Kinara seorang gadis tomboy yang baru saja lulus kuliah harus menerima kenyataan jika dirinya di jodohkan dengan seorang Duda yang seharusnya menikah dengan kakaknya, Adisty. Tapi kakaknya menolak dengan alasan harus bekerja di luar kota. Padahal alasan utamanya adalah karena dia mendengar gosip jika calon suaminya seorang Duda dan juga bisu.
Abizar seorang Duda yang akan di jodohkan. Dan dia juga terpaksa menerima perjodohan itu karena tekanan dari kedua orang tuanya. Padahal dia masih menunggu kedatangan dari mantan istrinya yang pergi meninggalkannya sudah lima tahun.
Akankah pernikahan mereka yang tanpa cinta itu bertahan. Akankah ada cinta di antara mereka? Bagaimana jika mantan istri Abizar datang?
Apalagi selain bersaing dengan mantan istri yang masih selalu di hati Abizar, Kinara juga harus bersaing dengan banyak wanita yang datang silih berganti mendekati suaminya.
Mampukah Kinara bertahan ataukah dia menyerah? Ikutin terus yuk ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yam_zhie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17
Sore menjelang Kinara pulang ke rumah. tadi pagi dia membawa satu kunci kerena kedua orang tua mereka bilang akan pulang. Kinara masuk kedalam rumah dan mengecek kamar bawah untuk dia bereskan dulu.
"Loh, ko di kunci?" heran Kinara saat mencoba membuka dua kamar bawah tapi keduanya terkunci. Akhirnya dia naik ke kamar utama dan membersihkan diri. kinara mengenakan kaos oblong dan celana pendek kemudian turun ke bawah. Mulai memasak untuk makan malam mereka. Menjelang magrib Abidzar pulang tampa di sadari Kinara yang sedang sibuk di dapur. Abidzar menatap punggung Kinara beberapa saat, entah apa yang dia fikirkan. Hingga akhirnya dia berdehem untuk menyadarkan Kinara jika disana ada dirinya.
"Mandilah dulu Mas Bizar, setelah itu kita makan malam." ujar Kinara yang menoleh ke belakang dan melihat keberadaan Abidzar. Pria itu mengangguk dan masuk kedalam kamarnya. Di atas tempat tidur, Kirana sudah menyiapkan baju yang akan digunakan oleh Abidzar. Dia berusaha menjalankan perannya sebagai seorang istri. Walau entah berapa lama dan sampai kapan. Bisa sebentar atau lama. Yang pasti sampai wanita bernama Gladis datang.
Abidzar kembali turun ke bawah dan Kinara juga sudah selesai memasak. Masakan simple yang dia buat karena Kinara memang sering membantu Ibunya memasak di rumah. Setidaknya dia masih bisa masak sayur dan goreng-goreng.
"Kamu memang pulang jam berapa?" tanya Abidzar membuka pembicaraan saat mereka makan.
"Jam Lima sore." jawab Kinara.
"Ini uang nafkah untukmu dan keperluan pribadimu. Pinnya tanggal pernikahan kita." ujar Abidzar saat mereka selesai makan dan Kinara membawakan kopi untuknya di ruangan keluarga.
"Terimakasih. Kunci kamar bawah mana ya? Tadi aku coba membukanya terkunci. Apa Mas Bizar menyimpannya? Aku aku memindahkan barangku lagi." tanya Kinara membuat Abidzar mengerutkan kening.
"Aku tak membawa kunci kamar bawah. Ini pasti ulah Mama yang membawa semua kunci kamar dan tak membiarkan kita untuk pindah kesana." jawab Abidzar. Kinara hanya terdiam.
"Ya sudahlah mau gimana lagi. Aku izin besok beli kasur lipat karena rasanya badanku sakit tidur di sofa." ujar Kinara.
Karena memang sudah tiga malam memang Kinara tidur meringkuk di sofa. Sedangkan Abidzar tidur di ranjang. Abidzar tak menjawab. Kinara merasa sudah ngantuk dan pergi ke kamar lebih dulu setelah mengunci semua pintu dan jendela. Abidzar menyusul saat masuk kedalam kamar Abidzar melihat Kinara sudah bebenah di sofa.
"Tidurlah di tempat tidur." ujar Abidzar sambil duduk di sebelah tempat tidurnya dan membatasi dengan guling. Kinara masih menatap ke arah Abidzar. Apa Abidzar yang akan tidur disofa? fikir Kinara.
