NovelToon NovelToon
Inginku Bukan Ingin_Nya

Inginku Bukan Ingin_Nya

Status: tamat
Genre:Teen / Romantis / Tamat / Cerai / Teen Angst / Diam-Diam Cinta / bapak rumah tangga
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Imas

Kisah ini berlatar belakang tentang persahabatan dan percintaan. Menceritakan kisah seorang gadis yang hidup penuh keberantakan, Jianka namananya.

Jianka mempunyai seorang sahabat dekat yang dia pikir benar-benar seorang sahabat. Namun tidak, dia adalah orang yang paling tidak rela melihat Jianka bahagia.

Beruntung dalam dunia percintaan. Jianka dicintai dengan hebat oleh dua lelaki yang memiliki latar dan gaya hidup yang berbeda.

Jianka menjalin hubungan dekat dengan seorang lelaki bernama Arbian. Remaja zaman sekarang biasa menyebut hubungan ini dengan HTS. Meski demikian, kesetiaannya tak dapat diragukan.

Selain itu, Jianka juga dicintai oleh seorang Gus Muda yang mampu menjaga kehormatannya dan bersikap sangat dewasa.

Bagaimana kisah lengkap mereka? Cinta manakah yang mampu memenangkan Jianka? Kuy, ikuti ceritanya ....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Imas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tidak Adil

..."Untuk mendapatkan perlakuan yang sama, aku tak sehebat putra pertama dan tak seberuntung putri bungsu."...

...-Jianka Putri Dwianka ...

.......

.......

.......

Hujan yang Arbian terjang bersama Jianka. Membasahi seluruh tubuh mereka. Pakaian yang basah kuyup, kaos putih Jianka tak lagi mampu menutup sempurna bagian tubuhnya.

~Apa sih bahasanya? Ngeplat gitu lhoo. Pahamkan?

Rambut panjang yang terurai ke belakang, tangan Jianka dengan cepat membawanya ke depan. Memang tak menutup sempurna, tapi setidaknya, tak membuatnya begitu tampak.

Wajah gugup Jianka yang jelas tampak, ditangkap gugup juga oleh Arbian yang masih berada di motor Jianka. Matanya terpaling seketika, kepalanya yang tertunduk, jari-jemarinya menurunkan resleting jaket hitam yang dia pakai. Tanpa kembali mengarahkan sudut pandangnya pada Jianka, Arbian memberikan jaketnya yang juga basah tanpa kata.

Jianka yang turut memahami maksudnya, juga hanya menerimanya tanpa kata, bahkan tanpa ucapan terima kasih. Jianka dengan sigap menutupkan jaket Arbian pada tubuh mungilnya.

"Ini rumah kamu?" pertanyaan yang hanya terbalas anggukan tersebut, mendatarkan wajah Arbian yang menatap setiap sudut megahnya.

Rumah berlantai dua, dengan pintu gerbang hitam tinggi, halamannya yang sudah tampak begitu indah dengan berbagai tanamannya. Senyum tipis yang tampak tak tulus itu tercipta dari wajah Arbian, "Anak orang kaya ternyata," batinnya.

"Masuk dulu, Kak," ajak Jianka mengalihkan pandangan Arbian.

"Basah kayak gini, aku langsung pulang aja."

"Nunggu hujan reda aja. Masuk dulu!"

"Aku langsung pulang aja, ya? Lagian, keburu kedinginan."

"Masuk dulu, Kak! Ukuran tubuh Kakak nggak jauh beda dari aku kayaknya. Masuk dulu, ya?"

Tanpa menunggu persetujuan Arbian, Jianka membuka pintu gerbangnya dan meminta Arbian untuk masuk.

Mata Arbian yang menyipit, ujung bibir yang terbentuk bingung. Hanya diam membatin, "Maksud lo apa?"

Setelah mengganti pakaiannya, Jianka kembali ke teras depan dan membawa selembar celana panjang dan kaos hitam miliknya.

"Ini baju kamu?" tanya Arbian yang kembali dibuat bingung.

Jianka mengangguk dengan senyumnya, membenarkan pertanyaan Arbian.

