Imamku, Surgaku

Azalea tengah serius memperhatikan dirinya di pantulan kaca sambil menyemprot kan wewangian yang harum untuk menyambut suaminya pulang dari kantor. Seperti yang sudah di sepakati tempo lalu, Azalea kini tak lagi bekerja di perusahaan Husain. Ia memilih untuk menjadi ibu rumah tangga dan fokus pada kehamilannya.

"Assalamu'alaikum, bidadari surga, Abang." Suara decitan pintu kamar yang terbuka mengalihkan perhatian Azalea menjadi ke arah pintu. Di sana Husain berdiri sambil memegang buket bunga dan juga paperbag yang entah apa isinya.

Dengan senyum mengembang dan wajah bahagia, Azalea berjalan menghampiri suaminya. Mengambil tangan Husain untuk ia cium dengan takzim. "Wa'alaikumussalam. Sini Aza bantuin bersih-bersih. Pasti capek banget ya kerja dari pagi sampai sore." Ujar Azalea.

Husain tersenyum bahagia mendapati sambutan hangat dari istrinya. Rasa lelah bercampur letih yang ia rasakan seketika sirna setelah melihat senyum manis istrinya.

"Bunga yang indah untuk bidadari surga Abang yang paling indah di antara bidadari surga lainnya. Kamu tahu kan, kalau wanita bumi yang menjadi bidadari surga jauh lebih indah dari bidadari yang sudah sejak awal berada di surga." Ujar Husain memberikan buket bunga yang tadi sempat ia beli sebelum pulang pada Azalea.

"MasyaAllah, terimakasih Abang."

"Terimakasih doang nih?" Ujar Husain pura-pura tak terima.

Azalea yang paham betul dengan maksud perkataan Husain terkekeh kecil sebelum ia berjinjit dan melayangkan banyak kecupan basah di seluruh wajah Husain. Sampai-sampai membuat Husain tergelak karena merasa geli dengan ciuman bertubi-tubi darinya.

"Gimana? Udah puas belum?" Tanya Azalea setelah selesai mencium seluruh wajah suaminya.

"Kalau di tanya sih Abang gak pernah puas ya. Bawaannya pengen di cium terus sama kamu setiap detiknya," jawab Husain genit.

"Gak heran sih Aza. Abang kan memang gak pernah puas kalau urusan gituan," cibir Azalea.

Husain mengangguk membenarkan ucapan Azalea. "Kamu itu udah kayak rokok sama narkoba. Candu, nagih dan menenangkan," ucapnya.

"Gombal mulu,"

"Bukan gombal, sayang. Tapi kenyataan."

"Iya deh, percaya."

"Itu apa?" Tanya Azalea saat matanya tak sengaja menatap ke arah paperbag yang sejak tadi masih Husain tenteng di tangannya.

"Oh iya lupa. Abang udah nyiapin hadiah untuk kamu." Husain melangkah lebih dekat ke arah Azalea. "Baju dinas sexy khusus Abang belikan buat kamu." Bisiknya. Setelah itu kepalanya Husain geser sedikit ke kiri agar bisa mencium pipi kiri Azalea.

"Idih ada maunya nih pasti," tebak Azalea yang menatap penuh curiga ke arah Husain.

"Nanti malam ya, sayang. Abang kangen banget sama kamu." Ucap Husain sambil memeluk tubuh wangi istrinya.

"Gimana ya? Mau gak ya?" Goda Azalea pada Husain yang kini telah menelusup kan wajahnya ke dalam kerudungnya dan mengendus-endus lehernya.

"Mau dong, sayang. Abang kanget banget banget banget sama kamu," rengek Husain manja.

Tubuh Azalea seketika meremang saat merasakan nafas hangat Husain yang menerpa leher jenjangnya. Dan sapuan lidah Husain pada leher jenjangnya juga turut membuat sekujur tubuh Azalea mendadak kaku.

Husain berbisik lirih pada telinga Azalea. "I can't wait anymore. Abang bener-bener gak bisa nunggu lagi sampai malam." Tangannya yang semula meremas kedua pinggang ramping Azalea kini beralih membuka kerudung yang Azalea kenakan. Matanya sekilas melirik ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul 16.15 wib. Masih ada sekitar 2 jam lagi menuju adzan Magrib.

"Abang mau kamu ada di bawah kungkungan Abang sekarang. Kamu mau kan meraih nikmat surga dunia bersama Abang? Abang udah gak bisa nahan lagi, sayang." Lirih Husain dengan mata sayu penuh nafsu.

