NovelToon NovelToon
Sebatas Menjadi Istri Boneka

Sebatas Menjadi Istri Boneka

Status: tamat
Genre:Tamat / Percintaan Konglomerat / Diam-Diam Cinta / Romansa
Popularitas:31.5M
Nilai: 4.9
Nama Author: LaSheira

Dia hanya harus menjadi istri boneka.

Bagaimana jika Merilin, gadis yang sudah memendam cintanya pada seseorang selama bertahun-tahun mendapatkan tawaran pernikahan? Dari seseorang yang diam-diam ia cintai.

Hatinya yang awalnya berbunga menjadi porak-poranda saat tahu, siapa laki-laki yang akan menikahinya.

Dia adalah bos dari laki-laki yang ia sukai dalam kesunyian, yang menawarinya pernikahan itu.

Rionald, seorang CEO berhati dingin, yang telah dikhianati dan ditingal menikah oleh kekasihnya, mencari wanita untuk ia nikahi, namun bukan menjadi istri yang ia cintai, karena yang ia butuhkan hanya sebatas boneka yang bisa melakukan apa pun yang ia inginkan.

Akankah Merilin menerima tawaran itu, sebuah kontrak pernikahan yang bisa membantunya melunasi hutang warisan ayahnya, yang bisa membantu pengobatan jangka panjang ibunya, dan memastikan adik laki-lakinya mendapatkan pendidikan terbaik sampai ke universitas.

Bisakah gadis itu mengubur cintanya dan menjadi istri boneka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaSheira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

26. Persiapan Pernikahan

Masih di akhir pekan. Hari ini janji pertemuan dengan ibunya Tuan Rion.

Di rumah Merilin. Gadis itu sudah ganti baju untuk ketiga kalinya. Menyisir rapi rambut, dia ikat rambut ikal miliknya. Dia lepas lagi ikatannya, akhirnya dia gerai rambut ikal panjang miliknya itu. Beberapa kali ganti gaya karena saking tegangnya. Merilin memasukkan ikat rambut ke dalam tas sebagai jaga-jaga kalau rambutnya menggangu nanti.

"Kak Mei, apa aku benar boleh ikut?"

Harven membuka pintu kamar Merilin, sebenarnya dia sudah bersiap. Harven memakai kemeja dengan dalaman kaos berwarna abu-abu. Dia sudah memakai pakaian untuk pergi, namun masih ragu dan bertanya lagi. Dia takut keberadaannya akan menggangu Merilin dan calon mertua.

"Kak Mei sudah tanya sama ibu Kak Rion Dek, beliau bilang tidak apa-apa, kamu boleh ikut. Kak Mei juga kan mau membelikanmu baju buat dipakai nanti."

Lidah Harven ingin bertanya apa Kak Brama juga akan memakai baju yang sama dengannya, tapi dia malas menyebut nama kakak laki-lakinya itu. Jadi urung bertanya.

"Ya sudah aku tunggu di luar ya Kak."

"Hemm."

Harven duduk di ruang tamu sambil melihat hp menunggu Merilin yang entah melakukan apa lagi. Merilin terlihat jauh lebih tegang karena sekarang dia memilih pakaian sendiri.

Hari ini Merilin akan pergi untuk fitting baju pengantin, ibu tidak mengatakan kalau Tuan Rion akan ikut. Gadis itu pun berharap kalau Tuan Rion akan sibuk dan tidak punya waktu. Tidak tahu akan Secanggung apa kalau sampai Tuan Rion datang juga nanti.

Dalam perjalanan Merilin juga berpesan pada Harven untuk jangan membahas tentang Kak Serge, karena tidak mau ada kesalahpahaman nanti.

Pokonya jangan membicarakan Kak Serge, aku tidak mau Kak Serge terkena masalah.

"Ia Kak, aku tahu, aku akan menutup rapat mulutku." Harven membuat gerakan mengunci mulutnya. "Dari Kak Ge juga, aku kan nggak pernah bilang walaupun aku tahu Kak Mei menyukai Kak Ge."

Terimakasih Harven, aku melakukannya karena takut Kak Ge terkena masalah.

Semalam Merilin memikirkan pembicaraannya dengan Serge, tentang wanita yang pernah singgah di hati Tuan Rion, Merilin jadi mulai sedikit bisa memahami, kenapa Tuan Rion sulit membuka hati.

