Season 2 dari, "Menantu Sampah Seorang Millionaire".
Hari pertama Lucia masuk kerja sebagai sekretaris di Alfred Corporation tidak berjalan mulus sesuai keinginannya. Dia bertemu dengan Rey Alfred yang memberinya banyak omelan di hari pertama dia bekerja. Karena tidak terima, Lucia mengamuk. Begitu marahnya, dia sampai mengusir Rey dari kantornya sendiri. Akibatnya, Rey yang merasa bersalah meminta maaf dengan spektakuler.
Namun awal yang agak aneh itu justru membawa hubungan mereka ke titik yang tidak pernah mereka sangka sebelumnya. Mereka tidak hanya bertemu sebagai bos dan sekretaris di kantor, tapi juga menjelma sekedar TTM-an? Apakah mereka akan tetap mengatakan "Love is Bullshit!" meskipun mereka tahu jika mereka perpect for each other?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuhume, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35. Bertemu Tuan Rocco Alfred
Lucia berusaha mencerna kembali ucapan Rey, dia kemudian melangkah menuju ganggang pintu dan ingin menemui Rey untuk memastikan apa yang di dengarnya itu benar atau salah. Tiba-tiba Rey yang melirik pintu dan tahu Jika Lucia akan masuk ke dalam ruangan itu segera memberikan sebuah kalimat kembali.
"Apa lagi yang kau lakukan disitu, cepat ke gedung sebelah, papaku tuan Rocco ingin bertemu denganmu," ucap Rey kemudian kembali melanjutkan pekerjaannya.
Lucia yang baru saja menampakkan diri di pintu kembali melangkah keluar dan menutupnya kembali. Wajahnya kebingungan dan pikirannya saling menyalahkan.
"Apakah semua ini karena masalah tempo hari aku mengusir dan mengamuk dalam ruangan anaknya? Dia baru ingin mengeksekusi aku? Aduh bagaimana ini, atau dia akan memecatku, menuntutku dan...." batin Lucia.
"'Ah sudahlah, yang penting aku tidak boleh terlambat, aku harus segera ke gedung sebelah," ucap Lucia dengan mempercepat langkahnya.
Lucia berjalan memasuki lift dan berjalan di atas jembatan kaca penghubung diantara dua gedung tersebut. Dia memasuki gedung yang memiliki atmosfer yang berbeda dari ruangan sebelumnya.
Dia bertanya kepada resepsionis, kemudian dia segera diantar menuju lantai atas yang Lucia tidak tahu itu lantai keberapa. Di dalam lift Lucia hanya terdiam dan sesekali menatap resepsionis tersebut.
Bahkan seukuran resepsionis dia sangat formalitas. Seragam kantor yang rapi dan juga rambut yang di tata rapi, bahkan menurut Lucia dia lebih cocok menjadi seorang publik figure dibanding menjadi resepsionis, sangat disayangkan.
"Tapi bagaimana jika gaji sebagai resepsionis di gedung ini, lebih banyak dari gajiku sendiri sebagai sekretaris direktur?" batin Lucia.
Dia menggelengkan kepalanya dan kembali fokus tentang panggilan tuan Rocco Alfred, yang selama ini wajahnya hanya bisa dia lihat dalm layar televisi di rumahnya dan majalah, hari ini dia akan bertatap muka langsung dengannya.
Ting...
Pintu Lift terbuka dan resepsionis tersebut mengarahkan Lucia menghadap ke sebuah meja dengan ukuran lumayan besar terletak di luar sebuah ruangan berdinding kaca. Dia menebak bahwa dia pasti seorang sekretaris, sama seperti dirinya.
Resepsionis tersebut mengangguk kepada sekretaris muda itu kemudian melangkah pergi. Lucia memperhatikan sekretaris di hadapannya sangat berkelas dan mungkin saja usia mereka berdua tidak berbeda jauh. Sekretaris tersebut tersenyum ramah dan mempersilahkan Lucia duduk di sebuah sofa dan meminta waktu agar dia mengonfirmasi dulu kehadirannya kepada tuan Rocco.
Lucia mendengar itu menelan ludahnya berat kemudian mengangguk.
Sekretaris itu kembali melangkah mendekati Lucia.
"Silahkan! Tuan Rocco sudah bisa ditemui anda sekarang," ucap sekretaris tersebut dengan suara halus dan keramahan yang tidak dibuat-buat.
Lucia kemudian bangkit berdiri. Dia merasakan jantungnya berdegup luar biasa kencang. Dia mengusap letak jantungnya terlebih dulu dan melepaskan udara yang terasa berat yang menggumpal di paru-parunya.
"Rileks! Rileks Lucia. Kita akan bertemu Tuan Rocco bukan seorang mafia psikopat yang akan menembak kita saat itu juga," batin Lucia dengan berbincang dengan dirinya sendiri.
"Tenang saja! Asal kau sopan dan tidak asal bicara, semuanya akan baik-baik saja," ucap sekretaris itu dengan menepuk pundak Lucia pelan.