Tenggorokan Azalea terasa tercekat. Ia sama sekali tidak bisa mengeluarkan barang sepatah dua patah katapun. Yang mampu ia lakukan hanya mengangguk memberikan izin Husain menjelajahi dan menikmati setiap lekuk tubuhnya.

Husain yang sudah mendapati persetujuan dari Azalea pun tanpa banyak membuang waktu langsung merebahkan tubuh Azalea di atas ranjang mereka dengan lembut. Seolah-olah Azalea adalah barang pecah belah yang bisa kapan saja pecah jika di perlakukan dengan kasar.

Satu persatu baju yang mereka kenakan sudah tergelatak di atas lantai dengan mengenaskan. Keduanya kini sama-sama dalam keadaan naked tanpa busana.

Sebelum memulai, Husain menatap mata Azalea yang menatapnya dengan tatapan sayu. "Abang bakal ngelakuinnya dengan pelan-pelan. Kalau kamu gak nyaman, kamu langsung bilang Abang ya, sayang. Abang gak mau demi menuntaskan hasrat Abang, kamu dan anak kita malah gak nyaman. Abang maunya kamu dan Abang sama-sama menikmatinya. Oke, sayang?" Ujar Husain tepat di depan wajah Azalea. Bahkan ujung hidung Husain kini bersentuhan dengan ujung hidung Azalea. Membuat Husain merasakan geli saat Azalea menganggukkan kepalanya.

"Kalau Abang kelewatan kamu boleh tampar Abang," setelah mengucapkan itu, Husain langsung memulai permainannya. Ia benar-benar memperlakukan Azalea dengan lembut dan berhati-hati. Bahkan saat Azalea dilanda *******, Husain menghentikan permainannya dan membiarkan Azalea menikmati pelepasannya.

"Mau di atas, hmm?" Tawar Husain pada Azalea. Jari-jarinya ia bawa untuk menyingkirkan beberapa helai rambut yang menutup wajah cantik Azalea sambil menunggu jawaban dari istrinya. Dan tak lama kemudian, dengan wajah malu-malu, Azalea menganggukkan kepalanya.

"Oke, sayang." Sebelum membalikkan posisi badan mereka berdua, Husain menyempatkan terlebih dahulu mencium bibir bengkak Azalea.

Setelah posisi mereka dirasa nyaman, Husain menyuruh Azalea untuk bergerak dan memimpin permainan mereka. Namun sesekali ia juga akan membantu Azalea saat dirasa istrinya itu sudah mulai kelelahan.

"I'm come, baby." Setelah mengucapkan itu, Husain menggeram rendah ketika seluruh spermanya tumpah di rahim sang istri. Bersamaan dengan Azalea yang juga menumpahkan cairan cintanya.

Untuk sesaat mereka berdua masih tetap berada di posisi yang sama. Hingga di rasa nafas Husain sudah mulai teratur, lelaki itu kembali membalikkan badan mereka dan merangkak mundur hingga wajahnya berada tepat di depan perut rata Azalea.

"Adek keguncang gak sayang di dalam sana?" Tanya Husain pada perut rata Azalea.

"Maaf ya, sayang. Semoga kamu gak keganggu di dalam sana," Husain terkekeh di akhir kalimatnya. Ia juga memberikan kecupan-kecupan sayang di permukaan perut Azalea. Setelahnya ia kembali ke posisi semula dan memeluk erat tubuh lemas Azalea yang sudah bermandikan peluh.

"Makasih ya, sayang. Kamu hebat banget bisa buat Abang keluar banyak banget." Ujar Husain setelah mencium kening Azalea.

Sementara Azalea yang mendengar kalimat frontal suaminya langsung memukul pundak suaminya dengan sisa-sisa tenaga yang ia punya. Tapi walaupun begitu Azalea tetap memuji kehebatan Husain di atas ranjang.

"Abang juga hebat banget sampai buat Aza jadi lemes gini."

Suara kekehan merdu terdengar dari bibir tebal Husain.

"Sebagai tanda permintaan maaf Abang yang udah buat kamu lemas, Abang bakal bantuin kamu bersih-bersih."

"Itu mah wajib. Enak aja habis buat Aza lemes gini malah gak di bantuin." Omel Azalea.

"Nggih, istriku. Ayo mandi. Bentar lagi adzan Magrib," ajak Husain yang diangguki oleh Azalea.

"Gendong." Pinta Azalea dengan manja.

"Manja banget sih istri Abang. Jadi makin cinta deh." Ujar Husain langsung menggendong tubuh polos Azalea menuju kamar mandi untuk mandi junub.

-to be continued-