"Ada guling sebagai pembatas." tambah Abidzar.
"Tidak usah. Aku tidur di sofa saja malam ini. Besok beli kasur lipat jadi bisa tidur di bawah." jawab Kinara.
"Jangan bantah. Dan jangan membuat masalah baru. Yang ada nanti Mama akan marah lagi." jawab Abidzar sedikit kesal dengan sifat keras kepala Kinara.
"Baiklah." jawab Kinara dan berbaring di sebelah Abidzar dengan guling sebagai pembatas mereka. Kinara merasa tidak nyaman tidur dalam satu ranjang bersama dengan suaminya. Rasa kantuk berat yang tadi dia rasa hilang tiba-tiba.
"Tidur. Kenapa kau malah gak bisa diam begitu." ujar Abidzar yang juga sama tak bisa tidur sebenarnya. Karena setelah lima tahun tidur sendiri kini di sebelahnya ada yang menemani.
"Kantuk tiba-tiba hilang jika tidur di sini. Aku pindah ke sofa saja. Lebih baik badan sakit tapi bisa tidur. Disini nyaman tapi malah tak bisa tidur. " ujar Kinara dan bangkit dari tidurnya.
"Biasakan. Kembali tidur." jawab Abidzar mematikan lampu. Kinara malah semakin di buat tak bisa tidur oleh Abidzar. Tapi akhirnya dia bisa tidur juga.
"Ck, katanya gak bisa tidur tapi sudah ngorok." cibir Abidzar melirik ke arah Kinara yang sudah terlelap. Wajah cantik dan lelah Kinara terlihat jelas di wajah Kinara. Rasa bersalah menyeruak di hati Abidzar, tapi dia tidak bisa melepaskan Kinara untuk saat ini. Semua demi kedua orang tuanya.
"Maaf kalau aku egois." ujar Abidzar sambil memandang wajah Abidzar dan ikut terlelap.
"Kenapa ini sangat berat." seru Kirana saat akan bangun dari tidurnya. Ternyata kaki Abidzar sudah berada di atas perutnya.
"Astaghfirullah, dikira badanku guling apa?" kesal Kinara dan menyingkirkan Kaki Abidzar.
Setelahnya dia pergi ke bawah untuk menyiapkan sarapan. Dan kembali ke kamar untuk bersiap.
"Bangun Mas. Mau kerja gak. Nanti kamu malah di pecat." Kinara membangunkan Abidzar. Tanpa menunggu lama Abidzar bangun dan ke kamar mandi sedangkan Kinara bersiap menggunakan basic skincare rutinnya dan juga Lipbalm. Tak lama Abidzar keluar hanya mengenakan handuk sebatas pinggang.
"Astagfirullah.Lain kali pakai baju di kamar mandi, Mas. Walau kamu halal untukku tapi bukan bukan milikku." ujar Kinara kemudian bangun dari duduknya dan mengambil tasnya turun ke bawah. Abidzar masih diam di tempatnya mencerna ucapan Kinara. Kemudian mengenakan pakaian kerja yang sudah di pilih kinara. Lengkap dengan kaos kaki dan juga sepatunya. Abidzar tersenyum karena Kinara selalu bisa memadu padamkan pakaian yang dia kenakan.
"Mas, maaf aku harus berangkat duluan soalnya proyek tempat kerjaku sekarang lebih jauh darisini." Kinara pergi dahulu saat Abidzar masih sarapan. Dia mengambil tangan kanan Abidzar dan mencium punggung tangannya lalu meraih Helm miliknya.
"Jangan lupa kunci pintu. Assalamu'alaikum." pamit Kinara.
"Waalaikumsalam. ujar Abidzar yang masih memandang tangan kanannya yang tadi di cium oleh istrinya. Dia mengingat kembali saat bersama dengan Gladis tak seperti ini. Tak pernah menyiapkan pakaian, tak pernah ada sarapan atau makan malam terhidang hasil masakannya, tak pernah pergi pamit dan mencium tangannya seperti itu. Abidzar merasa hal baru menikah dengan Kinara. Hal-hal yang merasa dirinya di hargai sebagai seorang suami.
"Semoga nanti kamu menemukan suami yang bisa membalas mencintaimu Nara. Maafkan aku yang sampai saat ini belum bisa membuka hatiku untukmu." ujar Abidzar.