofir pada Rekha.

"Tambah sepuluh juta lagi, Bang..!!"

Bang Dhofir terdiam sejenak pasalnya uang yang akan di gunakannya itu adalah uang membayar hutang-hutangnya pada Bang Atmaja tapi kalau dirinya tidak melakukan hal ini, Bang Rigo akan terus berharap dirinya akan mendekati Rila.

"Baiklah. Deal??" Tanya Bang Dhofir.

"Oke..!!"

.

.

.

.