Agnes Nugraha gadis remaja yang ceria dari keluarga sederhana memiliki paras yang cantik pertemuannya yang tanpa di sengaja dengan seorang pemuda kota yang ternyata seorang CEO suatu perusahaan besar di kota membuat hidupnya berubah.
Seperti apa? ikuti ya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Meitania, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25
Di ruang perawatan Agnes kini tersisa Radit karena Mama Retno dan Papa Jamal sudah pulang. Radit dengan setia memegang tangan Agnes yang terbebas dari jarum infus. Walau lelah radit tak dapat memejamkan matanya melihat calon istrinya yang masih setia memejamkan matanya.
"Sayang, Mas kangen bangun yuk." Bisik Radit lirih.
Entah jam berapa Radit bisa memejamkan matanya sambil memeluk lengan Agnes. Agnes yang terbangun pagi hari karena suara adzan merasakan badannya tak dapat bergerak terutama tangan kanannya. Agnes membuka matanya perlahan dan memindai setiap inci ruang perawatannya.
Bau khas yang menghampiri hidungnya membuat Agnes akhirnya tau dimana dirinya berada. Agnes membuka dengan sempurna matanya dan melihat sisi kanannya seorang pria tengah memeluk lengannya dengan posesif.
"Mas,," Panggil Agnes lirih.
Merasa ada pergerakan Radit pun membuka matanya dan menegakkan badannya. Terlihat Agnes yang sudah membuka mata dan tersenyum padanya.
"Sayang,, kamu sudah bangun? Apa yang kamu rasakan sekarang? Apa ada yang sakit?" Tanya Radit bertubi-tubi.
Agnes hanya tersenyum menanggapi pertanyaan-pertanyaan Radit. Agnes mengulurkan tangannya memegang pipi Radit.
"Maaf buat Mas khawatir." Agnes.
"Tidak sayang, Mas yang minta maaf tidak bisa melindungi kamu." Radit.
"Ucapkan terima kasih ku juga sama Randi Mas." Agnes.
"Iya sayang. Randi, Meli dan Indah terus menemani kamu di sini. Mereka mengkhawatirkan kamu sayang." Radit.
"Maaf." Agnes.
"Tidak sayang, ini bukan salah mu." Radit.
"Manda."
"Maaf sayang, kami terpaksa berbohong padanya." Radit.
"Maksudnya?"
"Indah menulis chat pada Manda lewat ponsel kamu dan mengatakan jika kamu menginap di rumah Mama. Semua demi kebaikan Manda. Karena kita semua tidak ingin Manda nekat dan datang ke rumah sakit dengan keadaan panik." Radit.
"Huh... Terima kasih sayang." Agnes.
"Tapi, Ikbal tahu bagaimana keadaan kamu dan kemarin dia sudah datang ke sini." Radit.
"Maaf membuat kalian semua repot." Agnes.
"Jangan berkata seperti itu. Semua di luar kendali kamu sayang." Radit.
Percakapan mereka pun terhenti kala suster datang untuk memeriksa Agnes. Radit pun mempersilahkannya.
"Bagaimana sekarang apa lebih baik?" Suster.
"Alhamdulillah sudah suster. Apa saya bisa pulang suster?" Agnes.
"Tentu boleh jika tidak ada keluhan apapun. Nanti dokter akan datang dan memeriksa. Sekarang Nona sarapan dan minum vitaminnya dulu ya." Suster.
"Baik. Terima kasih suster." Agnes.
"Sama-sama. Mari saya tinggal. Sebentar lagi sarapannya akan datang." Pamit suster sebelum meninggalkan ruangan Agnes.
Seperti yang di katakan suster tadi tak lama sarapan untuk Agnes pun datang. Agnes di bantu Radit untuk duduk dan memakan sarapan yang di berikan oleh rumah sakit. Dengan di suapi Radit akhirnya makanan pun habis tak tersisa. Beruntung Agnes tidak pemilih.
"Di minum vitaminnya sayang." Ucap Radit menyodorkan butir demi butir vitamin yang di berikan suster tadi pagi.
"Terima kasih sayang." Agnes.
"Istirahatlah. Nanti Mas bangunkan jika dokter datang." Radit.
"Sebentar lagi. Perutnya masih penuh." Agnes.
"Baiklah. Apa ada yang kamu mau sayang?" Radit.
Agnes hanya menggelengkan kepalanya.
"Mas,"
"Iya sayang."
"Bagaimana bisa Mas ada di sini? Bukannya Mas ada di Bali? Dan ini belum waktunya Mas pulang." Agnes.
