AKU INGIN IBU
Seorang anak pertama bernama Tata dengan 2orang adik, 1 laki laki dan 1 perempuan. Korban kekerasan orang tua tepatnya ayahku, dan juga korban bully disekolah. Tata sebenarnya anak perempuan pertama ayah yang seharusnya jadi buah hati setiap orang tua. Akan selalu menyayangi dan mengasihi anak anaknya. Tapi tidak dengan ayahnya.
Tata mengalami ini di mulai setalah kepergian ibu selamanya. Banyak sudah berubah dari kondisi keluarga tanpa seorang disana. Tata harus menjadi kuat dan sabar untuk kedua adikku itu. Penderitaanku ini entah sampai kapan berakhir, sedangkan saat ada ibu dulu selalu menyayangi kami dengan sepenuh hati layaknya keluarga harmonis lainnya.
Dimalam yang sudah larut terbangun.
"IBU......"
"Tidak, jangan pergi IBU!" teriak Tata sontak bangun dari tidurnya, karena mengalami mimpi buruk. Mengingat kepergian IBU yang sayang dan melahirkan ia.
"Hik...hik...hik..IBU....IBU...IBU" lanjut tangisannya keluar setiap sayatan penderitaan ia alami kini setalah ibu meninggalkannya.
Flashback on
"IBU.....hik hik hik...jangan tinggalkan Tata Bu..." tangis Tata di depan ruangan tamu.
"Ibu bangun Ibu....Jangan pergi Ibu, bangun Bu,...." terus saja berucap demikian.
Neneknya memeluk dari belakang. "Relakan Ta...kasian Ibumu, sekarang sudah tenang" tangis bersama Nenek. Bahkan semua orang di ruang itu pun sama. Tangisan kesedihan kepergian orang terkasih.
Ibu Tata meninggal akibat pendarahan hebat yang tidak bisa berhenti mengakibatkan pergi untuk selamanya. Tidak menyadari bahwa sedang mengandung kembali dirinya itu. Terpeleset minyak sisa memasak pagi, karena sedang terburu buru kesiangan sekolah Tata dan adiknya. Kini telah meninggalkan anak anak dan suami yang di cintainya.
"Nek, Ibu.....Tata ga mau ga ada Ibu....Nek...tolong bangunin Ibu..." dengan tangisan meminta neneknya membangunkan ibunya yang sudah terbujur kaku didepannya itu.
Sudah selesai proses memandikan dan sholat jenazah. menunggu proses terakhir yaitu menguburkan.
"Kak, Ibu kenapa tidur di depan pake baju putih begitu?" Tanya si bungsu tak lain Tiwi usianya masih kecil kelas 1 SD.
"Kak, Ibu. Kak, Ibu,....."ucap adik nya yang pertama yaitu Dwi.
"Hik..hik..hik..." tanya tangisan Tata yang menjawab dengan memeluk kedua adiknya itu.
Dimanakah ayahnya?
Ya ayahnya hanya diam tanpa menangis ataupun meraung dalam tangis. Tentulah sama hati nya jauh lebih sakit dan kehilangan orang yang selama ini mendampingi dan melayani di rumahnya itu penuh dengan cinta dan sayang.
"Kenapa kau pergi begitu cepat, Sayang?"Tanyanya dalam hati.
"Bagaimana aku dengan anak anak yang kau tinggalkan ini, tak sanggup lagi menjalani tanpa dirimu , Sayang"terus saja batinnya berucap.
Dan selalu saja bayang bayang kebahagiaan dulu bersama dengan istri dan anak anaknya dengan penuh kasih sayang dan perhatian penuh. Karena istrinya itu pandai menempatkan diri untuk suami atau anak anaknya, kasih sayang tak pernah kurang sekalipun memang ekonomi tak pernah membuatnya cukup. Hanya rasa bersyukur atas nikmat kebersamaan dan tidak pernah istrinya itu mengeluh tentang uang kurang atau banyak kebutuhan yang harus dipenuhi.
Tak lagi kini ia sudah pergi dalam tidur lelap panjang yang tak pernah akan kembali lagi.
Terus termenung hingga....
"Gus, sudah waktunya di makamkan. Semuanya sudah menunggu mu." Ucap kakeknya Tata.
Bagus tersadar akan itu. Ya namanya ayah Tata Bagus.
"Baiklah, ayo kita berangkat mengantarkan istriku untuk tempat peristirahatannya yang terakhir." Dengan suara gemetar bagus ucapkan itu.
"Mari semuanya bantu " ucap pak ustad yang membantunya itu.