Dua tahun Mei, bersabarlah menghadapi laki-laki yang terluka karena cinta. Pokoknya bayangkan Kak Ge saja kalau kau ingin menyerah nanti.

Selain Harven dan ibu, Kak Serge pasti akan menjadi tali kewarasan Merilin, yang menjaga gadis itu untuk tetap berjalan di posisinya.

Mobik taksi online yang mereka tumpangi sampai di dekat jalan sebelum masuk ke area parkir mall. Mereka turun dan bergegas naik ke lantai tiga tempat butik-butik pakaian berada.

Seperti yang sudah dibayangkan Merilin dari sosok ibu yang baik hati. Ibu juga menyambut Harven dengan baik.

"Adiknya Mei tampan sekali." Harven tersenyum malu setelah menjabat tangan ibu. "Ibu jadi ingat waktu Rion SMU mirip seperti Harven." Ibu membanggakan Tuan Rion dengan wajah berseri-seri.

Merilin lagi-lagi berdenyut takut, sekarang ketakutannya bukan karena menghadapi suami seperti Tuan Rion. Tapi karena mendapat hujan kebaikan dari ibu yang tidak tahu harus dia balas dengan cara bagaimana.

Mereka masuk ke dalam sebuah butik, ada dua orang pelanggan yang sedang dilayani oleh pelayan toko. Saat mereka masuk, sepertinya pelayan toko mereka mengenali ibu, karena tidak lama seorang yang sepertinya pemilik butik langsung melayani mereka.

Harven melihat-lihat, dia merinding saat melihat tag harga yang tergantung di baju. Dua kali lipat dari gaji Kak Mei gumamnya takut. Harven langsung mengurungkan tangannya untuk melihat lebih lanjut. Dia mau duduk saja.

Tapi saat mau duduk di samping ibu, wanita itu malah mengusirnya untuk kembali memilih baju.

"Harven juga pilih ya, dicoba beberapa nanti yang paling cocok silahkan ambil." Ibu yang melihat Harven meletakkan baju stelan yang tadi dia pegang bicara pada pelayan untuk melayani Harven. "Pilihkan yang pas untuk usianya ya, setelan jas untuk remaja."

"Tidak Bu, terimakasih. Saya nanti saja, setelah Kak Mei selesai."

Harven tidak mau menghabiskan uang Kak Mei untuk membeli satu setelan jas yang akan dia pakai. Dia bahkan jadi berubah pikiran untuk membeli yang baru. Walaupun tidak baru lagi, dia masih punya jas yang bisa dia pakai.

"Ibu kan mau membelikanmu juga, sudah jangan menolak. Kamu kan adiknya Mei, kamu anaknya ibu juga."

Deg. Mendengar kata-kata ibu tangan Harven bergetar. Bagaimana bisa orang yang baru dia temui sekali, sudah membelikannya baju seharga dua kali lipat gaji Kak Mei.

Merilin menyibak tirai, dia belum selesai ganti baju.

"Untuk baju Harven, biar saya saja Bu..."

"Mei, kamu itu calon istrinya Rion, kamu itu mau jadi anak ibu jadi jangan sungkan begitu. Ini kan bagian dari persiapan pernikahan, jadi ayahnya Rion yang akan membiayai semuanya." Ibu bersikeras supaya pelayan mulai memilihkan baju untuk Harven.

Jangan menolak Mei, terima saja kalau nyonya mau membelikanmu ini dan itu, dia melakukannya karena menyayangi Rion. Kata-kata Kak Serge melintas secepat kilat di atas kepala Merilin. Membungkam mulut Merilin yang mau menolak.

"Baik Bu, terimakasih banyak." Ibu tersenyum saat Merilin akhirnya mengalah. Kembali menutup tirai untuk memakai baju pengantin yang tadi sudah dipilihkan ibu modelnya.

Karena Merilin sudah mengiyakan mau tidak mau Harven menurut saat pelayan menyodorkan baju setelan untuknya. Dia bawa ke ruang ganti. Harven tidak berani melihat tag harga. Secepat kilat dia ganti baju.

Keluar masuk ruang ganti beberapa kali, akhirnya jatuh pada baju yang kedua. Merilin mengintip memastikan baju yang dipilihkan ibu untuk adiknya.

"Hanya perlu dikecilkan bagian belakangnya saja, maaf Nak, coba angkat tanganmu." Harven mengikuti instruksi ibu. Pelayan toko mencacat dan mengukur, setelah selesai Harven masuk lagi ke ruang ganti. Kali ini memberanikan diri melihat tag harga, wajahnya pucat saat keluar dari ruang ganti dan menyerahkan baju pada pelayan toko.