"Mas tidak bisa tenang sayang. Begitu Mas dapat kabar dari Randi Mas langsung memesan tiket pulang." Radit.
"Lantas pekerjaan Mas Bagaimana?" Tanya Agnes tak enak.
"Ada Arif sayang." Radit.
"Maaf ya Mas aku merepotkan kamu." Agnes.
"Tidak sayang. Kamu lebih penting dari pada pekerjaan Mas di sana sayang." Radit.
"Tapi, Mas."
"Tidak apa-apa sayang. Mas bisa mengerjakan pekerjaan Mas dimana saja. Arif akan mengirimkannya kepada Mas. Kamu tenang saja ya jangan terlalu di fikirkan. Sekarang yang terpenting mau sehat dulu ya." Radit.
Setelah dokter datang dan memeriksa keadaan Agnes dokter menyatakan jika Agnes bisa pulang siang ini. Agnes pun dengan senang hati ingin segera pulang. Mama Retno dan Papa Jamal datang berniat menjenguk calon menantunya jadi malah menjemputnya karena ternyata Agnes bisa pulang.
Mama Retno meminta Agnes pulang ke rumahnya terlebih dahulu hingga keadaanya benar-benar pulih. Namun, Agnes tak ingin membuat Manda semakin cemas dan Agnes pun memutuskan untuk kembali ke rumah Ikbal saja. Dengan berat hati Mama Retno pun menyetujuinya.
"Maaf ya Ma. Agnes takut Manda curiga." Agnes.
"Iya tak apa-apa asal kamu janji jangan terlalu capek dulu banyak istirahat pokoknya jangan yang aneh-aneh ya." Mama Retno.
"Iya Ma."
Akhirnya dengan berat hati Mama Retno pun merelakan Agnes pulang ke rumah Ikbal. Setelah menyelesaikan administrasi Radit pun segera membawa Agnes pulang. Mama Retno dan Papa Jamal berpisah di lobi hotel dengan Radit dan Agnes.
"Nanti istirahat aja ya di rumah." Radit.
"Iya Mas." Agnes.
Sampai di rumah Ikbal Agnes turun di bantu Radit. Agnes jalan dengan bergelayut manja di lengan Radit. Ikbal dan Manda menyambut keduanya.
"Loh, Kak Radit udah pulang ternyata." Manda.
"Iya tadi malem dan dapat kejutan ada calon istri di rumah." Radit.
"Maaf ya Kak aku mendadak nginep di rumah Mama." Agnes.
"Iya ga apa-apa. Ayo masuk." Ikbal.
Ikbal berbincang bersama Radit di ruang keluarga. Agnes berpamitan ingin istirahat dengan alasan mengantuk karena semalam menemani Raya menonton. Manda hanya geleng-geleng kepala karena Raya tau jika Agnes kurang suka menonton.
"Agnes tidur?" Ikbal.
"Iya Mas. Katanya ngantuk abis nemenin Raya bergadang.
"Maaf, semalam Raya minta di temenin Agnes kata Mama." Radit.
"Ngga apa-apa ga perlu sungkan. Toh Agnes juga mau kok nemenin Raya." Ikbal.
"Manda tinggal dulu ya. Kalian ngobrol aja." Manda.
Setelah Manda masuk Radit dan Ikbal pun berbincang mengenai perusahaan. Tak banyak yang tau jika Ikbal adalah calon kakak ipar Radit apalagi mengingat usia Ikbal di bawah Radit. Untuk itu Ikbal lebih leluasa menyelidiki apapun di kantor. Hanya Arif yang tau jika Ikbal adalah Kakak ipar Radit.
"Jadi, kapan Bang Arif pulang?" Ikbal.
"Mungkin lusa." Radit.
"Baiklah. Besok saya akan kembali ke sana sendiri." Ikbal.
Karena ada masalah di cabang membuat Ikbal pun sedikit kerepotan memegang kendali di cabang juga. Dan Ikbal benar-benar menjalankan tugasnya dengan baik membuat Radit merasa puas dan bangga. Ikbal benar-benar dapat di andalkan ketika dirinya dan juga Arif tidak ada.
"Semoga besok berhasil." Radit.
Ikbal hanya menganggukkan kepalanya saja.
"Mas,,"
Kedua lelaki itu pun menoleh ke arah sumber suara dan kedua lelaki itu pun sama-sama tersenyum. Terlihat Agnes yang datang menghampiri keduanya. Dan Ikbal tau siapa yang Agnes panggil dengan hanya mendengar panggilan Agnes saja.
"Kenapa bangun?"
🌼🌼🌼