"Ayo, aku antar ke kamar mandi.

Mata Arbian yang terbelalak terkejut sebelum Jianka menyelesaikan ucapannya.

"Kaget, gue kira ke kamar lo," balasnya dengan wajah yang kembali lega.

Jianka hanya menggeleng dengan senyum jahatnya, kembali masuk yang diikuti Arbian di belakangnya.

Sembari menunggu Arbian mengganti pakaiannya, Jianka menyiapkan beberapa suguhan untuk lelaki yang memaksanya agar tidak terlalu baik terhadap orang lain itu.

"Gila emang nih cewek, emang nggak ada aura ceweknya selain cantik," ucap Arbian yang menampakkan dirinya pada cermin kamar mandi setelah mengganti pakaiannya.

Celana panjang dan kaos hitam itu tampak begitu cocok melekat di tubuhnya, "Ganteng juga gue," puji Arbian pada dirinya sendiri sambil membawa rambut belah tengahnya ke belakang.

Suguhan yang telah siap, Arbian yang telah keluar juga. Dua gelas susu coklat bersama dua piring mie instan, dengan seorang gadis cantik dengan ikat rambutnya yang tampak rapi. Mematungkan langkah Arbian yang kini hanya berdiri di ambang pintu kamar mandi.

"Kak? Sini, ngapain berdiri di situ?" panggil Jianka menangkap wajah kakunya.

Sepanjang menikmati makanan yang disuguhkan, keduanya hanya tampak diam, canggung untuk memulai obrolan. Hingga sepiring mie instan yang telah terselesaikan.

"Kamu baik ternyata," ucap Arbian tiba-tiba.

"Kakak pikir?"

Arbian menggeleng dan meraih gelasnya, menyeduh hangat susu coklat yang Jianka buat.

"Yang aku denger dari Fiana, dia kayak buruk banget. Tapi ternyata sebaik ini," ucap hati tenang itu dengan sorot mata kaku.

...

Panjang senda gurau antara Regha dan Fiana ciptakan di bangku Cafe tersebut. Iza yang tampak geram, mulai menghubungi Arbian untuk menanyakan keberadaannya bersama teman dekat Fiana yang sedang dia bawa.

"Kalian ke mana? Buruan balik!"

"Kenapa? Lagian kalau aku balik, aku bakalan balik sendiri. Nggak bareng ...." Katanya terputus.

"Jianka," jawab Jianka sigap begitu Arbian menatap dirinya.

"Nggak bareng Jianka. Dia gue antar pulang."

"Lah, kok lo antar pulang? Terus Fiana?"

Mendengar namanya disebut, Fiana mengalihkan pandangannya yang kini tertuju pada Iza.

"Bodo amat!"

Arbian yang memutuskan panggilannya, bergegas pamit untuk pulang.

"Naik apa?"

"Gampang," balas Arbian ringan.

"Bawa motor aku dulu aja, Kak. Nanti Kakak ke sini lagi."

"Jangan! Tenang aja, Ji. Aman kok."

"Oh ya, aku Arbian. Kakaknya Iza."

Tangan yang terulur itu diterima oleh Jianka. Arbian tersenyum tipis melihat gadis ini mulai berani berkomunikasi dekat dengannya, "Mulai jinak kayaknya."

~Udah nerjang hujan bareng kenalannya barusan.

Arbian kembali ke cafe. Mata Fiana yang tampak kaku memandangi setiap perubahannya. Tampak mata yang tak asing melihat perubahan Arbian.

"Kayak baju Jianka?" tanya Fiana curiga.

Sudut mata yang masih menampakkan kesalnya, Arbian tak peduli dengan pertanyaannya. Tangannya meraih kunci motor yang masih berada di atas meja dan mengajak keponakannya pulang.

"Hey! Lo nganterin Jianka pulang gitu aja, terus Fiana?" teriak Iza menatap langkah pergi kakaknya tersebut.

"Lo urus!"

Arbian menatap rinci wanita yang masih berseragam tersebut. Sorot matanya yang tampak tajam, senyumnya yang sinis menegangkan. Membuat Fiana tertunduk seketika. Fiana tak menyadari apa pun, dia hanya sibuk bertanya pada dirinya sendiri, "Aku salah apa?"

