Karena takut dikeluarkan dari sekolah dan dicabut beasiswanya, Dara terpaksa menyembunyikan kehamilan dan melahirkan bayinya di sekolah.
Dara tidak sendirian tapi dibantu oleh ayah sang bayi dan anggota geng motornya. Bisakah mereka menyembunyikan dan membesarkan bayi itu sampai mereka semua lulus sekolah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DHEVIS JUWITA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ingin Berdamai
"Beri saja minyak telon dan jangan pernah memakai bedak tabur," jelas Adam seraya memasang baju pada Gema.
"Semua yang berhubungan dengan bayi harus steril, apa kau mengerti?"
Galang tidak mau menjawab, dia hanya memperhatikan Adam sampai Gema sudah memakai baju dan tidur lagi.
"Selama sebulan mungkin kalian masih sanggup mengurus Gema karena dia hanya akan tidur dan terbangun ketika lapar. Tapi, setelah itu tidak akan mudah, bayi akan mulai memiringkan badan dan merangkak. Bagaimana caranya kalian mengurus bayi yang seperti itu ketika kalian sekolah?"
Adam masih berusaha membujuk Galang supaya pemuda itu memberikan Gema padanya.
"Aku akan merawatnya dan memberikan baby sitter yang profesional. Kalian hanya perlu sekolah dan lulus, apa kau mengerti?"
Galang menggelengkan kepalanya. "Aku tidak mau menyerahkan Gema padamu!"
Percakapan keduanya didengar oleh Dara yang mengintip sedari tadi. Dari sini gadis itu bisa menarik kesimpulan kalau sebenarnya Galang merasa kalah saing oleh kakaknya sendiri.
Mungkin karena dari kecil memang Adam yang lebih kompeten dan Galang dibanding-bandingkan oleh orang tuanya. Tapi, masalahnya sekarang Gema menjadi korban keegoisan Galang.
"Dara..." panggil Galang yang membuat Dara keluar dari tempat dia mengintip.
"Makanlah, kau pasti lapar!"
"Aku menunggu Fiona, katanya dia akan memasak sayur katuk," balas Dara.
"Makan dulu yang ada, ibu menyusui biasanya cepat lapar," timpal Adam. Dia menepuk-nepuk Gema di pundaknya supaya bayi itu tidur lagi.
Dara mengamati cara Adam mengasuh bayi sampai dia merasa dagunya disentuh oleh Galang, pemuda itu tidak suka jika mata Dara melihat ke arah kakaknya.
"Ayo makan!" ajak Galang.
"Baiklah," Dara menurut dan memakan masakan yang dibawa Adam.
Sementara Adam sendiri memperhatikan sikap Dara yang terkesan terpaksa, mungkin kalau dia tidak bisa membujuk Galang, Adam bisa gantian membujuk Dara.
Namun, Adam tidak mau gegabah karena dia harus mendekati Dara tanpa sepengetahuan adiknya.
Tak lama Fiona dan teman-teman Galang masuk ke basecamp setelah mereka semua pulang sekolah.
Mereka terkejut karena ada Adam di sana.
"Kalian ini benar-benar..." Adam lagi-lagi menggelengkan kepalanya karena misi menyembunyikan bayi ini didukung oleh sekumpulan remaja labil.
"Tenang saja, aku tidak akan melaporkan pada orang tua kalian, kalian hanya perlu memastikan tidak akan ketahuan," lanjutnya.
Rasanya Adam harus pergi karena banyak urusan di kantornya. Dia pasti akan sering-sering mengunjungi perkumpulan anak remaja itu.
"Apa kak Adam benar-benar tidak akan memberitahu orang tuamu, Gal?" tanya Morgan jadi cemas.
"Aku rasa tidak, dia itu kan pemikirannya dewasa dan..." Satria tidak melanjutkan kalimatnya karena wajah Galang berubah drastis.
Sebelum pergi tadi, Adam bicara berdua dengan Galang masalah makan bersama keluarga dan meminta pemuda itu untuk datang.
Berdamailah dengan papa!
Walaupun papa keras, dia tidak akan membuang cucunya sendiri!
Perkataan Adam itu terus terngiang di kepala Galang, sepertinya memang dia harus menurut supaya papanya mau menerima Dara dan anaknya.
"Dara, aku akan pergi sebentar tidak apa-apa, 'kan?" tanya Galang pada kekasihnya itu.
"Pergi kemana?" Dara ingin tahu.
"Keluargaku akan makan malam bersama, aku harus datang dan aku ingin berdamai dengan papaku," jelas Galang. Dia meraih tangan Dara dan menciumnya dengan lembut. "Kau dan Gema pasti akan diterima di keluarga Bamantara jadi tunggulah aku!"