NovelToon NovelToon
Menjadi Selamanya

Menjadi Selamanya

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Cinta Paksa / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:22.6k
Nilai: 5
Nama Author: Kiky Mungil

Divi hampir menyerah saat pengajuan pinjamannya ditolak, dengan alasan Divi adalah karyawan baru dan pengajuan pinjamannya terlalu besar. Tapi Divi memang membutuhkannya untuk biaya operasi sang ibu juga untuk melunasi hutang Tantenya yang menjadikan Divi sebagai jaminan kepada rentenir. Dimana lagi dia harus mendapatkan uang?

Tiba-tiba saja CEO tempatnya bekerja mengajak Divi menikah! Tapi, itu bukan lamaran romantis, melainkan ada kesepakatan saling menguntungkan!

Kesepakatan apa yang membuat Arkael Harsa yakin seorang Divi dapat memberikan keuntungan padanya? Lantas, apakah Divi akan menerima tawaran dari CEO yang terkenal dengan sikapnya dingin dan sifatnya yang kejam tanpa toleransi itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kiky Mungil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chap 35. "Jangan Tinggalkan Aku."

Arkael berkali-kali berdiri di depan pintu kamar yang ditempati Divi sejak semalam, kekhawatiran melanda dirinya, pasalnya sejak semalam hingga pukul sepuluh pagi ini, tidak ada tanda-tanda Divi keluar dari dalam kamar itu.

Arkael semakin khawatir ketika ketukan pintu dan panggilannya tak mendapatkan jawaban apa pun dari dalam kamar. Tidak ada suara apa pun sampai Arkael memutuskan untuk membuka pintu itu dengan kunci serep.

"Lo yakin mau buka?" tanya Bimo yang juga ada disana karena ikut khawatir.

"Menurut lo?"

"Gimana kalo Divi lagi di kamar mandi?"

"Gimana kalo Divi kenapa-kenapa?"

"Gimana kalo Mey saja yang buka pintunya?" Pertanyaan Pak Noe membuat kepala dua pria itu menengok kepadanya. "Sa-saya hanya memberikan saran saja, Tuan." Noe menundukkan kepala takut. "Saya pikir, jika sesama wanita, mungkin Nyonya Divi tidak akan terlalu-"

"Cepat panggil Mey kesini!" Titah Arkael tanpa perlu menunggu Noe menyelesaikan penjelasannya. Namun belum sempat Noe melangkah, pintu kamar itu bergerak terbuka.

Disana berdiri lah Divi dengan kedua matanya yang bengkak setelah buah hasil menangis semalaman, wajahnya yang pucat dan ekspresinya yang datar.

"Divi..." Arkael menyebut nama gadis itu dengan pelan dan lembut. "Kamu kenapa?"

"Bisa tinggalkan kami berdua?" Pertanyaan itu ditujukan kepada Bimo dan Noe yang ada disana. Dua lelaki itu pun mengangguk dan langsung meninggalkan sepasang suami istri itu disana, di depan pintu kamar.

Divi tetap membungkam mulutnya hingga ia yakin Bimo dan Noe benar-benar sudah keluar, barulah dia menatap Arkael dengan tatapan matanya yang dingin.

"Saya sudah meminta tolong pada Kakek agar bisa membantu saya mengurus surat perceraian kita, Pak." kata Divi yang bagaikan sambaran petir untuk Arkael.

"Apa?!"

"Saya juga akan mencicil mengganti uang yang Pak Kael keluarkan untuk biaya operasi dan hutang pada rentenir waktu itu."

"Divi!" Arkael membentaknya, terlalu kesal pada gadis itu karena rasanya penolakan Divi terlalu menyakitkan. "Aku nggak akan menceraikan kamu. Nggak akan ada perceraian."

"Ada, dan semua sudah diurus oleh Pak Ron." jawab Divi, masih dengan sorot matanya yang dingin, dan sikap tenangnya yang mengkhawatirkan.

"Divi, dengar," Arkael membungkukkan tubuhnya sedikit, kedua tangannya mencekal lengan Divi, mencoba mensejajarkan pandangan mata mereka. "Aku nggak bisa kehilanganmu, aku akan tersesat, aku akan terjatuh, dan aku pastikan aku nggak akan ada alasan untuk kembali bangkit. Nggak bisa kah kamu percaya itu? Aku bersungguh-sungguh! Pengakuanku bukan sandiwara. Sandiwara konyol itu sudah berakhir! Yang ada sekarang hanya kejujuran dari dalam hatiku. Nggak bisa kah kamu merasakannya?"

"Nggak bisa juga kah Pak Kael rasakan kalau saya nggak bisa membalas perasaan Bapak?"

"Kalau memang itu alasannya, beri aku kesempatan untuk membuatmu jatuh cinta kepadaku."

