NovelToon NovelToon
Tawanan Bos Tampan

Tawanan Bos Tampan

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO
Popularitas:11.7k
Nilai: 5
Nama Author: Teddy_08

Keira Maheswari tak pernah menyangka hidupnya akan berubah begitu drastis. Menjadi yatim piatu di usia belia akibat kecelakaan tragis membuatnya harus berjuang sendiri.

Atas rekomendasi sang kakak, ia pun menerima pekerjaan di sebuah perusahaan besar.

Namun, di hari pertamanya bekerja, Keira langsung berhadapan dengan pengalaman buruk dari atasannya sendiri.

Revan Ardian adalah pria matang yang perfeksionis, disiplin, dan terkenal galak di kantor. Selain dikenal sebagai seorang pekerja keras, ia juga punya sisi lain yang tak kalah mencolok dari reputasinya sebagai playboy ulung.

Keira berusaha bertahan menghadapi kerasnya dunia kerja di bawah tekanan bosnya yang dingin dan menuntut.

Namun, tanpa disadari, hubungan mereka mulai membawa perubahan. Apakah Keira mampu menghadapi Revan? Atau justru ia akan terjebak dalam pesona pria yang sulit ditebak itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Teddy_08, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 35. Merebut Kembali Hatinya

Suasana hati Revan sedang remuk redam tak karuan. Dengan wajah yang masih bersemu merah ia pergi meninggalkan segudang pekerjaannya.

Entah kenapa, kali ini ia berpikir ingin menemui Alan. Teman sekaligus kakak istrinya yang ia abaikan demi persaingan bisnis.

**

"Alan ada? Katakan Revan ingin bertemu," ucapnya mencoba bersikap ramah pada seorang resepsionis hotel yang dikelola Alan di kawasan Kuta-Bali.

"Harus bikin appoinment pesannya jika ada tamu, Pak," sahutnya ketus.

"Silahkan jika ingin kehilangan pekerjaan. Aku koleganya sekaligus adik iparnya," terang Revan menyombongkan diri tak kalah ketusnya.

Membuat wanita yang berjaga di resepsionis itu tertunduk malu. Tangannya segera meraih gagang telepon dan menghubungi Alan lewat sambungan yang diperkirakan adalah intercom.

Tak lama kemudian ia menghampiri Revan yang duduk diruang tunggu, "Silahkan masuk Pak, mohon maaf atas khilaf sikap saya tadi."

Revan tidak menjawab. Hanya membalasnya dengan tatapan matanya yang tajam mengiris sembari berlalu pergi menuju ruangan yang dimaksud.

Baru saja Revan mengangkat tangannya hendak mengetuk pintu, tapi sudah terbuka dahulu oleh seorang pria yang sibuk menenteng laptop dan hendak keluar dari ruangan tersebut.

Dan yang mencuri perhatian Revan adalah, ia didampingi oleh wanita cantik yang begitu familiar dengannya. Ya. Wanita itu adalah istrinya sendiri, Keira.

"Keira, bisakah menyudahi permasalahan kita ini? Aku minta maaf. Aku berjanji akan membuktikan jika aku akan menuruti maumu. Apapun, yang kamu mau," pinta Revan.

Biasanya, pantang bagi Revan Halim mempermalukan diri sendiri di muka umum seperti ini. Demi Keira ia rela melakukan semua itu.

Keira hendak berlalu pergi karena tak nyaman dengan Bram. Tapi pria yang berpikir dewasa dan sok bijak itu berusaha menghentikan Keira dengan menggapai lengannya.

"Keira, bukankah tidak baik jika masalah dibiarkan dengan berlarut-larut?"

Alan yang berdiri melihat kegaduhan yang ada menghela napas panjang, "Keira sebaiknya selesaikan saja dulu masalah kalian. Sepertinya Revan benar-benar serius ingin memperbaiki hubungan."

Keira tercekat. Ia tampak bingung. Matanya menyisir satu persatu yang berada di sana.

"Pak Bram, bagaimana? Mengijinkan aku pergi?" tanyanya ragu-ragu dan juga sangat hati-hati.

Ia sangat berterimakasih kepadanya. Karena rencananya ternyata mujarab juga merubah Revan dalam hitungan jam.

"Silahkan, lagi pula kamu kan juga istri sekaligus masih asisten pribadi dia. Masa iya aku main rebut gitu aja," ucapnya sambil tertawa.

"Dan kamu Revan, lain kali istrinya di jaga. Kelarin masalah kalian di rumah. Pecat saja perempuan yang bikin masalah," ucapannya dengan mantap sok bijak menasehati.

Padahal hatinya sendiri sebenarnya menahan perih. Ia tersenyum seolah tak ada beban meski sebenarnya terluka.

Meski ia mampu menyembunyikan perasaannya dari siapapun, tapi tidak pada Alan. Sahabat yang sangat mengerti dirinya.

Alan menepuk bahu, dan merangkulnya. Sama halnya dengan Bram, ia juga memberikan nasehat yang sama pada pasangan yang baru menikah dan uring-uringan itu.

"Terimakasih semuanya, kami pergi dulu. Dan maaf melibatkan kalian dalam masalah kami," ujar Revan sambil berlalu.

Revan menggandeng tangan Keira berjalan menuju parkiran. Semua mata yang sempat melihat pertengkaran keduanya menyoroti mereka.

Revan tidak peduli. Ia justru menarik pinggul Keira hingga tak berjarak berusaha memamerkan kemesraan.

Ia juga menjadi perhatian, lihat saja sampai membukakan pintu mobil ala pangeran dan putri dongeng pun dilakoninya.

