Rian adalah siswa sekolah menengah atas yang terkenal dengan sebutan "Siswa Kere" karna ia memang siswa miskin no 1 di SMA nya.
Suatu hari, ia menerima Sistem yang membantu meraih puncak kesuksesan nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Quesi_Nue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
"Sekarang nggak ada guru yang bakal nyelamatin kamu, Rian. Ayo, cerita."
Rian menghela napas. "Sasha, serius deh, nggak ada yang penting dari kejadian itu."
"Tapi Nadia bilang itu ‘momen mengejutkan’, berarti ada sesuatu," balas Sasha cepat.
Nadia, yang sedang menyendok sup ayam yang di belinya, hanya tersenyum santai. "Aku nggak bilang itu sesuatu yang besar kok. Tapi ya… mungkin cukup untuk bikin seseorang terkejut."
Sasha menatap Nadia dengan kesal. "Kamu juga, jangan main kata-kata! Jelasin aja langsung!"
Nadia pura-pura berpikir. "Hmm… gimana ya? Haruskah aku cerita atau biarin Rian aja yang ngomong nih?" Ucap Nadia
Rian mengerang dalam hati. "Kenapa Nadia malah bikin situasi makin tegang?"
Sasha mengetuk meja dengan jarinya. "Rian, kalau kamu nggak mau cerita, aku bakal cari tahu sendiri."
Rian mengalah karena Ia tahu Sasha tidak akan menyerah sampai mendapatkan jawaban.
"Oke, oke… gini, aku ceritain" Rian akhirnya membuka suara.
"Waktu di toko, Nadia hampir terkena jatuhan barang karena salah naruh barang, dan aku refleks narik dia supaya nggak jatuh."
Sasha mengangkat alis. "Terus?"
Rian terdiam, enggan melanjutkan. Nadia terkikik kecil. "Dan akhirnya…"
Rian menutup wajahnya dengan tangan yang bertumpu pada meja "Yah… aku juga ikut jatuh. Dan… posisi kami agak canggung."
Sasha menyipitkan matanya. "Canggung gimana?"
Nadia dengan santai menyisip teh dinginnya. "Well, bisa dibilang… posisi kami cukup dekat."
Rian berharap bisa menghilang sekarang juga. Sasha terdiam sebentar sebelum menyadari maksudnya. Mata gadis itu membelalak.
"Tunggu… jangan bilang…"
Nadia tersenyum penuh kemenangan. "Yup."
Sasha langsung menatap Rian tajam. "KAU CIUM Nadia!?"
Beberapa siswa di sekitar mereka menoleh karena suara keras Sasha. Rian langsung melambaikan tangan panik. "Sssst! Jangan teriak-teriak!"
Wajah Sasha merah padam, bukan karena malu, tapi karena kesal. "Rian! Kenapa kamu nggak cerita soal ini tadi!?"
Nadia hanya tertawa kecil melihat ekspresi Sasha yang kesal. Rian menghela napas panjang. "Karena aku tahu reaksi kamu bakal kayak gini."
Sasha mendengus dan melipat tangannya. "Hmph. Aku nggak nyangka kamu bakal begini, Rian."
Nadia tersenyum puas. "Yah, begitulah yang terjadi. Sekarang Sasha tahu."
Nadia memang berharap cinta dia dengan Rian diketahui oleh Sasha dan berharap dia mundur.
Sejak kejadian di kantin, Sasha mendadak diam. Biasanya, dia selalu punya banyak hal untuk dikatakan baik itu mengomeli Rian atau sekadar menggoda dengan sarkasmenya. Tapi kali ini, dia hanya makan dalam diam, bahkan tidak melirik Rian sedikit pun.
Rian menyadari perubahan itu dan merasa sedikit tidak nyaman. "Sasha?" panggilnya pelan.
Sasha tetap diam, hanya menyeruput minumannya tanpa ekspresi.
Rian menghela napas. "Serius deh, kamu marah karena kejadian itu? Itu cuma insiden, bukan kayak yang kamu pikirin."
Sasha masih tidak merespons. Nadia, yang duduk di seberang mereka, hanya tersenyum misterius, menikmati situasi ini.
"Kayaknya seseorang lagi ngambek," ujar Nadia pelan, suaranya terdengar menggoda.
Rian menoleh ke Sasha lagi. "Hei Sasha, jangan bilang kamu benar-benar marah? Bukannya kita nggak punya hubungan apa-apa?"
Kali ini Sasha akhirnya bergerak. Dia meletakkan sendoknya dengan sedikit kasar, menatap Rian sekilas, lalu bangkit dari kursinya.
"Aku kenyang," katanya dingin, lalu berjalan pergi tanpa menoleh lagi.
