NovelToon NovelToon
Kamar Jenazah

Kamar Jenazah

Status: tamat
Genre:Horor / Tamat / spiritual / hantu / Roh Supernatural
Popularitas:31.7k
Nilai: 5
Nama Author: dtyas

Kamar jenazah, bagian dari rumah sakit yang agak dihindari. Misteri dan kisah mistis apa yang dialami oleh Radit Krisna yang bekerja sebagai petugas Kamar Jenazah. Tangisan yang kerap terdengar ketika menjalani shift malam, membuat nyalinya terkadang ciut.

Berhasilkah Radit melewati gangguan yang terjadi dan mengungkap misteri tangisan tersebut?

===

Hanya untuk penggemar kisah horror. Harap tidak membaca dengan menabung bab ya.

Follow IG : dtyas_dtyas

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

26 ~ Dia ....

“Bang, ada jenazah dalam perjalanan. Bareng polisi dan besok mau proses otopsi,” lapor Radit saat Zul datang.

“Sudah dilaporkan belum?” tanya Zul.

“Udah, barusan gue udah wa ke atasan kita.”

“Hm.”

Radit dan yang lainnya mengkondisikan ruangan, dua jenazah pasien rumah sakit dan menunggu jenazah baru yang akan masuk. Tidak lama terdengar roda brankar, Lena yang berada di luar dengan gelas kopi di tangannya berdiri lalu berteriak memanggil Radit.

“Apaan sih, pamali teriak-teriak di depan kamar jenazah.”

“Itu … bukannya teman kamu.”

Radit menatap arah yang ditunjuk oleh Lena. Brankar yang membawa jenazah, didorong oleh petugas ambulance juga didampingi petugas kepolisian dan Dio. Radit gegas membuka pintu agak lebar, membiarkan brankar lewat dan menarik tangan Dio menjauh. Wajah pria itu tampak sendu.

“Dio, itu … siapa?” tanya Radit.

Dio mengusap wajahnya, lalu menghela pelan.

“Itu jenazah … Deo.”

“Hahh, jangan bercanda kamu.” Dio hanya menggelengkan kepalanya, radit berlari ke dalam. Brankar sudah diposisikan berjejer dengan brankar berisi jenazah lain.

Srek.

Radit membuka kain penutup jenazah dan terkejut. Itu benar Deo, wajah nya lebam dan berdarah-darah juga luka lainnya.

“Deo!” teriak Radit. Zul menarik tubuh Radit untuk keluar dari ruangan dan mendudukan di samping Lena. Dio menghampirinya.

“Lo di sini, biar gue yang urus di dalam,” ujar Zul.

“Dio, gimana Deo bisa ….” Radit tidak sanggup melanjutkan kalimatnya.

“Dari kemarin dia bertingkah aneh, bahkan tidur di kamar aku dan tadi dia terjatuh dari lantai tiga. Papi bilang dia dibunuh, karena luka yang ada di tubuh Deo bukan hanya luka bekas jatuh. Aku sudah cek CCTV, tidak ada orang lain. Deo berlari ke lantai tiga sendirian.”

Radit dan Lena saling tatap mendengar penjelasan mengenai kematian Deo. Mungkinkah itu ulah Mirna, yang sempat datang.

“Apa mungkin hantu itu yang membunuh Deo?” tanya Dio ragu-ragu.

“Tidak ada yang tahu, yang jelas setiap perbuatan ada konsekuensinya,” sahut Lena.

“Sebelum aku tidur, Deo sempat ketakutan dan membuat keributan. Papi marah dan tidak ingin Deo bersikap seperti orang tidak waras. Akhirnya Deo kembali ke kamar dan salahnya aku tidak temani dia. Entah jam berapa, kami dikejutkan dengan petugas keamanan yang melihat tubuh Deo terjatuh, saat diperiksa ternyata sudah … meninggal.”

Beberapa jam sebelum kejadian.

Dio bergegas membuka pintu kamar yang diketuk dengan keras. Ternyata Deo, entah ada apa dengannya sampai terlihat ketakutan.

“IKut ke kamarku, dia datang lagi. Bantu aku usir dia,” titah Deo menarik tangan Dio agar ikut dengan nya.

“Dia, siapa?”

Namun, Deo tidak menjawab. Dio mengecek kamar kakak-nya dan tidak ada apapun juga siapapun yang dimaksud “dia” oleh Deo. Bahkan mereka sempat berdebat dan berteriak, asisten rumah tangga pun sampai menghampiri dan melerai. Termasuk Papi yang merasa terganggu.

“Apa perlu Papi bawa kamu ke psikiater atau kamu sedang mabuk?”

“Sumpah Pi, tadi ….” Deo tidak jadi melanjutkan ucapannya, percuma karena hanya dirinya yang ditunjukan dan dapat melihat … Mirna.

Pria itu hanya bisa duduk di tepi ranjang dan melamun saat semua orang sudah meninggalkan kamarnya. Merenungi kesalahan yang sudah ia lakukan. Mungkinkah Mirna membayangi karena masih penasaran, membuatnya merasa dilema antara mengakui kesalahan atau tetap diam sampai ia mati.

