Aku adalah anak piatu dengan 2 orang adik. Nama panggilanku tata. hidup yang penuh penderitaan dan hinaan. usiaku saat ini barulah 15 tahun, masa remaja yang harusnya manis tapi tidak bagiku, kelas IX Tepatnya.
plak
suara tamparan dari ayahnya tata dapatkan kini.
"Dasar anak malas" ucapnya dengan badan mau alkohol dan sudah sempoyongan berjalan.
plak
sekali lagi didapat tata tamparan ayahnya. "LAPAR ayah!" perintahnya. Tanpa tau perasaan anaknya itu selalu saja yang dilakukan kekerasan fisik.
"sudah berani melawan sekarang hah kamu" marah ayahnya itu saat tata membawa botol kosong yang sudah ia pecahkan. Tidak ada kata yg di ucap, hanya marah dirasa tata.
"belum puaskah ayah menyakitiku selama ini" tangisnya saat malam tiba. Bagaimana dengan kalian jika tanpa aku adikku semua yang ku sayang.
Bagaimanakah nasib Tata dengan adiknya yang tinggal ayah sering menyiksanya dan jadi korban bullyling disekolahnya.
Akankah tata bisa melewatinya, atau justru menyerah?
semoga suka 😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy JF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rumah sakit
Hingga di Tata tersadar, di sebuah sakit pusat kota.
"Sayang," ucap Mommy Khansa yang menangis dan langsung memeluk Tata.
Tata yang baru ingat kejadian yang telah menimpa dirinya dan Lana.
"Lana, Mom. Mana dia?" Tanya Tata kemudian.
"Ada," jawab Mommy Khansa. Yang tidak mengatakan yang sebenarnya.
"Aku mau lihat, Mom." pinta Tata.
"Nanti saja, pulihkan dulu badanmu, Sayang," pinta Mommy Khansa.
"Aku sudah tidak apa, Mom," desak Tata.
"Tunggu hasil dari dokter dulu ya, Sayang." ucap Mommy Khansa.
Benar saja dokter sudah datang di kamar inap Tata. Dokter itu memeriksa kondisi Tata dan juga memeriksa kepala. Begitupun dengan kaki Tata karena terhimpit badan mobil.
"Luka kepadanya sudah mulai membaik, begitupun dengan di kaki. Hanya perlu menunggu tidak pusing ataupun kondisi Nona kuat," ucap dokter itu.
"Terima kasih, Dok," ucap Mommy Khansa yang sudah mendengar penjelasan tersebut.
Setelah keluar dokter dari sana, Mommy Khansa yang di temani Tiwi yang baru saja pulang sekolah.
"Kak, semoga cepat sembuh ya," ucap Tiwi yang merangkul Tata.
"Makasih, dek. Kak Lana gimana?" Tanya Tata yang masih penasaran.
"Udah, itu sih tenang dan pulihkan dulu, Kakak. Kak Lana juga ada disini," jawab Tiwi.
"Benar, Sayang. Yang di bilang adekmu ini," ucap Mommy Khansa.
"Apa sih yang kalian tutupi padaku. Aku yakin itu berkaitan dengan Lana. Ya Tuhan jangan kau ambil Lana, aku baru saja sudah berani melangkah maju untuk mewujudkan harapannya," gumam dalam hati Tata.
Air mata Tata yang keluar begitu saja, rasanya ada sakit yang tidak bisa di ungkapkan dan di jelaskan. Rasa penasaran dan juga mengganjal padanya hanya bisa di luapkan dengan air matanya.
"Jangan bersedih, Sayang." ucap Mommy Khansa yang mengelus kepala Tata dengan pelan. Karena luka di dahi Tata baru di jahit.
"Doakan saja agar Lana bisa bertahan," lanjut di dalam hati Mommy Khansa.
*
Di tempat rawat inap khusus Lana terbaring dalam kondisi koma saat ini, setelah di lakukan operasi kepala yang tertabrak body mobil yang menabraknya dan kaki yang telah di gips. Wajah Lana yang lumayan rusak akibat itu juga, kini banyak selang di tubuhnya untuk membantunya.
Tangis keluarga terutama Mommy Khansa yang diberi kabar oleh rumah sakit akibat kecelakaan yang menimpa anaknya itu. Baik Daddy Karan maupun Mommynya langsung meluncur ke arah rumah sakit yang sudah memberitahukan pada mereka.
Ternyata keduanya tidak sadarkan diri saat di bawa ke rumah sakit, Tata yang langsung mendapatkan perawatan ekstra walau tidak dengan operasi. Lama juga untuk di siuman.
Berbeda dengan Lana yang mengharuskan operasi besar, berjam jama di lakukan para ahli di sana dengan segera. Akhirnya selesai di waktu dini hari, saat ini tengah masa observasinya pasca operasi.
Daddy Karan yang menunggu Lana, karena tidak mungkin Tata siuman tidak ada siapapun di ruangannya itu.