Dia meraih botol minuman yang disediakan dan duduk di sofa. Memperkirakan baju pengantin Kak Mei harganya berapa ya? gumamnya menghitung gaji kerja paruh waktunya.

Terdengar dari balik tirai suara Kak Mei dan ibu bicara, Harven mendengarkan. Suara hangat sama seperti ibunya dulu. Ah, dulu dia, Kak Brama dan Kak Mei juga hidup bahagia, dengan ibu yang hangat dan penuh cinta. Sebelum semua hal buruk menimpa keluarganya.

Saat sedang melamun, tiba-tiba di belakang Harven terdengar langkah kaki. Harven menoleh, seorang laki-laki dengan penampilan rapi namun santai berdiri melepas kaca mata hitamnya. Dia menyapu ruangan, pelayan butik mendekatinya dan bertanya.

"Apa ada yang bisa dibantu Tuan?" Pelayan itu menundukkan kepala.

"Dimana ibuku dan calon istriku, katanya fitting baju pengantin di sini."

Deg, Harven tersentak, apa dia calon suami Kak Mei gumamnya. Harven bangun dari duduk, mendekati laki-laki yang baru datang.

"Apa Anda mencari Kak Mei?"

Rion memicingkan mata melihat anak muda yang bicara padanya.

"Kau siapa?"

Belum sempat Harven menjawab, tirai pemisah yang menjadi tempat Merilin ganti baju tersibak. Sosok pengantin yang sedang mengenakan gaun berwana putih memutar tubuh.

"Ven, bagaimana? Kak Mei cantik nggak?"

Merilin tergagap mundur selangkah, ketika melihat siapa yang berdiri di dekat Harven.

Tuan Rion, kenapa dia ada di sini?

Harven yang menganga karena takjub melihat Merilin, tapi yang di sebelahnya juga terlihat kaget, tapi buru-buru membuang muka.

"Kak Rion, Kakak datang?"

"Eh Rion datang?" Ibu menyibak tirai, senang melihat anaknya. "Katanya tadi nggak bisa datang?" Wajah ibu senyum-senyum. "Pasti penasaran Kan sama Mei, hihi." Ibu senang sekali bisa menggoda anaknya.

Lalu ibu bicara dengan pemilik butik dan mengenalkan anaknya sekilas, lalu menyuruh mereka menyiapkan jas yang akan dicoba Rion.

Ibu menyentuh bahu Merilin, memutar tubuh gadis itu perlahan. Gaun yang dipakai Mei gaun berwarna putih, dengan kain brokat yang menutupi lengannya. Karena konsepnya yang sederhana ibu sengaja memilihkan pakaian dengan desain simpel namun tetap elegan dan mewah.

"Rion bagaimana Mei? Kau suka dengan baju yang ibu pilih? Mei bilang kalau dia suka dengan pilihan ibu."

Rion berjalan melewati Harven, mendekat ke arah ibu dan Mei.

"Cantik Bu, Mei cantik sekali." Telunjuk Rion menyentuh dagu Merilin. Gadis itu seperti tersengat listrik. "Kau cocok sekali dengan baju ini Mei."

"Ah, terimakasih Kak, aku senang Kakak suka."

Dasar gila! kenapa kau bisa bicara bahkan tanpa berkedut begitu Tuan, Anda pintar sekali berakting.

"Tapi, siapa dia?" Menunjuk Harven yang masih berdiri diam. "Kenapa dia memanggil namamu Mei?"

Nada suara yang mirip saat Merilin tidak sengaja menyebut nama Kak Serge saat itu, walaupun sekarang berusaha di tekan karena ada ibu.

Ibu yang sedang bicara dengan pemilik butik membicarakan baju Rion tidak melihat ke arah anaknya.

"Dia Harven Kak, dia adik kandungku. Dek, kenalkan sini sama calon suami Kak Mei." Merilin melambaikan tangan. Membuat Harven mendekat.

Wajah tidak ramah Rion memudar, sekarang bibir itu mulai tertarik, senyum bisnisnya keluar.

"Adikmu."

"Ia Kak, saya Harven, adik Kak Mei." Harven meraih tangan Rion. "Terimakasih sudah menjaga Kak Mei selama ini."

