Imamku, Surgaku
Sebelum mulai membaca, ada yang pengen yii bilangin disini sama kalian.
Disclaimer!!
Ini itu ceritanya 100% fiksi ya bestie. NO REAL!. Dan juga segala sesuatu yang terjadi di cerita ini itu murni hanya sebuah khayalan semata.
Satu lagi, dilarang meniru adegan di dalam cerita ini di kehidupan asli bareng pacar!. KARENA ITU HARAM BESTIE. Kita harus tetap stay halal bestie. Kalau mau meniru adegan di dalam cerita ini, di pastikan sudah mempunyai pasangan halal ya bestie. Biar dapat pahala bukan malah dapat dosa😂
Oke segitu dulu. Semoga bisa di pahami ya. Dan semoga hari dan hati mu bahagia. Salam manis dari yii untuk kalian semua❤️.
"Pernikahan bukanlah sebuah tujuan, pernikahan adalah perjalanan panjang yang akan kau nikmati dengan pasanganmu"
- Bismillahirrahmanirrahim -
"Hanya satu tahun," ujar Husain menatap lurus ke arah lawan bicaranya.
"Lalu setelah satu tahun? Kita akan bercerai begitu?" tanya Azalea sengit.
Husain yang di tanya oleh Azalea menjawab dengan anggukan yang terlihat seperti ragu - ragu.
"What the --"
Mata cantik Azalea melotot memandang Husain. Bibirnya komat - kamit melontarkan segala sumpah serapahnya kepada pria dihadapannya yang sialnya Azalea akui ketampanannya melampaui batas.
Sepertinya ketika pembagian ketampanan, pria dihadapannya itu mengantri paling depan dan mengambil hampir seluruh ketampanan yang seharusnya dimiliki juga oleh manusia lain.
"Apa Bapak pikir pernikahan ini adalah sebuah mainan?" hardik Azalea.
"Tidak," jawab Husain singkat.
"Lalu kalau begitu kenapa Bapak malah membuat perjanjian pra nikah konyol seperti ini?"
"Ibu,"
"Ibu?" ulang Azalea. Wanita itu menatap bingung ke arah Husain.
Melihat wanita dihadapannya yang tak mengerti maksudnya, Husain lantas memberikan penjelasan.
Sebelum itu, pria berusia 28 tahun itu menghembuskan nafasnya sejenak.
"Ibu saya mengidap penyakit gagal ginjal. Dan dokter mengatakan bahwa usianya tak lama lagi. Menurut prediksi dokter, usia Ibu saya hanya tinggal 3 bulan lagi. Tapi itu juga belum tahu, karena dokter hanyalah manusia bukan Tuhan," jelas Husain dengan tatapan sendu.
Azalea yang melihat itu sedikit merasa kasian. Tapi ia juga berdecak kesal menatap Husain.
"Dokter bukan Tuhan yang tahu kapan manusia mati. Jadi jangan percaya sepenuhnya kepada dokter. Serahkan semuanya pada Allah,"
Husain mengangguk. "Saya tahu, tapi saya hanya ingin berantisipasi atas apa yang akan terjadi. Karena itu sebelum semuanya terlambat, saya ingin membahagiakan Ibu saya di saat - saat terakhirnya. Salah satunya dengan melihat saya menikah,"
Hening. Tak ada yang mengeluarkan sepatah katapun setelah kalimat terakhir yang Husain lontarkan.
Azalea menggigit jarinya. Sungguh dirinya dilanda kebingungan saat ini. Entah bagaimana bisa takdir mempertemukan dirinya dengan Husain dan berakhir dengan permintaan konyol yang Husain lontarkan untuknya.
Pernikahan bukan sebuah mainan. Setiap manusia pasti ingin melakukan pernikahan hanya sekali seumur hidup. Tapi jika dihadapkan dengan situasi seperti ini, Azalea sangsi bisa melakukan pernikahan sekali seumur hidup jika ia menerima tawaran konyol itu.
Tapi jika ia menolak, maka habislah sudah dirinya. Ia akan di pecat dari perusahaan milik Husain.
"Haishh," gumam Azalea frustasi.
Husain menaikkan sebelah alisnya menatap bingung ke arah Azalea yang terlihat sangat frustasi.
"Jika kamu tidak mau, tidak masalah. Kamu hanya harus mengganti kerugian yang kamu akibatkan karena telah lalai," ujar Husain enteng.