Terlihat lebay memang. Itulah bedanya jika orang mengalami puber kedua. Meski usianya dewasa, tetapi pikiran terkadang seperti anak kecil yang sok manja dan suka pamer di depan umum.

**

13.00 WIB — Apartemen Revan

Siang itu, ia menunda jadwal makan siangnya. Terlihat begitu sibuk mengacak-acak isi lemari. Membuat Keira yang masih duduk mematung menjadi bingung.

Setelah pertengkaran tadi keduanya tampak canggung. Keira bahkan tidak bicara meski sepatah katapun.

"Keira, kamu gak berkemas juga?" tanya Revan, disela-sela kesibukannya memasukkan beberapa pakaian di koper besar miliknya.

"Untuk apa?" tanyanya santai.

"Aku cuti. Aku minta papa dan beberapa orangku mengurus pekerjaan. Mau bulan madu sekaligus bikin resepsi buat kita. Mengenai asisten pribadiku, terserah kamu saja. Maunya aku cari baru atau kamu tetap menemaniku?"

Revan sungguh membuat kejutan yang aneh pasca pertengkaran hebatnya.

Seperti yang ia katakan, ia semakin serius menjalani pernikahan. Tapi justru hal ini membuat Keira semakin tak nyaman.

Biasanya hal wajar bagi sepasang kekasih yang saling bermanja-manjaan. Tapi Keira merasa risih tiap kali Revan berusaha mendekat padanya.

Kali ini, Revan merasa harinya hangat saat dekat dengannya. Tiba-tiba sosok Maggie pun ikut serta muncul memasuki kamar siang itu.

"Keira, maafkan Mama ya. Tempo hari sempat kesal sama kamu yang begitu kasar pada sesama perempuan. Tapi kali ini sudut pandangnya berbeda, setelah mendapatkan bukti jika Wina adalah wanita penggoda.

Keira merasa jijik setiap mengingat kembali bahwa Revan pernah berhubungan intim dengan wanita itu. Yang membuatnya sakit hati terlalu dalam adalah, Revan berbuat seperti itu tidak hanya dengan satu wanita.

Itu sebabnya ia belum siap untuk menjadi seorang ibu bagi anak-anak Revan. Disentuh saja pikirannya membayangkan perlakuan Revan saat bercumbu di ranjang dengan wanita lainnya.

"Maafkan aku juga Tante, eh … Ma. Aku juga akan memperbaiki sikap kok," balas Keira sambil tersenyum getir.

Kali ini ia sudah mati rasa. Berbuat sok mencari perhatian pada keluarga Revan pun tak ada gunanya.

Mungkin Revan ingin menyudahi semuanya dan beranggapan bahwa baik-baik saja. Tapi berbeda dengan Keira. Ternyata ia menyimpan semua luka ini hingga terlalu dalam yang menjadikannya dendam.

Mungkin saat ini ia bisa bersikap normal. Entah bagaimana nantinya jika Revan kembali membawa luka di hatinya.

Seluruh keluarga telah bersiap masuk mobil beserta rombongannya. Entah mereka akan mengajak ke mana. Yang jelas Keira menurut saja.

Sepanjang perjalanan ia gelisah. Memikirkan Bram dan juga Alan. Keira merasa tak enak hati mengabaikan dua orang itu.

Tiba-tiba terbersit di benaknya ingin menghubungi Alan. Tapi naasnya tidak di jawab juga. Hingga akhirnya ia nekad menghubungi Bram. Hanya sekedar ingin bertanya bagaimana keadaan kakaknya.

Menit kemudian, sambungan telepon pun kini mulai tersambung. Sesekali Keira cemas melongok melihat kesamping. Seperti takut dipergoki oleh Revan kala itu.

Entah mengapa ia merasa ingin menjaga perasaan lelakinya sekarang. Hati Keira benar-benar diliputi kegundahan. Sejatinya ia hanya bingung mencari sandaran sepeninggal orang tuanya.

"Halo …."

Tiba-tiba saat baru saja mengawali percakapan, ponselnya melayang dan berpindah tangan.

"Lagi ngobrol sama siapa? Bram?" tanyanya, dengan raut kesal kemudian berlalu membawa ponsel Keira dalam genggamannya.

Keira terkejut, bibirnya ternganga. Ia nyaris tidak percaya dengan perubahan sikap Revan ini. Bukan hanya posesif, tapi ia berubah menjadi seorang yang implusif.

Revan yang begitu pandai bahkan melupakan akalnya sekarang. Membuat Keira malu di hadapan kedua mertuanya.

Kesal. Tentu saja kesal diperlakukan seperti itu dihadapan mertua sendiri itu rasanya ingin mati.

Meski begitu Keira tidak membalas. Hanya menatap ke arah luar jendela dengan bulir bening yang mengalir deras.

— To Be Continued

1
Adinda
keira sama bram aja Thor
Teddy: makasih ya
total 1 replies
Adinda
keira keira kasihan kamu dapet suami seperti itu
Adinda
sepertinya sandiwara kakaknya pura pura bangkrut untuk merubah keira
Samantha
Cerita yang menarik, penuh emosi
Teddy: Tq Sam 🥰
total 1 replies
Samantha
seru ya
Lintang Lia Taufik
dilema
Lintang Lia Taufik
next
Lintang Lia Taufik
lanjut baca, wah makasih boom babnya ya Thor
Lintang Lia Taufik
makin seru
Lintang Lia Taufik
keren
Lintang Lia Taufik
Keren, semangat
Nina_Melo
Suka
Nina_Melo
Keren tulisannya, semangat ya. Aku tunggu Update-nya
qiuqiu
Endingnya bikin nagih.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!