"Gak tahu malu! Lo gak ngaca? Lo itu jelek, gendut, item lagi! Bisa-bisanya mimpi mau jadi pacar Alder."
Suara sumbang itu terus terlontar dari banyaknya murid yang mengelilinginya, melemparnya dengan kertas bahkan dengan botol air mineral kosong.
Dimana letak kesalahannya? Gadis bernama Jasmine itu hanya mencoba menyatakan perasaannya pada pemuda bernama Alder, tapi ternyata di situ lah awal kehancurannya.
Mendapat perlakuan buruk dan bullying dari teman-teman sekolahnya, tak lantas membuat Jasmine menyerah. Meski nyaris tak waras, ia berhasil merubah dirinya. Dari seekor itik, menjadi angsa cantik!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Savana Alifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
NONTON
Sesuai rencana, setelah sarapan bersama, membantu Jasmine packing, kali ini Alder dan Jasmine menuju ke lantai bawah untuk menonton sebuah film.
Karena di bawah apartemen terdapat mall yang komplit dengan segala fasilitasnya. Mereka tak perlu jauh-jauh untuk berkencan. Lagi pula, hubungan mereka masih terbilang di sembunyikan, tak ingin jika Lily tahu dan semuanya jadi fatal.
Dengan saling bergandengan tangan, mereka memasuki area mall. Ini kencan pertama mereka, Jasmine ingin kencan mereka seperti anak-anak muda yang tengah berpacaran meski usia mereka sudah lewat dari usia muda.
Alder bahkan hanya memakai celana jeans selutut di padukan dengan kaos polos berwarna hitam yang sangat pas dengan tubuh atletisnya. Sedangkan Jasmine memakai celana jeans panjang di padukan dengan kaos polos berwarna putih dengan model leher V. Rambut panjangnya di ikat seperti ekor kuda, gadis itu benar-benar terlihat seperti ABG.
Tidak lupa juga Alder menggunakan topi agar menutupi sedikit bagian wajahnya. Ia harus berjaga-jaga untuk apapun kemungkinannya. Jasmine menyarankannya memakai masker, tapi Alder menolak.
“Tunggu di sana sebentar, aku beli minuman dan pop corn buat kamu,” ucap Alder sedikit berbisik.
Jasmine mengangguk, ia menunggu Alder di kursi tunggu. Pandangannya mengedar, tempat itu sangat ramai oleh anak-anak muda yang mungkin tujuannya sama dengannya. Namun tetap saja Alder terlihat menonjol di antara semuanya, pria itu bahkan paling tinggi di antara semua orang yang berjajar mengantri menunggu pop corn.
Tanpa sadar senyumnya mengembang, hanya menatap punggung Alder saja hatinya begitu bahagia. Apalagi ketika mereka sudah hidup bersama nanti. Jasmine tak bisa membayangkan sebahagia apa ia saat hari itu tiba.
Tak berapa lama, Alder kembali. Sebelah tangannya membawa dua cap minuman, sebelah tangannya lagi membawa satu cup besar pop corn. Jasmine yang melihat kekasihnya kerepotan segera berdiri dan mengambil salah satu minuman di tangan Alder.
“Kenapa gak panggil aku, Al? Kamu kerepotan sendiri,” kata Jasmine.
Alder tersenyum, “Aku gak mau repotin kamu. Hari ini harinya kamu, aku mau manjain kamu, bukan mau repotin kamu.”
“Bawa minuman saja mana mungkin aku kerepotan, tiket filmnya udah beli?”
Alder mengangguk, “Di saku aku,” katanya.
Awalnya, Alder ingin menyewa satu bioskop untuk mereka bersua saja. Namun Jasmine menolak, katanya tak seru jika nonton hanya berdua saja. Alder juga pasti banyak modusnya dari pada nontonnya. Selain itu, Jasmine ingin merasakan kencan pada umumnya, bukan kencan special ala-ala sultan macam itu.
Mereka pun berjalan bersama menuju bioskop dimana film yang mereka pilih akan segera di putar. Tanpa mereka sadari, sepasang mata tengah menatap mereka sejak mereka tiba di sana.
***
Di dalam bioskop...
Alder dan Jasmine duduk di barisan tengah. Ternyata di dalam cukup ramai bahkan kursi nyaris penuh. Film yang mereka pilih adalah film bergenre romance komedi. Ternyata peminat film dengan genre itu cukup banyak.
“Nyaman gak duduknya?” Tanya Alder sesaat setelah mereka duduk di kursinya.
Jasmine mengangguk, “Harusnya aku yang nanya, kamu nyaman gak? Kamu pasti gak pernah nonton ramai-ramai gini kan?”