Divi menggelengkan kepalanya, menolak ide itu. Karena dia tahu, tanpa Arkael berusaha, Divi memang sudah menyukai lelaki itu, entah sejak kapan.

"Perasaan nggak bisa dipaksakan, Pak. Jadi, tolong, jangan memaksa saya." Divi melepaskan tangan Arkael dari lengannya, dia melangkah mundur untuk mengambil tas di samping pintu.

"Kamu mau kemana?" Arkael berdiri di depan Divi, meghalangi gadis itu untuk melangkah kemana pun.

"Saya akan pulang, saya akan menjemput Ibu saya, dan pergi. Semua hutang akan saya bayarkan setiap bulan."

"Divi tunggu! Kumohon, tunggu dulu!" Arkael kembali menahan lengan Divi. Tapi dengan cepat Divi menepisnya.

"Jangan kotori tangan Pak Kael dengan menyentuh saya." Ucapan itu menyentak kesadaran Arkael akan sesuatu. Dia terdiam.

Melihat Arkael yang tidak merespon, Divi melanjutkan langkahnya, tapi tidak sampai tiga langkah, Arkael kembali berucap, ucapan yang mampu menghentikan langkah Divi.

"Apa karena masa lalumu?"

Divi berbalik, matanya menatap tajam kepada Arkael yang juga menatapnya lekat.

"Apa karena itu kamu menghindariku? Apa karena masa lalumu kamu membuangku?"

"Tau apa Pak Kael tentang masa lalu saya? Pak Kael nggak tau apa-apa!" Teriak Divi. Bukan teriakan marah, melainkan teriakkan keputus asaan yang dapat Arkael rasakan.

"Seandainya aku bisa memutar balikkan waktu, aku akan melakukannya, aku akan menyelamatkanmu, aku akan membunuh pria itu dengan kedua tanganku sendiri. Tapi aku nggak bisa menyelamatkan masa lalu, dia akan selalu menjadi bagian dari perjalanan hidup yang sudah kita jalani. Yang bisa kita lakukan adalah menyelamatkan apa yang masih bisa kita raih, yaitu masa depan."

"Saya tahu, karena itu Bapak harus menyelamatkan masa depan Bapak, jangan menjerumuskan hidup Bapak bersama saya."

"Please Divi, jangan berpikir kamu tidak pantas untuk bahagia."

"Saya nggak berpikir begitu." kata Divi. "Saya tahu saya juga berhak bahagia, hanya saja bukan bersama Pak Kael. Anda tidak pantas untuk saya."

Karena aku terlalu kotor untuk kamu...Lirih Divi melanjutkan kalimatnya dalam hati.

Arkael mendengkus. "Apa kamu pikir dengan mengucapkan kata-kata tajam seperti itu akan membuatku menyerah? Bertahun-tahun aku bertahan dari percobaan pembunuhan yang dilakukan oleh wanita yang melahirkanku, baik secara fisik atau pun mental, jadi kata-kata pedasmu nggak akan berpengaruh kepadaku."

"Saya nggak berusaha membuat Anda menyerah, hanya mengatakan fakta, Anda memang tidak pantas untuk saya. Seperti yang Bapak bilang, saya berhak bahagia, bukan? Kalau begitu, lepaskan saya, biarkan saya bahagia dengan pilihan saya."

"Lalu bagaimana dengan aku?"

"Seperti yang Bapak bilang, Bapak juga harus menyelamatkan masa depan Bapak, jadi carilah pendamping yang bisa menyelamatkan Anda, dan itu bukan saya." kata Divi mengakhiri perkataannya dengan tegas seraya menghentakkan tangannya dari cekalan Arkael.

Divi melanjutkan langkahnya, dia menuruni tangga dengan hatinya yang juga hancur, tapi dia yakin, ini jauh lebih baik dari pada merusak masa depan pria itu. Ia tidak pantas untuk siapa pun!

"Kamu istriku, Divi, aku nggak mengijinkanmu keluar apa lagi pergi!" Bentak Arkael seraya menyusul dan menutup pintu keluar tepat di muka Divi.

"Kita tidak pernah menjadi suami istri sungguhan, Pak!" Divi balas membentak.

"Oh, ya?! Lantas bagaimana supaya kita bisa menjadi suami istri sungguhan? Apakah aku harus menyentuhmu?!"

Divi melangkah mundur. Tak memungkiri, pertanyaan itu membuat Divi sedikit gentar. Kilasan ruda paksa yang dilakukan oleh ayahnya dulu muncul sejenak. Rasa nyeri, perih, sakit sampai bau bensin kembali dirasakan olehnya, seolah kejadian kelam itu baru saja terjadi kemarin.

