Sekuel Touch Me, Hubby
🍁🍁
Perjodohan karena hutang budi, membuat Sherinda Agastya, gadis cantik dan sedikit ceroboh itu terpaksa menerima pernikahan yang tidak dia inginkan sama sekali. Parahnya lagi orang yang dijodohkan dengannya merupakan kakak kelasnya sendiri.
Lantas, bagaimana kehidupan mereka setelah menikah? Sedangkan Arghani Natakara Bagaskara yang merupakan ketua Osis di sekolahnya tersebut sudah memiliki kekasih.
Bagaimana lanjutan kisah mereka? Baca yuk!
Fb : Lee Yuta
IG : lee_yuta9
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lee_yuta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rumit
Bab. 5
Seorang pria muda baru saja masuk ke dalam rumahnya, dan dia sudah mendapat tatapan intimidasi dari kedua orang tuanya. Bukan, ralat. Maksudnya dari sang mama. Bahkan mamanya sampai berkacak pinggang.
"Dari mana saja kamu, Gha? Jam segini baru pulang?" cecar wanita berusia empat puluh tiga tahun tersebut. Meski begitu masih terlihat seperti usia tiga puluhan.
Arghani Natakara Bagaskara, merupakan nama penggabungan dari dua keluarga besar kedua orang tuanya. Pria muda itu berjalan menghampiri mereka, meraih tangan dan mencium punggung tangan mereka secara bergantian.
"Dari sekolah lah, Ma," jawab Ghani. "Memangnya ada apa sih, Ma? Kok tumbenan banget Ghani ditungguin pulangnya? Ada yang mau dibicarakan sama Ghani?" tebak Ghani yang mempunyai tingkat kepekaan seperti mamanya, Ayumna.
"Bagus kalau kamu tahu," sahut mama Ayumna.
Terdengar helaan napas dari mulut Ghani. Biasanya, kalau papa Langit yang ingin mengobrol dengan dirinya, itu mereka akan membicarakan perusahaan. Sebab, sebentar lagi usia Ghani delapan belas tahun. Itu artinya Ghani harus segera mempelajari dasar dari perusahaan keluarga mereka. Meskipun Ghani sering sekali diajak ke pertemuan-pertemuan penting oleh papanya.
Namun, sore ini berbeda topiknya. Itu sudah jelas. Karena mamanya yang biasanya sangat kalem, kini tiba-tiba saja berwajah tegas seperti itu. Sudah pasti ada sesuatu yang Ghani sendiri tidak tahu dan mungkin kalaupun tahu, ia bakalan memilih untuk tidak pulang sore ini.
"Ada apa, Ma? Jangan buat Ghani menebak yang enggak-enggak. Mama tahu sendiri, kegiatan Ghani di sekolah juga sedang padat-padatnya. Belum lagi ikut Papa ke kantor. Jangan ditambahi hal yang rumit lagi," ujar Ghani sebelum mamanya mengatakan sesuatu.
Hal tersebut semakin membuat mama Ayumna menahan geram sama anaknya sendiri.
Mama Ayumna terlihat menarik napas sebentar, sebelum membuka suaranya. Namun, sudah didahului sang suami.
"Begini, Gha. Kamu masih ingat, kan? Cerita Papa yang dulunya hampir aja kena tembak? Nah, itu ada yang selamatin Papa kan waktu itu. Jadi—"
"Pa, mending langsung pada intinya aja. Liat aja anakmu itu, malah sibuk ke hapenya." potong mama Ayumna menahan kesal pada sikap putranya. Jika boleh, ingin rasanya memukul Ghani. Tapi tetap saja, ujung-ujungnya dirinya sendiri yang menangis dsn menyesal.
"Bentar, Ma. Ini ada si bendahara lagi chat Ghani. Bentaran doang, kok," sambung Ghani yang lebih memilih membalas pesan bendahara osis.
Papa Langit sudah mengepalkan tangan. Ini lah hasil didikan manja dari orang tua Langit dan paman sablengnya itu—Dirga. Sehingga dia menjadi seperti ini. Apalagi campur tangan kakak iparnya—Bryan.
"Kamu Papa jodohin sama anaknya temen Papa," ucap papa Langit yang tidak kuasa menahan geramnya.
Sontak, hal itu membuat ponsel yang semula Ghani pegang pun jatuh ke sofa. Pria muda itu menatap ke arah orang tuanya dengan tatapan bingung.
"Maksudnya, Ghani dijodohin?" tanya Ghani lebih jelasnya lagi.
"Iya," sahut dua orang paruh baya itu kompak.
"Ma, Pa. Ini sudah tahun berapa? Kenapa masih pakai acara norak begitu?" protes Ghani yang jelas menolak perjodohan ini.
"Masih tahun 2023. Kita masih muda, masih sanggup buat ngomong cucu lima atau ... sepuluh." celetuk papa Langit yang membuat mama Ayumna mencubit pahanya.
"Serius dikit dong, Mas!" ingat mama Ayumna.
"Biar nggak tegang aja, Sayang," balas papa Langit sembari merangkul pundak sang istri dan memberi kecupan di pelipisnya. Membuat mama Ayumna memberi cubitan di pinggang suaminya. Malu dengan tingkah pria di sampingnya ini. Terlebih lagi di depan anak mereka.
"Ck! Kalau mau mesra-mesraan jangan di depan Ghani, Pa. Ntar Ghani balas, marah lagi," ucap Ghani mengingatkan kedua orang tuanya.
"Boleh aja. Toh bulan depan kalian juga sudah sah," sahut papa Langit menantang putranya.
Ghani tersentak dengan pernyataan papanya barusan.
"Hah? Bulan depan, Pa? Orangnya aja Ghani belum tahu, apalagi mau nikah? Ghani juga nggak bilang setuju, kan?" protes Ghani menatap orang tuanya dengan tatapan tidak percaya.
Papa Langit menggeleng.
"Papa nggak sedang bertanya atau minta pendapat sama kamu. Papa cuma kasih tahu kamu, Gha. Satu hal lagi, Papa nggak nerima penolakan sedikit pun." tegas papa Langit dengan tatapan seriusnya kali ini.
Jika sudah seperti ini, bahkan mama Ayumna yang paling dicintai suaminya itu tidak akan bisa membujuk papanya.
'Gimana mau jelasinnya, kalau aku udah punya pacar.' gumam Ghani di dalam hati.
Bingung sendiri, karena selama ini dirinya tidak pernah bercerita kepada mereka tentang dirinya yang sudah menjalin kasih dengan seorang gadis.
'Rumit banget, sih!' rutuknya lagi dalam hati.