Alder tertawa tanpa suara, “Ini pertama kalinya buat aku, kamu juga kan?”
“Iya sih, ternyata gini yah di bioskop itu,” bisik Jasmine. Ia terlihat katro, tapi tak sampai memalukan juga.
Mereka sama-sama terkikik, lalu mulai fokus saat film mulai di putar. Beruntung genre film yang mereka pilih tak membosankan, tak terlalu vulgar juga. Sesekali mereka tertawa, sesekali terhanyut dengan adegan romantis.
Sampai ketika pasangan yang duduk di hadapan mereka ikut memperagakan adegan beradu bibir di dalam layar, Alder mencolek Jasmine yang tak menyadari hal itu.
“Apa?” Bisik Jasmine.
Alder tak menjawab, namun matanya bergerak memberi isyarat agar Jasmine melihat ke arah yang ia lihat.
“Astaga,” ucap Jasmine. Sesaat ia menutup mata, namun kemudian kembali membuka mata. Malu sendiri melihat adegan seperti itu di depan mata. Padahal ia dan Alder pun pernah melakukannya.
“Kenapa gak di hotel aja yah? Atau di rumah,” bisik Alder.
“Ssssttttt, jangan di lihat, Al. Nanti kamu kesetrum terus ikut-ikutan mau lagi,” Jasmine bahkan menutup mata Alder dengan tangannya. Tak ingin kekasihnya itu tergiur dengan adegan di depannya. Bisa gawat jika itu terjadi, Alder kerap tak bisa menahan diri.
Alder berdecak, pasrah saja saat Jasmine memintanya menutup mata. Karena adegan itu, mereka jadi tak fokus lagi menikmati film. Otak mereka traveling kemana-mana. Apalagi pasangan di hadapan mereka tak hanya beradu bibir, tapi merambat ke adegan yang lain seperti tangan si pria yang merayap kemana-mana.
Sampai film itu selesai, pasangan di hadapan mereka juga menyudahi aksi. Dari kejadian itu Jasmine dan Alder tak ingin lagi menonton ke bioskop, atau mereka tak akan memilih film romance lagi. Ah sudahlah, anggap saja kali ini mereka kurang beruntung.
“Merek kok malah bikin film sendiri,” Alder masih saja menggerutu.
Jasmine mengangguk, sepanjang perjalanan mereka menuju parkiran, hanya kejadian itu yang menjadi bahan perbincangan.
“Kamu mau bawa aku kemana lagi?” Tanya Jasmine sesaat setelah mereka memasuki mobil. Pasalnya, Alder ingin mengajak Jasmine makan siang bersama tapi tak mau makan di dalam mall. Alder punya rencana sendiri, dan karena hal itu, Jasmine jadi sedikit waspada.
Bagaimana tak waspada, selain karena mereka besok akan berpisah, mata dan pikiran mereka di nodai dengan adegan panas di dalam bioskop. Jasmine takut Alder terpengaruh.
"Al, kita mau kemana ih? Kok gak jawab," tanya Jasmine lagi.
"Kamu ikut aja, tempatnya gak aneh-aneh kok," sekilas Alder melirik Jasmine, pria itu tersenyum penuh misteri.
Meski sangat penasaran, tapi Jasmine memilih diam. Bertanya sebanyak apapun pasti Alder tak mau mengatakannya.
Mobil mulai melaju, membelah jalanan ramai kota Jakarta. Bergabung dengan banyaknya kendaraan lain dan para pengguna jalan lainnya.
Hanya ada suara musik yang terdengar di dalam mobil, Alder fokus dengan jalanan sedangkan Jasmine mencoba menikmati musik seraya meredam tebakan-tebakan dalam benaknya.
Sampai ketika Jasmine mengenali jalanan tersebut, ia menoleh pada Alder, "Al, ini kan jalanan ke sekolah? Ngapain kita kesini?"
Jasmine tak mau kenangan buruk di tempat itu kembali membuat dirinya terpuruk. Belum apa-apa moodnya sudah tak enak.
"Sayang, aku mau mengganti semua kenangan buruk kamu di sekolah dengan kenangan yang indah. Kita akan mengulang semuanya, memulai hubungan kita dari tempat ini," jawab Alder.
"Tapi, Al ..."
"Percaya sama aku, Jasmine. Kamu akan baik-baik saja, dan setelah ini, yang kamu ingat tentang sekolahan ini adalah hubungan indah kita."
Jasmine terdiam, ia memalingkan wajah saat Alder meliriknya. Entahlah, ia sanksi apakah ia bisa merubah kenangan buruk itu dengan kenangan yang indah.