Dear Devano

Azalea dan Devano kini menyusul Selina dan Gibran kerumah Azalea, yang tentunya disuruh oleh orang tua keduanya.

Selama perjalanan Devano setia memegang tangan Azalea.

"sampai juga" ucap Azalea

" yaudah yuk masuk" tambahnya hendak membuka pintu, namun ditahan oleh Devano.

"kenapa seng?" tanya Azalea bingung

"itu kamu masih sakit?" tanya Devano pelan

"sedikit nanti aku paksa merapatkan kakinya pas jalan, biar ngak ketahuan" jelas Azalea

"maaf yah" ucap Devano merasa bersalah.

"ngak papa sayang, itu udah hak kamu" ucap Azalea sambil mengelus pipi cowok itu.

Sekuat tenaga Azalea memperbaiki cara berjalan nya, supaya keluarga nya tidak mengetahui nya.

Tadi ia sudah dioleskan salep dengan bantuan Devano, namun rasa nyeri masih saja ia rasakan.

"kalian kok lama?" tanya Dina saat kedua insan itu memunculkan batang hidungnya.

" masih capek lo ma, semalam aja banyak tamu" ucap Azalea memelas.

"yaudah kalian duduk dulu ada yang mau kita bicarakan " ucap Selina diangguki seisi orang yang ada disana.

Azalea dan Devano mengangguk, lalu mendudukkan bokongnya.

"mau bicara apa ini? kayak penting" ucap Devano

"jadi gini, karena kalian udah suami istri jadi otomatis kalian bakal tinggal pisah" jelas Gibran

Azalea dan Devano mengangkat alis seolah bertanya 'kenapa?'

"itu udah kewajiban kalian sayang, kalian harus mandiri, namanya juga bangun rumah tangga" jelas Dina

"iya jadi kalian nanti sore kemasi barang-barang kalian, kita udah nyiapin rumah buat kalian, ngak jauh kok dari sekolah" ucap Gibran

"ngak kecepatan ma?" tanya Devano

"ngak, kalian juga udah dewasa harus bisa mandiri" balas Selina

"Mulai hari ini tanggung jawab kamu sebagai laki-laki bertambah, kamu harus lebih menjaga Azalea" ucap Saputra.

Menurut Azalea, papa tirinya itu jarang berbicara tapi sekali berbicara, perkataan nya seolah sebuah peringatan untuknya. Azalea menggeleng mencoba mengenyahkan pikiran kotor nya tentang Saputra.

"jadi mama siapa yang jaga?" tanya Azalea sedikit cemberut, ia tidak ingin lebih jauh dari mama nya itu.

"kan ada papa dan Eli sayang, kamu tenang saja" ucap Dina menenangkan.

......................

"kita tinggal berdua disini?" tanya Azalea setelah maid dari rumah Devano selesai membereskan serta membersihkan rumah baru mereka. Devano melarang ada maid dirumah barunya, dengan alasan supaya lebih mandiri tentu saja di iyakan oleh mertua dan bonyok nya. Padahal itu hanya alasan semata, ia hanya ingin waktunya dan Azalea tidak ada yang ganggu.

"ke kecilan?" tanya Devano membuat Azalea menggeleng.

"ini malah kebesaran kalau untuk kita berdua" jelas Azalea, walau rumah itu masih lumayan kecil menurut Devano namun bagi Azalea itu sudah kebesaran.

"kita duduk dulu, malam ini kita makan gofood aja ya, kamu masih capek" ucap Devano menuntun wanita itu duduk di sofa, sembari pesanan mereka sampai.

"ini hari apa?" tanya Azalea yang bersandar di dada Devano.

"Jumat" ucap Devano sambil mengelus-elus rambut dan pipi Azalea.

"besok masih libur ya?" tanya Azalea diangguki Devano.

"kenapa?" tanya Devano dibalas gelengan oleh Azalea.

_&&&_

"sayang" ucap Saputra pelan sambil mendudukkan bokongnya pada kasur, tepat disamping Dina yang sedang asik membaca buku.

"kenapa mas?" tanya Dina sambil menuntun laki laki itu kepelukan nya, dan kini kepala laki-laki itu berada di dadanya.

"perjanjian yang kita buat waktu itu kapan kita restui dan tanda tangani?" tanya Saputra

"haruskah kita bicarakan dulu pada Azalea dan Eli?" tanya Dina

"aku sudah memberitahu nya sejak awal, kamu ngak usah bahas itu lagi sama mereka, sekarang mereka sibuk ujian nanti fokus mereka terganggu " jelas Saputra berbohong.