Rion tersenyum entah artinya apa. Tapi dia tidak bicara apa pun pada Harven malah beralih pada Merilin. Menatap gadis itu lagi dari atas ke bawah. Dia menyentuh leher Mei tanpa mengatakan apa pun selama beberapa detik. Ada kalung kecil yang melingkar di leher gadis itu sekarang.

"Kak Rion." Mei ingin menyingkirkan tangan Rion tapi tidak berani menyentuh tangan Rion. "Kenapa Kak?"

Harven menyingkir dari pembicaraan Mei dan calon suaminya, karena hpnya bergetar.

"Aku yang akan memilihkan kalung yang akan kau pakai nanti." Rion menurunkan tangan. Melihat tidak suka kalung yang dipakai Merilin. "Apa kalung ini spesial untukmu?

Apa ini hadiah dari Serge? Mendengus tidak suka.

Merilin menyentuh kalungnya.

"Ah ini hadiah dari Kak Brama, kakak laki-laki saya. Waktu Kak Brama mendapat gaji pertamanya bekerja." Merilin menyentuh kalungnya. "Nanti saya lepas Kak, waktu hari pernikahan."

Apa Kak Rion tidak suka bonekanya memakai kalung, ah, apa dia mau mendadani bonekanya dan tidak mau aku memakai kalung hadiah orang lain. Aahhhh, nggak tahulah maunya apa.

"Kalau itu hadiah kakakmu kau boleh memakainya. Tapi saat hari pernikahan, aku mau kau memakai pilihanku."

"Baik Kak."

Hah! Kenapa kau bicara dengan nada kesal tadi, aku kan jadi berfikir macam-macam.

Ibu dan pemilik bukti mendekat membawa setelan jas pengantin pria yang akan dicoba Rion.

"Sudah-sudah jangan dipandangi terus Mei, sekarang kamu ganti baju dulu."

Rion tertawa sambil menyentuh pipi Mei dengan kedua tangannya.

"Mei cantik sekali Bu, sampai aku tidak bisa berpaling melihatnya."

Ibu tertawa mendorong Rion ke ruang ganti. Sementara Merilin wajahnya memerah kaget karena dekat sekali wajah Rion tadi saat menyentuh pipinya.

Kenapa Anda tiba-tiba memegang orang seenaknya Tuan!

Merilin kakinya lemas. Tapi buru-buru berdiri tegak, karena ibu muncul lagi. Sambil mengambil foto Merilin, serta menyuruh pelayan menyiapkan aksesori tambahan yang akan dipakai Merilin nanti.

Fitting baju butuh waktu yang sangat lama. Harven pamit duluan, katanya ada temannya yang kebetulan sedang ada di mall ini.

Bersambung

1
Devi
punya Erina Olivia Wijaya
Lailatus S
loooh bukanya itu perusahaan milik anaknya han ya yg frans kenapa disini namanya rion
𝐀⃝🥀𒈒⃟ʟʙᴄ🅛ie𝐙⃝🦜ꪶꫝ🅟ᴳ᯳ᷢ
abis dibawa melayang laku gubrakk di jatuhin serge
Retno Kusmiarti
Kecewa
Retno Kusmiarti
Buruk
Yuliza Angriani
serge kau jadi samsak untuk rion hahahahha
Yuliza Angriani
senyum2 sendiri tak hentinya thorrr
Yuliza Angriani
serge kamu saingan terbesar bagi rion
Yuliza Angriani
ternyata rion nguntit ibunya dan mei
Rosida maghrib
najis dah si erla ...pengen gua santet
Rosida maghrib
najis dah si erla ...pengen gua santet
bini PSJ
babi deh🙃
dhianti wulandari
kasian....☹️☹️☹️☹️
dhianti wulandari
sprt diriku, mengambil alih tanggung jwb keluarga...walaupun berbeda cerita..
tp aq yakin...Allah SWT, tidak akan melimpahkan cobaan diluar batas kemampuan hambaNya...

tetap semangat...💪💪😊
Rosida maghrib
hihihi lucu bet ya si Rion 😁
Rosida maghrib
mampir thor
Yuliza Angriani
Rion duplikat tuan saga yg dari keturunan HanAra 😅
Yuliza Angriani
kayaknya rion titisan nya tuan saga deh,,, Han aja ga kayak gitu
Dewi Ambarukmi Ambarukmi
Luar biasa
Aida Rayhan
sungguh sekian banyak aku baca novel nic yg bikin aku ketawa2.sendiri..the best deh kak author
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!