NovelToon NovelToon
Menjadi Ibu Susu Untuk Keponakan Kembar

Menjadi Ibu Susu Untuk Keponakan Kembar

Status: tamat
Genre:Tamat / Menikah Karena Anak
Popularitas:815.5k
Nilai: 5
Nama Author: De Shandivara

Berselang dua minggu sejak dia melahirkan, tetapi Anindya harus kehilangan bayinya sesaat setelah bayi itu dilahirkan. Namun, Tuhan selalu mempunyai rencana lain. Masa laktasi yang seharusnya dia berikan untuk menyusui anaknya, dia berikan untuk keponakan kembarnya yang ditinggal pergi oleh ibunya selama-lamanya.

Mulanya, dia memberikan ASI kepada dua keponakannya secara sembunyi-sembunyi supaya mereka tidak kelaparan. Namun, membuat bayi-bayi itu menjadi ketergantungan dengan ASI Anindya yang berujung dia dinikahi oleh ayah dari keponakan kembarnya.

Bagaimana kelanjutan kisah mereka, apakah Anindya selamanya berstatus menjadi ibu susu untuk si kembar?
Atau malah tercipta cinta dan berakhir menjadi keluarga yang bahagia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon De Shandivara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34. Pesona Anindya

Pagi hari, Anindya terbangun saat alarm yang dia setting semalam telah berbunyi nyaring. Sengaja dia pasang lebih siang karena Anindya sedang tidak beribadah. Namun, yang ada malah terlampau siang saat dia terbangun.

Dia terkesiap dan dibuat lebih was-was lagi saat didapati si kembar tidak ada di tempatnya dan pintu kamar dalam keadaan sedikit terbuka.

Diculik?

“Ah, dimana mereka?” Anindya terlonjak dari ranjangnya dan mencari mereka ke kamar mandi menduga jika mereka sedang bersama ayahnya. Namun, nihil, mereka tidak ada di sana.

Anindya mencoba menghubungi suaminya, telepon tersambung dan kali ini langsung dijawab.

“Mas Satya, si kembar hilang! Mereka tidak ada di kamar, kamu dimana?” tanya Anindya yang cemas, lantas menghubungi Arsatya via telepon.

“Aku di bawah, sarapan,” jawabnya.

“Dengan si kembar?”

“Iya,” jawab Arsatya.

Praktis, Anindya yang terlampau cemas segera keluar untuk menuju ke lantai dasar. Melihat seseorang yang berperawakan tidak asing di antara kerumunan orang yang berlalu lalang.

Dia melihat suaminya duduk melingkar di salah satu meja restauran hotel itu, Anindya yang segan mendekat, tetapi sudah ditangkap oleh mata orang-orang yang duduk di sana.

Arsatya pun menoleh ke arah yang sama dimana rekannya menunjuk ke arah Anindya yang menyita perhatian mata, pria itu tersenyum dan beranjak untuk menyambut Anindya supaya lebih mendekat.

Tatapan mata dari semua yang duduk di meja makan itu tertuju pada Anindya, dia merasa risih sendiri karena masih memakai pakaian apa adanya. Jeans yang tidak begitu ketat dan blus ala kadarnya yang digunakan untuk tidur semalam.

“Bodoh kamu Anindya, kenapa keluar di saat penampilanmu seperti ini? Aduh, bodohnya aku,” ujar Anindya merutuk di dalam diri dan ia hanya bisa mengulum senyum kaku saat Arsatya memperkenalkannya pada rekan seprofesinya. Di antara dokter-dokter hebat di masing-masing bidangnya.

Anindya lebih banyak menunduk, malu rasanya jika kedapatan ada sisa-sisa air liur di muka bantalnya karena memang baru saja bangun tidur dan terlalu mencemaskan si kembar yang hilang dari pandangan mata.

“Ini istrimu?” tanya salah seorang dokter pria yang usianya lebih tua dari Arsatya. Anindya tidak berani alias terlalu malu menatap siapa yang bertanya. Dalam posisinya yang menundukkan kepala, Anindya menyibukkan diri melihat si kembar yang berada di dalam stroller–hanya berbalas senyum dengan si kembar.