"kamu kenapa ngak ngajak aku memberitahukan nya?" tanya Dina

" kamu kan dulu jalan-jalan sama Selina sayang, yaudah aku bahas aja dulu" jawab Saputra sambil mengubah posisinya duduk.

"yaudah mereka iyakan kan?" tanya Dina

"iya kita tidak perlu membahas ini lagi sama mereka oke?" tanya Saputra.

"iya aku percaya sama mas" jawab Dina

Saputra tersenyum "wanita bodoh" pikirnya

"jadi kapan kita urus" tanya Saputra terkesan tidak sabaran.

"besok mas, tenang saja " ucap Dina diangguki Saputra

"makasih ya kamu menghargai mas" ucap Saputra sambil memeluk Dina

"sudah hak kamu mas" balas Dina dengan sayang nya.

Di lain sisi:

Marvin melangkahkan kaki nya menuju kamar dimana gadis yang tak lain Naura berada.

"ini bubur buat lo" ucap Marvin sambil meletakkan bubur diatas meja belajar Naura.

"makasih ya, jadi ngerepotin" ucap Naura tulus.

"no problem " ucap Marvin sambil mengambil jepitan dari atas meja, dan menjepit rambut gadis itu.

"kayak pasutri aja" ucap Naura membuat Marvin tersenyum namun hatinya berkata Amin.

"kenapa?" tanya Marvin saat gadis itu menghela nafas.

"gak papa, capek aja" ucap Naura sambil merenggangkan otot tangan dan lehernya.

"jangan kenceng-kenceng, nanti lehernya sakit" ucap Marvin sedikit khawatir.

"udah siap?" tanya Marvin diangguki Naura.

"eh Vin laptop lo mana?" tanya Naura sambil menyusul cowok itu keatas ranjang.

" kenapa?" tanya Marvin

"lo bisa cari identitas seseorang?" tanya Naura

"sebentar ya gue ambil dulu, kayaknya penting " balas Marvin sambil berjalan menuju meja belajar nya, untuk mengambil laptopnya.

"identitas siapa tadi ?" tanya Marvin sambil duduk menyender di sandaran kasurnya.

"Saputra Bastian" ucap Naura sambil mendekatkan badanya pada Marvin.

"papa Azalea?" tanya Marvin diangguki Naura

"kenapa dengan nya?" bingung Marvin

"cari aja Vin, gue kepo jangan banyak tanya dulu" kesal Naura

"iya iya galak bener bini gue" ucap Marvin ngasal

"bini-bini pala lo peyang" kesal Naura mencubit perut cowok itu.

"tengkurap dulu ah, susah kali main laptop gini" ucap Marvin

"gue minta tolong, jadi gue ngalah" ketus Naura membuat Marvin ingin mencubit ginjal Naura gemes.

Beberapa menitan Marvin mengotak-atik laptopnya, namun nihil identitas itu tidak ia temukan. Padahal Marvin sangat lihai dalam mencari selubung seperti ini di laptop nya. Kalau dibilang hacker ngak juga sih, ia belum pantas menerima sebutan itu.

"dapat ngak Vin?" tanya Naura

"ngak ada Nau, gue juga bingung nama Eli pun ngak kelihatan disini" jelas Marvin membuat Naura menghela nafas.

Marvin menutup laptop nya dan menempatkan nya di atas nakas di pinggir kasur.

"kenapa rupanya?" tanya Marvin yang kembali tengkurap seperti Naura. Naura mengubah posisinya hingga tidur terlentang, Marvin kini ikut mengikuti posisi gadis itu.

"kenapa Naura?" tanya Marvin sambil mengubah posisinya mengarah kepada Azalea.

Naura juga mengikuti posisi Marvin, kini pandangan mereka beradu.

"firasat gue ngak enak sama si Bastian itu, makanya gue kepo identitas nya" jelas Naura membuat Marvin mengangguk.

"nanti gue coba cari cari lagi" ucap Marvin membuat Naura mengangguk.

"ayo tidur udah jam sepuluh" tambahnya sambil membantu gadis itu pada posisi yang benar.

"good night" ucap Naura yang berada di samping Marvin

"to" Balas Marvin lalu keduanya mulai memejamkan matanya, dengan posisi sama-sama terlentang. Walau setiap pagi, jika Marvin bangun posisi mereka sudah berubah gimana lagi kalau tidak berpelukan? Jujur Devano jujur Naura lumayan gercok jika tidur. Namun ia menyukai itu.

...****************...

Happy reading ya beb💜🫵