"Pada dasarnya Tuan Rocco orangnya sangat baik kok," timpalnya kembali.
Lucia menghentikan langkahnya karena grogi mendengar ucapan sekretaris tuan Rocco itu. Dia menanyakan, apakah semua itu sudah menjadi kebiasaan? Tuan Roccco akan memanggil setiap karyawan baru untuk menghadap kepadanya.
"Tidak semuanya, hanya posisi tertentu, termasuk anda sebagai karyawan baru sekretaris direktur yang dijabat oleh anaknya," timpal sekretaris tuan Rocco tersebut.
Lucia mengerutkan dahinya, dia masih belum paham tapi sekretaris menjelaskan sikap tuan Rocco itu, wajar jika ingin mengetahui siapa sekretaris anaknya, mungkin saja itu berkaitan dengan pekerjaan atau bisnis perusahaan karena sebagai sekretaris, peran mereka berdua sangat penting di perusahaan.
Lucia manggut-manggut mengerti setelah mendengar penjelasan sekretaris tersebut.
"Kalau boleh tahu, siapa nama anda?" tanya Lucia penasaran.
"Melda," timpalnya dengan tersenyum.
"Mel, kau sudah lama bekerja dengan Tuan Rocco?" tanya Lucia penasaran.
"Lumayan. Hampir dua tahun," timpal Melda.
Mereka berdua akhirnya tiba di pintu megah ruangan kerja tuan Rocco. Suasana semakin menegangkan di tambah lagi mimik Melda seperti akan melepas Lucia pergi untuk berperang dan kemungkinan tidak akan pernah kembali hidup-hidup atau setidaknya pulang dengan anggota badan yang masih utuh!
Lucia mengetuk pelan, kemudian masuk ke dalam ruangan tersebut dan dia berbalik untuk menutupnya kembali, tapi pintu tersebut tertutup secara otomatis. Seketika ruangan itu terasa sangat dingin dengan aroma lemon pengharum ruangan yang membelai Lucia.
Terdengar pula alunan lagu jazz instrumental dari dalam ruangan tersebut yang biasanya menentramkan hati tapi saat itu tidak bisa untuk di nikmati, otak dan tubuh Lucia bahkan terasa kaku dan membeku.
Lucia juga tidak memiliki waktu untuk mengamati ruang kerja yang luar biasa luas, lapang dan mewah itu.
Semua perhatian dan energinya seakan terkuras habis hanya dengan menatap sosok penuh wibawa yang tengah duduk di balik meja kerja kebesarannya sambil mengetik sesuatu di laptop yang berada di hadapannya itu.
"Duduk!" ucap Tuan Rocco tanpa menoleh bahkan melirik walau hanya sedikit.
Lucia merasakan keringat dingin menitik di pelipisnya saat dia mengangguk dan melangkah pelan, mendekat dengan gerakan sesopan mungkin.
"Ba-baik, Tuan," timpal Lucia.
Lucia duduk di kursi yang berukir yang tidak mustahil jauh lebih mahal daripada nilai jual rumahnya di komplek tersebut. Dia duduk menunggu dan tidak berani bergerak walau sedikit pun sebelum tuan Rocco menanyainya terlebih dulu.
Sekilas mata Lucia mengamati tuan Rocco saat itu. Dia terlihat benar, usianya kisaran enam puluh tahun, tapi masih terlihat gagah, wibawa dan sedikit atletis. Lucia yakin pasti semua itu dia dapatkan berkat olahraga yang khas kaum jet lakukan seperti golf, tenis, squash atau fitness.
Wajahnya bersih dan juga serius. Makin terlihat serius karena kacamata baca yang saat itu menempel di hidungnya.
Tambahan rambut yang memutih tersisir rapi dan menguatkan kesannya sebagai tokoh penting yang cerdas, intelek dan bermartabat. Lucia sering kali melihatnya dalam televisi, dia biasanya hanya akan tampil dengan para konglomerat, pengusaha besar, menteri bahkan presiden.
Tidak ada hujan, tidak ada angin, dia tiba-tiba berada di hadapannya merupakan sebuah mimpi di siang bolong untuk Lucia. Dia masih duduk manis dalam ruangan tersebut. Dalam keadaan grogi, terintimidasi, tanpa sebab, dan berada di ambang kepanikan total.
Lucia merasa nafasnya sangat berat, jika saat itu dia akhirnya akan pingsan, dia tidak akan heran jika dalam waktu tiga menit dia akan pingsan sungguhan karena terserang nervous level tinggi.
Lucia meyakinkan dirinya jika dia beruntung, tidak semua karyawan bisa memiliki kesempatan untuk bertemu bahkan berbincang dengan pimpinannya terlebih lagi seperti tuan Rocco Alfred,
ceritanya mengalir seperti kehidupan normal
tdk ada drama perebutan warisan at cinta tertolak
d tunggu kelanjutannya thor ♥️
komplit dah 😂
romantis sekalian kalian ♥️
jd kangen bapak