“Namanya Anindya, ibu dari si kembar,” jawab Arsatya dengan percaya diri memperkenalkan Anindya pada semua yang ada di meja makan itu seraya mengusap puncak kepala Anindya, lalu mengecup sisi kepala Anindya.

Spontan, Anindya mendongakan kepalanya menatap dia yang sempat mengecup kepalanya dengan lembut.

“Apa ini? Getaran macam apa ini? Dan, apakah saat ini dia sedang memperkenalkanku secara go public sebagai ibu dari si kembar?”

Dada Anindya terdengar berisik dan terasa runyam sekali di dalam sana karena di saat yang bersamaan terasa berdebar, malu, risih, dan merasa tidak pantas berdiri berdampingan dengan seorang Arsatya yang saat ini merangkul bahunya dan mengelus lengannya. Kemudian, menarikan satu kursi kosong di sampingnya untuk Anindya duduk seperti sengaja telah disiapkan sebelumnya.

Anindya melihat semua itu dengan mata kepalanya sendiri dan Anindya dibuat bingung mengartikan debaran yang sering terjadi akhir-akhir ini.

Arsatya yang sadar ditatap lekat seperti itu oleh Anindya, lantas secara samar tangannya menuntun dagu Anindya supaya menghadap ke depan dan sedikit diangkat. Anindya menurut, saat itulah Anindya mencoba menatap satu per satu wajah rekan suaminya.

Begitu sampai di dalam kamar hotel, Anindya diam dan banyak menunduk. Menunggu barangkali Arsatya akan menegurnya karena lancang menemui rekan sejawat dengan penampilan yang tidak pantas.

“Mas Satya?” panggil Anindya yang mendudukan diri di tepian ranjang.

“Ya, Anin?” jawab pria itu ramah dan berpaling dari laptopnya yang berada di pangkuan.

“Aku minta maaf,” ujar Anindya selembut bayu.

“Apa? Minta maaf, untuk apa?” Arsatya mengalihkan pandangannya dan menatap Anindya dengan kernyitan.

“Tadi di restoran, aku berpenampilan jelek. Kamu malu, tidak? Aku saja malu,” akunya pada Arsatya.

Sejenak, Arsatya menatap penampilan Anindya yang masih memakai stelan kasual dengan jeans dan blus longgar. Bahkan sejak tadi, dia tidak memperhatikan pakaian apa yang digunakan Anindya.

“Tidak,” jawab Arsatya begitu saja.

“Katakan dengan jujur. Apa aku terlihat cantik berpenampilan seperti ini?” tanya Anindya memperlihatkan penampilannya.

“Agak gemuk dan besar di bagian dada, Nin. Itu karena kamu sedang menyusui, normal saja,” komentar Arsatya di dalam hati, tetapi tidak berani dia melontarkan kalimat itu atau akan membuatnya bersedih atau tersinggung lagi.

Arsatya hanya mengangguk sekali dan bergumam, "Hem."

Gumaman singkat itu malah membuat Anindya murung, “Kamu tidak menjawab dengan benar. Itu berarti aku jelek. Iya 'kan aku jelek? Pasti bikin kamu malu, ya?” sendunya pilu. Lalu, ia menunduk dan hendak pergi dari tepian ranjang itu dengan meletakkan kedua tangan dipinggang.

“Aku jelek banget, muka bantal seperti ini. Dan, aku gemukan, ya? Pakai jeans jadi kelihatan betapa besar paha dan kakiku ini?” ujarnya di depan cermin.

Jujur saja Arsatya merasakan ada sesuatu yang berbeda saat melihat Anindya merampingkan pinggangnya dan mengukur seberapa besar payu-daranya di depan sebuah cermin yang menempel di dinding yang berkuran nyaris sebesar dan setinggi dinding itu.

“Coba, Mas kasih tahu aku. Apa tadi aku terlihat seperti gembel atau tidak?” tanya Anindya sekali lagi.

Arsatya mengerutkan dahinya, lalu dia menggeleng. Lantas, dia menutup laptopnya. Hatinya tergerak untuk mendekat pada Anindya yang masih murung di depan cermin.

Anindya menatapi diri di depan cermin, berkacak pinggang, berlenggak-lenggok ke kanan dan kiri untuk mengukur seberapa tebal dan lebar dirinya jika dilihat dari pantulan cermin.