Semua prosesnya telah selesai doa pun sudah selesai. Gundukan tanah baru bertuliskan
Ina lillahi wa inna ilahi rojiun
Kinar Widiastuti Binti Soleh
Lahir 1-2-1980
Meninggal 3-12-2023
Sudah ditempatnya sebagi tanda pengenal bahwa jasad Ibunya ada disana.
Perlahan warga sekitar meninggalkan makan itu hingga tersisa ayahnya Tata dan Tata saja.
"Bahagialah disana, Sayang.... Inii lebih baik untukmu tidak sakit lagi" ucap sang suami tak lain ayahnya Tata dengan menahan tangis.
"Tak tau aku kedepannya bagaimana tanpa mu Kinar sayang" batinnya sering berkata begitu.
"Bu....Bu....Bu..." Tata hanya bisa berucap begitu karena tangisnya selalu turun deras.
Ayahnya memeluk anak pertamanya dengan erat untuk sama sama menguatkan hati masing masing yang tak bisa di tinggal oleh orang tersayangnya.
Memang orang sudah meninggal kita harus berusaha mengikhlaskannya supaya yang meninggal bisa tenang. Tapi tak semudah di ucap, untuk melakukannya sangat sulit dan butuh proses entah itu sebentar atau lama. Tergantung dari diri masing masing.
Siapapun insan yang di tinggalkan orang terkasihnya pastilah kehilangan teramat dalam. Lukanya bagai tersayat sayat di hati.
Mereka telah kembali ke rumah kecilnya itu, melakukan pengajian untuk mendoakan almarhumah ibunya. Di kediamannya di malam hari dilakukan secara rutin pengajian selama 7 hari kedepan. Dengan dibantu nenek dan kakeknya beserta tetangga sekitar untuk pengajian dirumahnya. Ramai dan banyak yang hadir, sebab ibunya itu terkenal baik dan suka membantu sekitar. Dengan perangai ibunya itu banyak warga yang bersedih setelah kepergian almarhumah selamanya.
*
Tujuh hari sudah berlalu, di akhir malam pengajian yang telah rutin dilakukannya bersama keluarga dan warga sekitar. Tampak sudah sepi kembali rumahnya itu.
Tata menemani adik adiknya di kamar untuk istirahat karena esok masuk sekolah setelah libur selama masa duka dikeluarganya.
"Sini Kakak bacakan cerita untuk kalian, mau?" Tata dengan mengambil buku cerita di rak kamarnya itu.
"Mau, Kak" jawab bersama adik adiknya.
"Kalian tidur di tempatnya dulu dengan nyaman ya, supaya bisa langsung terlelap ya..."memberitahukan agar tak susah untuk memindahkan kembali adiknya. "Disebuah desa terpencil hiduplah seorang anak yang rajin...."Tata memulai ceritanya itu, adiknya mendengarkan dengan baik awalnya hingga selang beberapa menit ditengoklah ternyata sudah terlelap disana. Cerita dongeng yang belum selesai dibaca pun harus di tutup, Tata yang sudah mulai mengantuk meletakkan buku ditempatnya ia ambil.
"Tidur yang nyenyak ya adik adikku, Sayang..."mengusap rambut kedua adiknya bergantian dan dengan kecupan di kening keduanya juga."Mimpi indah kalian" dengan melangkah ketempat tidurnya sendiri.
Memang mereka tinggal di kamar yang sama hanya beda tempat tidur saja, Tata dengan tempat tidur sendiri, sedangkan kedua adiknya memakai tempat bersusun. Paling atas di tempati dwi dia satu satunya jagoan, agar tidak menyusahkan si bungsu dibawahnya jika hendak ke kamar kecil.
Diesok hari masih dengan kasih sayang ayahnya diberikan kepada ketiganya. Waktu berlalu seperti biasa dikeluarganya itu, hingga 2 minggu setalah ayahnya pulang kerja.
"Tata!" teriak ayah Bagus.
"Iya, Ayah"berlari Tata saat mendapat teriakan ayahnya itu. Sudah di hadapan ayahnya kini.
"Cepat buatkan kopi untuk Ayah!"masih saja dengan berteriak memerintahkan Tata.
"Iya, Ayah"
"Cepat!"teriak lagi Ayahnya.
"Kenapa dengan Ayah, tumben Ayah teriak teriak sama Tata" gumam Tata dalam hatinya melihat tingkah ayahnya berbeda dari biasanya. Dengan cepat Tata memberikan kopi yang di perintahkan. "Ini Ayah, dan ini cemilan untuk menemani kopi Ayah" memberikan sedikit makanan kecil.
Hari harinya kini telah berubah, jauh berbeda. Ternyata.....
****************
Hi semuanya
Ini karya ke 2 ku
Semoga suka ya
😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments