Di Tandai Duda Ganas

Author cuma mengingatkan untuk para pembaca pemula yang baru tahu novel itu apa, author peringatkan kalau kita berkarya dan menceritakan hal yang berbau dewasa itu sudah biasa dalam dunia pernovelan.

Jangan sampai kalian membaca cerita lalu menemukan ada unsur yang membicarakan tentang perselingkuhan, tentang kegiatan di atas tempat tidur, dan yang sedikit berbau dewasa itu kalian berspekulasi bahwa author itu adalah orang yang menyebalkan, orang yang tidak tahu etika bahkan ada pula pembaca yang sangat tidak sopan misalnya mengatai dengan kata anjing dan kata hewan semacamnya kepada kami selaku author atau Ada pula yang memberikan bintang 1 atau bintang 2 kepada kami.

Bintang yang kalian berikan pada kami selaku author sangat mempengaruhi performa kami dan penghasilan kami di aplikasi ini.

Perhatiannya, jika pun kalian tidak berkenan membaca novel kami ada baiknya skip saja tidak usah mengatakan kami yang sangat menyakitkan karena kami membuat karya itu bisa dipertanggungjawabkan oleh kami selaku pembuat.

hargailah karya orang lain Karena tidak semua orang bisa membuat cerita novel. Kami meluangkan banyak waktu untuk membuat imajinasi-imajinasi dan itu tidak gampang.

Terima kasih sebelumnya, mohon perhatiannya maaf juga jika karya author belum memenuhi ekspektasi kalian.

 Salam hangat dari author.

"Masssshhhhhhhh udah ya" rengek Anjani karena Kendra semakin dalam melakukan aksinya.

"Ayo lanjut di hotel" balas Kendra sembari memakaikan baju pada Anjani.

..

The Ortiz Hotel, Kendra dengan terburu-buru membawa Anjani kedalam kamarnya. Malam ini Anjani akan ia bawa ke atas ranjang panas bersamanya.

Pintu kamar itu terkunci, Kendra langsung berdiri di hadapan Anjani dengan tatapan sayu.

"Sayang, aku ingin kamu sekarang!" ucap Kendra dengan suara lirih.

"Mas, kita belum menikah ini tidak boleh" Anjani menolaknya.

"Hei baby, kita akan menikah sebentar lagi dan aku ingin sekarang" Kendra tetap memaksa.

"Mas, aku masih berhak menolak. Maaf jika kamu memaksa meminta itu sekarang, lebih baik kita akhiri saja hubungan kita" ucap Anjani lalu berbalik hendak pergi meninggalkan Kendra.

Kendra yang tidak ingin kehilangan lagi Anjani langsung menghalangi kepergian sang kekasih.

Grepp....!!!! Kendra langsung memeluk Anjani.

"Maaf kan Mas sudah lancang meminta itu. Mas janji akan menjagamu sampai kita halal" ucap Kendra mengalah.

Anjani langsung meraih wajah sendu Kendra, ia paham bahwa pria di hadapannya sekarang sedang mati-matian menahan gejolak hasrat birahinya.

"Terimakasih ya sudah mau mengerti. Mas terbaik dan juara di hatiku" ucap Anjani.

Cup!!!

Anjani langsung mendaratkan bibirnya pada bibir Kendra dengan singkat.

"Mas gak mau harus di tinggalkan lagi. Besok ikut Mas pulang ke Jakarta" ajak Kendra.

Seketika Anjani menggelengkan kepalanya.

"Kenapa, hem?" tanya Kendra.

"Aku masih ingin di sini!" jawab Anjani yang memang sudah mulai nyaman dengan kehidupannya di Bandung.

"Karena pria itu?" Kendra bertanya dengan nada marah.

"Mas, pria mana yang kamu maksud?" Anjani tidak mengerti.

"Jangan pura-pura kamu, Baby! Siapa pria yang tempo hari mengantarmu? Sepertinya kalian sudah mulai nyaman" ungkap Kendra lalu menjauh dari Anjani dan berjalan ke arah Balkon.

Anjani langsung mengikuti langkah Kendra. Ia tidak menyangka jika Kendra tahu sewaktu dirinya di antar pulang oleh Devandra waktu itu.

"Bahkan dia sampai mengusap kepalamu" ungkap Kendra lagi dengan kesal sembari mengambil satu batang rokok untuk melampiaskan kekesalannya.

Ia cemburu dan itu membuat semuanya akan tidak baik-baik saja untuk Anjani.

"Kamu merokok, Mas?" Anjani heran karena baru pertama kali melihat Kendra merokok.