"Lepaskan saya, Pak...saya mohon..." Suara Divi lirih bergetar, mata jernihnya mulai berkaca, antara keputus asaan dan juga ketakutan terlihat jelas pada sepasang mata jerih yang berkaca-kaca itu.

"Apa kamu pikir, jika aku membiarkanmu pergi, aku akan melepaskanmu? Tidak akan, Divi. Aku akan mencarimu, mengejarmu, sampai kamu lelah menghindariku dan menerima dirimu seperti aku menerima dirimu." Arkael melangkah maju, perlahan mendekati Divi yang mulai menunduk, memejamkan matanya erat-erat. Jemari Arkael lembut menyentuh dagu Divi, mengangkatnya perlahan, mengusap air mata yang sudah membasahi permukaan wajah wanita yang telah membuatnya jatuh cinta.

"Buka matamu, Divi, ini aku, Arkael, suamimu." Ucapan lembut itu membantu Divi kembali pada masa kini. Bau bensin yang memenuhi tenggorokkannya, perlahan memudar. Sentuhan lembut Arkael saat mengusap wajah Divi membuat rasa nyeri, sakit dan perih itu pun perlahan menghilang.

Divi membuka matanya yang basah dan bengkak, ia melawan rasa takutnya akan ingatan wajah sang ayah yang telah merenggut kesuciannya. Tapi yang ada di penglihatannya saat ini adalah seorang pria yang juga meneteskan air matanya, menatap Divi dengan tatapan paling sendu juga hangat seolah Divi bisa merasakan kehangatan itu memeluknya.

"Jangan tinggalkan aku.." Ucapan lirih Arkael pun akhirnya membuat tangis Divi pecah.

Arkael langsung menarik Divi ke dalam dekapannya, memeluknya erat, mencium lama kening wanita itu. "Jangan tinggalkan aku. Biarkan aku mencintaimu, melindungimu, membahagiakanmu."

Divi semakin terisak di dalam dekapan hangat pria itu.

"Aku nggak peduli jika aku bukan pangeran seperti di buku dongeng, tapi aku pastikan aku lebih tampan dari pada pangeran-pangeran itu."

Samar, Arkael mendengar Divi tertawa kecil mendengar lelucon payahnya. Hatinya pun turut menjadi hangat. Dia berjanji pada mendiang papa juga pada dirinya sendiri. Dia akan melindungi wanita ini.

Arkael melepaskan pelukannya, sekali lagi mencium kening Divi dengan penuh rasa sayang. Tanganya mengusap lembut wajah Divi yang basah. Kemudian dia berlutut, dengan sebelah lututnya menyentuh lantai.

"Mau kah kamu menerima pangeran ini sebagai suamimu lagi? Tapi kali ini, untuk selamanya?"

.

.

.

Bersambung~

1
Boma
ooh begitu ceritanya
Boma
loh kemana arkael thor,masa di dapur ada yg nyulik
Boma
lanjut,bobol gawangnya
Umie Irbie
siiiiiiiaaaaaap🤣
Boma
ulat bulu datang
Boma
😄😄ketauan boong,pasti kecelakaanya di sengaja
Boma
maksudnya ini apa ya,apa kecelakaan di sengaja biar divi maubalik lgi ke arkael
Muri
kok ada yaaa ayah bejat kaya gitu sama anak kandungnya sendiri.
Boma
mau ya divi moga kael mau nerima kamu sepenuhnya,walau pun kamu gak perawan lgi
Umie Irbie
yaaaah...divi udah ngg prawan sama ayah nya sendiri😏😫 kirain bisa di gagalin 😒😩 ternyata tetap di pake,😩😒😫 iyaaa itu mah ngg pantas untuk kael
Boma
ya ampun ayah kandung iblis itu mah
Boma
terus berjuang el,untuk meyakinkan divi
Boma
pasti divi salah paham,di kiranya akan mengakhiri pernikahan kontraknya
Boma
padahal kakek cuma ingin tau perasaan kael yg sesungguhnya
Boma
mending jujur aja divi,kalo perasaan itu ada,tapi sllu menepisnya,karna tak sepadan dgn arkael,moga kakek merestuimu divi
Boma
pasti rana,makin runyam
DwiDinz
Siapa tuh yg nguping? Rana atau divi? 🤔
Boma
kamu aja yg ambil,biar nanti terbiasa😄
Umie Irbie
kok ayah siiii thoooor 😱🤔🤔 punya
traumakah ????
Umie Irbie
othooooor random bangeeeet dewhhh,. masa rumahnya kael yg mewah ada tokek 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤪
Umie Irbie: wahhahahahahaha,. 🤣🤣🤣🤣🤣 di hotel pulaaaa 😒😒😒🤣🤪
Kiky Mungil: mending kalo di rumah, tapi ini di hotel kak, eh, tokeknya juga mau ikut bobo dihotel kayaknya 😅😅😅
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!