...

Di malam yang selarut ini, ibu Jianka yang pulang dari kerjanya. Membuka kasar kamar Jianka masih dengan kemeja rapinya. Jianka yang terkejut karenanya, menatap penuh tanda tanya.

"Bagus! Bunda capek seharian kerja buat kamu, kamu malah enak-enakan pacaran! Bagus!" ucapnya tegas dengan langkah kaki yang mendekat ke arah Jianka.

"Mana ada, Bun? Jianka nggak ngapa-ngapain."

Putri kedua dari tiga bersaudara itu kembali mendapat ketidakadilan dari orang tuanya. Tak lama, suara mobil yang berhenti di garasi rumah. Menandakan ayahnya yang juga pulang. Seolah menjadi orang yang paling salah, ayahnya pun menghampiri Jianka dengan amarahnya.

"Dia bukan siapa-siapa Jianka, kita aja baru kenal. Dia kakak dari teman kerjanya Fiana, dia cuma nganterin Jianka pulang," jelasnya yang berusaha membela diri.

"Ayah bilang apa? Fokus belajar. Jangan pacar-pacaran! Mau, Ayah stop kuliah kamu?"

"Yah, Jianka udah bilang, kita nggak ada apa-apa."

"Sekali lagi Ayah lihat kamu kayak gitu, berhenti kuliah! Ayah nggak terima alasan kamu!"

Kakak lelakinya yang juga berada di rumah saat Jianka pulang bersama Arbian, menangkap gambar keduanya tanpa sepengetahuan Jianka. Mengirimkannya pada orang tua mereka dan sengaja mencari masalah baru.

Setelah orang tuanya pergi, Jianka yang menyadari pelaku di balik semua ini. Menghampiri kakak lelakinya di ruang studio miliknya.

Ya, kakak Jianka adalah pecinta musik. Dirinya adalah seorang produser musik yang karyanya tak pernah gagal. Itulah mengapa, kakak lelakinya itu sering mendapatkan perlakuan baik dari kedua orangtuanya.

"Apa maksud Kakak kayak gitu?" ketus Jianka yang seolah ingin membanting pintu studio.

"Sopan kamu kayak gitu!"

"Kakak ngadu apa ke mereka?"

"Salah kamu sendiri, berani banget bawa cowok pulang!"

Keributan keduanya yang sampai pada orang tua mereka. Membawa orang tua mereka untuk menghampiri.

Mereka tiba tepat saat Jianka menghantamkan tangannya pada sebuah meja.

"JIANKA!" teriak keras ibunya mengetahui Jianka yang menurutnya berperilaku tidak sopan terhadap kakaknya tersebut. Tangan lelaki paruh baya yang ringan, menyapa kasar wajah Jianka.

"Kayak nggak pernah dididik kamu!"

"Kakak kelewatan! Seharusnya Kakak nanya dulu ke Jianka, bukan malah kayak gitu!" ucap tegas Jianka sambil memegang lembut wajahnya yang merasakan sakit.

"Kamu itu salah, jangan malah nyalahin orang lain!"

"Kalian yang nggak pernah dengerin Jianka."

"Kamu juga nggak pernah dengerin orang tua kalau dikasih tau!" balas ayah Jianka sambil mendorong tubuh Jianka hingga hampir terjatuh.

"Jianka nggak ngapa-ngapain, Yah!"

"Ini juga! Jianka nggak ada nyentuh Kakak sedikit pun. Kenapa Ayah kasar banget sama Jianka?"

"Kamu emang harus dikasari biar nurut."

Tak lagi mengklarifikasi, jiwa yang seolah menjadi orang yang paling salah itu, berlari dari hadapan ketiganya. Berhadapan dengan dirinya sendiri, di depan cermin kamar mandi itu, wastafel menangkap setiap butiran air matanya. Wajahnya yang tampak merah membengkak, rasa sakitnya menambah derasnya air mata.

"Sama adik, ayah nggak pernah kayak gitu. Bilang aja, Yah. Kalau emang nggak sayang."

...***...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!