Brak.

Pintu balkon terbuka sendiri dan membentur dinding. Sosok Marni kembali hadir dan berdiri melayang dengan wajah marah dan menyeramkan. Bukan lagi dengan tangisan lirih seperti biasanya, membuat Deo ketakutan. Bulu kuduknya pun merinding hebat karena sosok tak kasat mata di hadapannya.

“Pergi! kamu sudah mati.

“Aku memang sudah mati dan kamu akan ikut denganku.”

“Tidak, kamu tidak nyata. Ini hanya halusinasi. Papi benar, aku harus ke dokter.”

“IKut denganku, manusia jahat.”

Mirna berteriak membuat luka di lehernya memuncr4tkan darah hitam mengenai wajah Deo yang langsung diusap dan malah membuat pandangan matanya menjadi buram. Hendak meninggalkan kamar, Deo harus meraba-raba benda dan dinding malah salah arah dan terbentur pintu toilet membuatnya terjatuh membentur lantai.

Dahinya terluka dan berdarah. Menyadari kalau ia terluka, Deo kembali berteriak. artinya sosok Mirna memang nyata bukan halusinasinya.

“Kenapa bisa begini, seharusnya kamu tidak nyata.”

Mirna menggerakan tangannya dan berpengaruh pada Deo yang tiba-tiba merasa tercekik. Mirna memutar tangannya membuat tubuh Deo melayang dan terbalik dengan posisi kepala di bawah.

“Hentikan, lepaskan aku!”

Bugh.

Deo terjatuh karena Mirna mengabulkan permintaannya. Saat terjatuh, kepalanya yang lebih dulu menghantam lantai.

“Aaa.”

Menyeret tubuhnya menjauh, masih dengan pandangan mata yang buram. Deo akhirnya sampai di pintu, segera ia buka dan berlari. Ia melihat tangga, tanpa berpikir panjang dan menghindari Mirna ia menaiki anak tangga menuju rooftop yang digunakan hanya untuk menjemur pakaian dan ruangan kecil tempat mencuci pakaian.

Pandangan mata pria itu sudah kembali normal, tapi merasakan sakit di dahinya yang terluka dan masih mengeluarkan darah. Sosok Mirna kembali hadir, tentu saja Deo menjauh agar tidak terluka dan disiksa lagi.

“Malam itu aku tidak sengaja, kamu yang buat aku emosi. Mungkin ada setan lewat yang mempengaruhi aku.”

“Jangan salahkan setan karena kamu akan aku jadikan … setan.”

“Mirna, maafkan aku!” rengek Deo.

“Aku hanya minta diantar pulang, tapi kamu malah membunuhku. Bahkan tidak mengakui kesalahanmu dan memilih menjauh dari hukuman. IKUT DENGANKU!”

Tubuh Deo seakan ditarik dan dihempas menabrak ruangan linen bahkan kepala pria itu membentur kaca.

“Mirna, maafkan aku.”

Sosok Mirna hanya menggerakan tangannya, tapi membuat tubuh Deo terhempas kembali menabrak dinding lalu leher pria itu tertancap sisa pecahan kaca.

Sret.

Seperti teriris, darah mengalir dan memuncrat. Deo tidak bisa berkata apapun, tangannya sibuk memegang lehernya yang terluka. Tubuhnya terhuyung berjalan tak tentu arah dan tidak sadar dia sudah berada di tepi lalu … terjatuh.

“Mas Deo. Panggil Tuan, Mas Deo. Hubungi rumah sakit dan ambulance.”

 

 

 

 

 

 

 

 

1
Arieee
👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍
Fatimah Ziyadatul Khair
seru ceritanya. semoga segera nelurin cerita horor baru lagi. semangat kak othor
Vita Liana
cerita baru lagi dung kak hehe
Zuhril Witanto
🤣🤣🤣bukanya seneng tapi senep tiap hari liat hantu
Zuhril Witanto
astaghfirullah...
Zuhril Witanto
itu balasan untukmu Deo ..karna kamu gak mau mengakui dan gak bertanggung jawab
Zuhril Witanto
dan aaaaas.....
Zuhril Witanto
jelas2 Deo salah masih aja ngelak...biar aja di bawa
Zuhril Witanto
hantune ngeyelan
Zuhril Witanto
deg degan
Zuhril Witanto
motor Radit kan di pinjem Deo waktu itu
Zuhril Witanto
🤭🤭 ngarep
Zuhril Witanto
tuh hantu maksa banget
Zuhril Witanto
horor seru
Zuhril Witanto
ya ampun siapa yang nabrak
Zuhril Witanto
hantunya ikutan mandi
Zuhril Witanto
astaghfirullah...baca aja serasa ikutan lemes
Zuhril Witanto
spot jantung
Zuhril Witanto
serem banget
Zuhril Witanto
malah tambah serem lah di Kamboja
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!