Cupu Jadi Ratu

Wahyu shock melihat tabrakan terjadi di depan matanya. Untung dia belum sempat nyebrang. Jadi nyawanya masih bisa diselamatkan.

Satu orang tewas ditempat dan yang lain luka-luka. Banyak yang membantu korban untuk mendapatkan perawatan. Beruntung kecelakaan itu terjadi di depan rumah sakit.

Wahyu memutuskan untuk kembali masuk kedalam. Dia berjalan ke ruang ICU dimana Rendra masih belum sadar juga.

Ada dua orang penjaga yang memang ditugaskan oleh Lionel. Sebelumnya kedua orang itu masih belum ada.

"Kalian siapa?"tanya Wahyu heran.

"Kami pengawal yang ditugaskan untuk menjaga keselamatan tuan Rendra."

"Siapa yang menyuruh kalian?"

"Tuan Lion."

Wahyu pun terdiam. Dia tidak menyangka jika orang tua angkat Nadia memiliki kepedulian tinggi pada keluarganya. Dia merasa malu karena sifatnya yang kurang peduli pada keluarganya.

Wahyu menghubungi dua orang sahabatnya. Dia harus mengurus masalah Laura segera mungkin sebelum semuanya terlambat.

Namun tindakan Wahyu kurang cepat. Saat ini Lionel dan Bella sudah hampir tiba dikediaman Laura.

Nadia pun sama. Saat kakaknya keluar, dia menyelinap lewat Jendela. Steven Li menjemputnya di depan.

"Thanks brother," ucap Nadia dengan tulus.

"Jadi ini beneran kamu?"

Steven Li shock melihat wajah Nadia yang mirip dengan Aurora.

"Panjang ceritanya. Tapi terima kasih sudah datang."

"Sebenarnya aku tidak percaya jika kamu masih hidup. Tapi aku penasaran. Kalau kamu memang Rara, bagaimana dengan jasad yang sudah dikubur itu?"

"Jasad yang dikubur itu memang milikku."

"Bingung deh."

"Intinya...tubuh Aurora memang sudah mati. Tapi jiwanya masuk dalam tubuh kembarannya yang saat ini aku tempati."

Ckit!

Steven Li langsung mengerem mobilnya mendadak. Untungnya dibelakang tidak ada kendaraan lain. Kalau tidak pasti akan terjadi kecelakaan.

"Kamu tidak bercanda kan?"

"Tidak ada untungnya aku bercanda. Ceritanya nanti saja. Sekarang kamu membawa senjata yang aku pesan kan?"

"Ada. Tuh dibelakang kamu," tunjuk Steven kebelakang tubuh Nadia.

"Good. Lebih baik sekarang antar aku ke ******."

"Buat apa?"

"Ada yang harus aku urus. Kita harus cepat sebelum mereka melarikan diri."

"Siapa yang melarikan diri?"

"Nanti kamu juga akan tahu. Cepat!"

Steven Li bukanlah orang sembarangan. Dia suka memerintah orang dengan kekuasaannya. Tidak ada yang berani menyuruhnya kecuali Aurora.

Steven Li selalu bersikap jinak pada Aurora. Apapun yang diminta Aurora akan sebisa mungkin ia turuti.

Kematian Aurora membuatnya terpukul. Dua minggu ia mengurung dirinya dalam kamar. Dia sendiri bingung dengan perasaannya.

Bella dan Lionel sudah sampai di kediaman Laura. Lionel langsung menubrukkan mobil nya pada gerbang yang tertutup.

Brak!

Ternyata Jhon dan anak buahnya sudah bersiap. Untungnya Laura masih belum sempat keluar dari rumah.

Sebelumnya Marchel sudah mengajak Laura untuk pergi dulu. Semua akan diurus oleh Jhon dan anak buahnya. Sekarang semuanya sudah terlambat.

Lionel memarkirkan begitu saja mobilnya di depan pintu. Kemudian ia turun diikuti oleh Bella.

"Bos!" pekik salah seorang anak buah Jhon. Bagaimanapun mereka berasal dari kelompok yang sama.

Lionel memang sengaja menggunakan wajah aslinya. Sedangkan Bella menggunakan topeng

"Wah...wah...wah...ternyata kalian ada disini. Aku pikir kalian tugas dimana," sindir Lionel sambil berjalan kearah mereka.

"Bagaimana bos bisa ada disini?"

"Seharusnya kan yang tanya itu aku. Kenapa kalian bisa ada disini?"

"Ada apa ini?" tanya Marchel yang baru saja keluar. Pandangannya terarah pada Lionel dan Bella. Dia cukup terkejut dengan kedatangan putranya itu.

"Kenapa kamu ada disini?"

"Bukankah aku masih putra daddy?kebetulan aku sedang berlibur dengan kekasihku. Aku ingat saudara tiriku tinggal disini. Jadi tidak masalah kan, kalau kaki mampir kesini?"

"Tidak ada yang melarangmu untuk mampir. Tapi kenapa sampai harus merusak gerbang segala?"

"Mau bagaimana lagi, remnya blong dan tidak berfungsi," jawab Lionel enteng. Bella yang berdiri disampingnya hanya bisa menahan tawa mendengarnya.

Deg!

Marchel jadi mengingat jika ia sudah menyuruh anak buahnya untuk memutus rem milik Rendra.

Marchel tidak curiga akan kedatangan Lionel. Dia berfikir jika Lionel tidak akan ikut campur urusan keluarga Aurora. Apalagi Aurora sudah meninggal.

"Masuklah!" titah Marchel sebelum kembali masuk kedalam.

Lionel dan Bella saling pandang. Kemudian keduanya mengikuti Marchel dari belakang.

Setibanya di ruang tamu Marchel meminta Lionel dan Bella untuk duduk. Dia juga duduk bersama mereka.

"Daddy sudah lama disini?"

"Jangan berpura-pura tidak tahu deh."

"Buat apa harus berbohong?lagipula aku dan kekasihku ini memang sudah menyiapkan liburan ini sejak lama."

" Sudahlah terserah maumu!"