"Kadang-kadang jika sedang kesal" jawab Kendra dingin sembari memperdalam hisapan rokok itu.

"Mas, please dengar kan dulu penjelasanku ya!" Anjani memohon.

"Jelaslah lah agar aku tahu kenapa kamu bisa bersama dengan pria lain?" Kendra meminta penjelasan.

"Dia Devandra, aku bertemu sewaktu aku di bis" jawab Anjani apa adanya.

"Lalu kalian berkenalan, begitu? Saling bertukar no ponsel dan terus berlanjut sampai kemarin?" Kendra semakin cemburu.

"Tidak Mas, dia bertanya namaku karena dia duduk bersebelahan denganku. Dan itu aku tahu karena sesuai kursi tiket saja" Anjani terus menjelaskan agar Kendra percaya.

"Apakah dia alasan kamu tidak ingin ikut ke Jakarta denganku? Dia tampan sih, pantas kamu mau dekat dengan dia! Tapi lebih tampan aku" ucap Kendra membuat Anjani sakit hati.

"Mas kok kamu jahat banget sih, Mas. Pikiran kamu kok seperti itu padaku? Kalau kamu tidak yakin, yasudah terserahlah aku cape" Anjani pun melangkah kan kakinya hendak pergi dari kamar itu, karena menurutnya sia-sia menjelaskan semuanya pada Kendra.

"Aku tidak mengizinkan kamu pergi!" suara Kendra meninggi.

Anjani tak menghiraukan itu, Ia terus mendekati pintu tetapi ia lupa bahwa pintu itu sudah terkunci.

"Buka!" gertak Anjani.

"Mas tidak ingin kamu pergi" balas Kendra.

"Lantas untuk apa aku disini jika kekasihku sendiri sudah meragukan aku, Mas. Aku cape tau gak sih Mas.. Hikhikhik" saking kesalnya membuat Anjani menangis di hadapan Kendra.

Kendra langsung berhambur memeluk sang kekasih. Kendra merasa sungguh bersalah karena ia tidak mempercayai Anjani.

"Maafkan Mas sayang. Mas hanya tidak mau kamu dekat dengan pria manapun. Kamu hanya milik Mas" Kendra memohon pada Anjani.

"Aku tidak mungkin mengkhianati kamu Mas" balas Anjani dengan nada lirih.

"Mas percaya padamu" ucap Kendra.

Anjani pun lalu menempelkan keningnya pada kening Kendra. Hidung mereka beradu dan keduanya bisa merasakan hembusan nafas syahdu masing-masing.

"Mas hanya satu-satunya pria yang aku cinta selain Bapak Rusli. Aku hanya punya Bapak dan kamu. Harus dengan apa aku membuktikan cintaku padamu, sayang?" tanya Anjani.

"Kamu hanya perlu bersedia minggu depan, aku nikahi. Tidak ada penolakan lagi, karena aku tidak suka di tolak" ungkap Kendra.

"Aku mau Mas. Besok kita temui Bapak" balas Anjani.

"Dengan senang hati sayang" sambut Kendra dengan bahagia.

Kini persoalan tentang kecemburuan Kendra sudah di selesaikan dengan baik. Tidak ada lagi amarah di hati keduanya. Malam semakin larut, dua sejoli ini tampak menikmati udara kota bandung di atas balkon hotel sembari menyesap hangatnya teh manis.

Besok mereka akan menemui Rusli di pesantren untuk meminta restu soal pernikahannya dalam waktu dekat ini.

"Mas udaranya mulai tidak nyaman, dingin banget!" ungkap Anjani.

"Kita masuk saja, waktunya tidur" balas Kendra.

Tidak ada ada aktifitas sensual yang mereka lakukan malam ini, hanya sekedar saling memeluk untuk memberi kehangatan di atas ranjang.

...

Anjani menggeliatkan tubuhnya ketika sinar mentari menembus dari balik tirai menyorot wajahnya. Tetapi ada rasa berat yang ia rasakan di atas perutnya.

Sebuah tangan kekar melingkar seakan tak mau lepas.

"Mas sudah pagi!" suara Anjani berbisik pelan di telinga Kendra.

Kendra pun pelan-pelan membuka matanya, ia menggeliatkan tangan nya.

"Morning baby!" sapa Kendra dengan suara khas bangun tidurnya.

Hal itu terdengar sungguh seksi di indra pendengaran Anjani.

"Morning Mas. Aku mandi duluan ya" ucap Anjani.

"Mandi bersama!" Setelah mengatakan itu, Kendra segera membawa tubuh Anjani ke kamar mandi.