"Nak, kamu pasti bisa berjuang. Ingat yang menjadi semangatmu itu, Tata." bisik Daddy Karan di telinga Lana.
Tapi Lana tidak merespon itu, tubuhnya sangat lemah berbaring ditempat tidur bangsal rumah sakit.
Jika dalam waktu 1x24 jam tidak siuman, otomatis masuk fase koma. Walau tubuhnya akan berangsur pulih tapi kesadarannya yang tertinggal.
Waktu belum sampai untuk Lana tertidur dalam koma, segala cara Daddy Karan berjuang untuk kondisi anaknya yang semata wayang.
"Daddy akan mewujudkan apapun untukmu, asal kau cepat sadar, Nak," kembali dibisikkannya.
"Daddy tau jika kau lelaki yang pantang menyerah, Daddy menunggumu. Terlebih Tata yang begitu du cintai olehmu," ucap Daddy Karan yang terus memancing keaksi Lana.
"Jangan terlena di alam bawah sadar, Nak. Bisa bisa Tata di ambil orang lain dulu," lanjutnya.
Baru ada reaksi, jari Lana berkedut. Tapi sayanya tidak disadari oleh Daddy Karan.
"Ya sudah. Jangan salahkan Daddy jika terpaksa merestui mereka," lanjut Daddy Karan yang terus memancing emosi alam bawah sadar Lana.
Benar saja semakin di pancing dengan Tata, ada beberapa kali gerak jari Lana. Tapi itu belum mampu membuatnya sadar.
*
Ditempat Tata, bahkan hari sudah sore yang menampakkan matahari akan segera berganti. Tata yang sudah terikat dengan Lana dari dulu, bisa merasakannya. Mommy Khansa pasti tidak bisa menyembunyikan hal itu lebih lama lagi.
"Mom. Walau tidak menjawab pertanyaanku tentang kondisi Lana saat ini. Aku sudah bisa merasakannya jika dia tidak dalam baik baik saja, mau sampai kapan disembunyikan dariku, Mom. Aku siap mendengar bahkan melihat kenyataan yang pahit asal dia masih hidup," ucap Tata yang memegang tangan Mommy Khansa.
Meminta belas kasihnya untuk menceritakan keadaan yang sebenarnya oleh Lana. Hatinya terasa hampa bahkan kosong saat ini. Seakan harus cepat menemui kekasih hatinya, jangan sampai terlambat.
"Sayang, apakah kamu siap mendengarnya? Mommy tidak yakin," akhirnya Mommy Khansa membuka sedikit disana.
"Katakan saja, Mom. Tadi saat dokter periksa aku sudah boleh menjenguk Lana. Mommy pun mendengar hal itu, kan." desak Tata.
"Baiklah, lihatlah Lanamu sendiri," ucap Mommy yang tidak kuasa lagi menahan pasangan yang terikat batin kuat ini.
Ada rasa takut pada Tata yang telah melihat keadaan Lana yang parah saat ini.
"Ayo, Mom. Aku harus pergi sekarang," pinta Tata.
"Sebaiknya kau gunakan kursi roda, lagi pula belum sembuh total, Sayang," pinta Mommy Khansa.
"Oke, Mom. Maaf jadi merepotkan," ucap Tata.
"Tidak ada yang membuat repot untuk anak Mommy," ucap Mommy Khansa.
Setelah dibantu Mommy Khansa, Tata duduk di kursi roda yang menenteng selang infusnya. Keduanya pergi meninggalkan ruangan menuju ke arah tempat ICU Lana.
Sekuat mungkin Tata menahan air matanya saat menuju ruangan yang tentunya itu arah yang semua pasien dalam keadaan jauh dari kata sehat.
"Boleh aku berdua dengannya, Mom, Dad," kata pertama saat sudah di ruangan Lana.
"Baiklah," jawab Daddy Karan yang lalu membawa istrinya keluar. Membiarkan berdua saja didalam ruangan itu, memberikan waktu bagi Tata.
Bahkan keluarganya saja tidak bertanya tentang bagaimana dia sampai terjadinya kecelakaan itu. Semuanya sudah di selidiki oleh Daddy Karan. Bahkan sopir truk tewas di tempat kejadian tersebut, masih untung nyawa kedua anaknya bisa selamat. Walau dalm hati Daddy Karan masih ada yang mengganjal, maka dari itu sudah diam diam menyelidiki lebih lanjut yang di sewa olehnya seorang detektif swasta yang sudah mempunyai nama.
"Lan," isak tangis Tata sudah tidak bisa di bendungnya lagi. Malu jika menangis ada kedua orang tuanya.
Dengan memegang tangan Lana, Tata mencium itu dan terus menyebutkan nama Lana.
Isaknya yang tidak bisa untuk melanjutkan kata katanya.
...****************...
Hi semuanya
Tinggalkan jejak kalian ya. Bagi votenya ya