Rian menatap kepergian Sasha dengan ekspresi bingung serta kesal. "Apa-apaan itu…?"
Rian terus kepikiran dengan Sasha namun ia harus tetap profesional dan pulang ke rumah untuk memakai pakaian seragam dari tempat kerjanya.
Malamnya, Rian mencoba menghubungi Sasha lewat chat.
Rian: Sasha, ada apa sebenarnya?
Rian: Aku serius, kalau kamu marah atau kesal, kasih tahu aku kenapa.
Rian: Aku nggak ngerti kalau kamu cuma diam begini…
Centang satu.
Rian: Jangan bilang kamu sampai ngeblok aku juga?
Masih centang satu.
Rian mengacak rambutnya frustasi. "Astaga… Ini lebih buruk dari yang kupikirkan."
Sudah sebulan penuh Sasha mengabaikan Rian. Awalnya, dia mengira Sasha hanya sedang sibuk atau butuh waktu sendiri, tetapi semakin hari, semakin jelas bahwa gadis itu benar-benar menjauhinya.
Saat di sekolah, Sasha selalu memilih duduk jauh darinya. Jika mereka berpapasan di koridor, Sasha akan langsung berbalik arah atau berpura-pura tidak melihatnya. Rian mencoba bersikap biasa saja, tapi dalam hatinya, ada perasaan aneh yang mengganggunya.
Rian kepikiran sampai - sampai Nadia dia abaikan juga.
Hari ini ialah hari dimana sebulan penuh ia bekerja di toko nadia dan hari dimana libur sekolah karena kelas 12 tengah ujian kenaikan.
Rian menyerah akan persahabatan dia dan Sasha "Mungkin ini yang terbaik"
Setelah pulang sekolah, Rian mengabaikan permasalahan nya dan dia bersemangat untuk berkerja hari ini.
Ia berkerja dengan giat dan selalu tersenyum ketika melayani pelanggan karena hal itulah para langganan sering menyapa ramah kepada dirinya
Jam sudah menunjukkan pukul 18.00, Rian berencana pulang dan ketika sampai di teras toko, sistem berbunyi dan ia duduk sebentar untuk mengeceknya
Ding! [Misi Pertama Selesai]
Ding! [Bekerja dan hasilkan uang dari Sumber Pendapatan: Pekerjaan Kasir dan Jaga Toko senilai Rp. 2,4 juta]
Ding! [Hadiah : Peningkatan Kelipatan Pengganda Uang dan Peningkatan sistem ke versi 1.1]
Ding! [Hadiah Telah Diberikan]
Ding! [Kelipatan Peningkatan Pengganda Uang berhasil diupgrade]
Ding! [Peningkatan Pengganda Uang 2x » 3x ]
Ding! [Peningkatan sistem berhasil]
Ding! [Sistem versi 1.0 » 1.1]
Ding! [Pembatasan Total Penggandaan di hapuskan]
Ding! [Pendapatan Terdeteksi]
Ding! [Pendapatan Rp.2.300.000 × 3 \=Rp.6.900.000]
Ding! [Batas Penggandaan harian : 9]
Rian bersemangat melihat saldo sistemnya yang bertambah.
Dalam hitungan detik, jumlah uang di akun digitalnya melonjak drastis dari hasil kerjanya sebulan ini.
Rian tersenyum puas hari ini, batas penggandaan harian masih tersisa enam kali lagi. Dengan sistem ini, ia tak perlu lagi khawatir tentang keuangan.
Ditengah kegembiraan itu, Sistem memberikan misi baru.
Ding! [Misi Baru Diterima]
[Menyelamatkan Sasha dari kecelakaan]
[Batas Waktu: 4 jam]
[Imbalan : ???]
[Hukuman: Kehilangan semua uang hasil penggandaan saat ini & kehilangan nyawa Sasha]
Rian menelan ludah, merasakan dadanya semakin sesak.
Sasha… sahabatnya yang sangat baik.
Sudah sebulan ini ia tak berbicara dengannya, ngambek karena insiden ciuman tak sengaja dengan Nadia pada saat di toko tempat kerjanya. Ia ingin selalu menjelaskan, tapi Sasha selalu menghindar.
Dan sekarang, nyawanya terancam.
Tanpa membuang waktu, Rian mengambil ponselnya dan mencari nomor Sasha. Tangannya gemetar saat mengetik pesan.
"Sasha, di mana kamu? Ini penting!"
Tidak ada balasan. Ia lupa bahwa nomer sosial media nya sudah di blokir oleh Sasha.
Detik terus berjalan, dan batas waktu semakin mendekat. Rian bertekad harus menemukannya segera.