Namun, gerakannya terhenti saat dia menemukan sorot mata dari pria yang berdiri di belakangnya yang sedang menatap intens padanya dari pantulan cermin.

“Mas Satya kenapa kamu melihatku seperti itu?” Anindya bertanya lirih.

Arsatya sedikit terkesiap, kedua alisnya langsung terangkat dan melemparkan pandangannya ke dinding secara sembarang. Dia yang ditanya seperti itu merasa tertangkap basah hingga merasa serba salah telah mencuri pandang Anindya dari pantulan cermin.

Dia lantas berkilah, “Semua wanita itu cantik. Apalagi kamu, sangat cantik dan tidak seperti gembel sama sekali, Anindya. Bersyukurlah,” ucap Arsatya lalu pergi begitu saja meninggalkan Anindya yang membeku menetap diri di depan cermin.

Sembari berjalan masuk ke dalam kamar mandi, pria itu menyalakan keran wastafel. Dia membasuh wajahnya dan menatapi diri, tangan yang basah kemudian dikeringkan, kemudian dia gunakan untuk menyentuh dadanya.

"Ada apa ini? Kenapa aku merasa salah tingkah sendiri? Tidak mungkin, bahkan saat bersama Amelia tidak pernah kurasakan rasa yang seperti ini," ujarnya pada pantulan diri.

Kamu perempuan yang cantik, nyaris sempurna di semua pandangan mata. Semua orang pun akan beranggapan sama saat melihatmu, Anindya.

Namun, hati dan mulutnya seakan tidak seirama dan malah berkata demikian.

Sedang kini, Anindya dibuat tersipu dan wajahnya terasa menghangat karena seluruh aliran darah seperti berkumpul naik ke bagian wajah yang menyebabkan pipi wanita itu bersemu merah.

...🦋🦋🦋...

...-Semua akan indah pada waktunya-...

1
Happy Kids
pengen ku jitak kepalanya
Happy Kids
ah nyesel bgt ini kl ditinggal mati.
Novita Anggraini
Luar biasa
Ah Serin
cerita menarik knapa tak buat saessson2 lagi
mang tri
ternyata adiknya pantesan panggilnya mas ☺️
mang tri
😭😭😭😭😭😭😭
mang tri
ya ampuuunnnn 😭😭😭😭😭
mang tri
Anin pernah berkata Tuhan boleh mengambil apapun asal jangan ansha, jd orang tua nya sebagai pengganti ansha 😭
Safa Almira
,suka
Muhammad Hakim
Buruk
Dewi Kadimen
Luar biasa
Jisa Ajach
bgus
Tety Boreg
kasian anin thor..jgn dgn keadaan mabuk lah thor..😭😭😭
MommaBear
Luar biasa
Ita Listiana
ceritanya sangat bagus dan menarik, gk muter", dan banyak menguras emosi dan air mata. makasih buat othornya yg udah bikin cerita ini, sehat" terus ya thor biar bisa terus berkarya 😊
Kadek Bella: trima kasih banyak thor ,,ceritanya bagus
hello shandi: Terima kasih banyak ya kak untuk ulasan dan doanya. Salam kenal. 😇🙏
total 2 replies
imhe devangana
crtnya terlalu berbelit2 menurut ku, & hanya septr mereka doang ngk ada crt orng lain.
maaf ya thor
hello shandi: Terima kasih ya untuk masukkannya🙏
total 1 replies
imhe devangana
thor sebenarnya anak Amelua putra atau putri sich.awal bab di blng putra kok skrng putri.
hello shandi: Maaf ya, mungkin typo. Keduanya putri, Kak. Boleh bantu tunjukkin di bab berapa yang bahas kata "putra?". Terima kasih. 😇
total 1 replies
Budi Raka
Luar biasa
hello shandi: Terima kasih penilainnya, Kak.🙏✨
total 1 replies
retiijmg retiijmg
happy ending.
gak cmn mewek kak, gemes,kesel pokoknya nano nano
hello shandi: Makasih ya udah kasih ulasan feel-nya. 😊
total 1 replies
Mei Mei
Luar biasa
hello shandi: Terima kasih penilaiannya kak.💖
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!