Mendengar perkataan Husain, mata Azalea melotot horor.
Ganti rugi katanya? Ia harus bekerja berapa bulan demi mengganti kerugian akibat kelalaian dirinya.
"Tapi kalau kamu menerima tawaran saya, kamu tidak perlu mengganti rugi." lanjut Husain setelah menyesap kopi pesanannya.
"Kamu punya waktu lima hari dari hari ini untuk memberikan jawaban kepada saya,"
Lima hari.
Lima hari.
Lima hari.
"Aisshh," Azalea mengacak - acak rambut panjangnya dengan kasar. Wajahnya terlihat sangat frustasi.
Semenjak kejadian dimana dirinya menghilangkan berkas penting milik atasannya yang akan digunakan untuk meeting dengan investor, dan berakhir perjanjian konyol yang dilontarkan oleh atasannya agar dirinya tak perlu mengganti kerugian akibat kelalaiannya, Azalea sudah seperti orang gila. Rambut yang acak - acakan bahkan belum dikeramas sejak seminggu yang lalu, kantung mata yang menghitam, hidung yang meler akibat terlalu lama menangis dan baju yang compang-camping. Untung saja dirinya hanya di rumah. Karena sejak kejadian 2 hari yang lalu, dirinya diberikan libur atau lebih tepatnya di skors selama beberapa hari dari perusahaannya.
Sudah dua hari berlalu. Dan itu berarti tinggal tiga hari lagi.
Tok..tok
"Aza, ada atasan kamu diluar, Nak. Ayo turun temui atasan kamu," ujar Ibu Azalea dari luar kamar.
Azalea meringis. Dengan kondisi dirinya yang seperti gembel kenapa malah ada yang ingin menemuinya. Tapi jika dirinya dalam kondisi yang rapi dan cantik, malah tidak ada yang datang ke rumahnya dan bertemu dengannya.
"Iya Ibu, sebentar," sahut Azalea.
Azalea hanya mencuci wajahnya dan mengganti pakaiannya. Tak lupa memakai kerudung untuk menutupi rambutnya.
Suara seseorang menuruni anak tangga terdengar sampai ke telinga ayah, ibu dan juga Husain yang ternyata sudah menunggu dirinya sembari berceloteh ria dengan kedua orang tuanya.
"Ini anaknya udah turun, kalau begitu Ayah sama Ibu mau ke kamar dulu," pamit ayah.
"Iya, Yah,"
Setelah ayah dan ibu Azalea pamit, Azalea mendudukkan dirinya di kursi yang bersebrangan dengan Husain.
"Ada apa Bapak datang ke rumah saya? Tapi sebelum itu, darimana Bapak tahu saya tinggal disini?" tanya Azalea bertubi - tubi.
"Satu - satu, Aza," jawab Husain lembut.
Heol. Azalea menatap tak percaya pada Husain. Untuk pertama kalinya dirinya mendengar Husain berucap dengan lembut. Padahal sudah hampir 2 tahun ia bekerja di perusahaan Husain sebagai seorang desainer busana, Husain tak pernah berucap dengan lembut seperti itu, malah dirinya akan berucap dengan nada tegas dan sedikit ketus.
"Oke, kamu mau saya menjawab pertanyaan kamu yang mana dulu, hm?" tanya Husain.
Deg.. Deg.
Jantung Azalea berpacu dengan cepat. Mendengar kata 'hm' diakhir kalimat Husain, Azalea mendadak salting. Katakanlah dirinya lemah.
Azalea menghela nafasnya sejenak demi mengusir kegugupan dirinya.
"Bapak tahu rumah saya darimana?" tanya Azalea.
"Dari data diri kamu," jawab Husain santai.
"Terus Bapak mau ngapain kesini?" tanya Azalea lagi.
"Melamar kamu di hadapan kedua orang tua kamu," jawab Husain enteng.
Melihat wajah Azalea yang mendadak cemas, Husain terkekeh kecil.
"ASTAGFIRULLAHAL'ADZIM, A'UDZU BILLAHI MINAS-SYAITHONIR-RAJIMI," pekik Azalea histeris.
"Kamu ngapain baca ta'awudz?" tanya Husain bingung.
"Meminta perlindungan kepada Allah agar terhindar dari setan yang terkutuk," jawab Azalea masih dengan histeris.
Husain sebenarnya ingin marah ketika mendengar ucapan Azalea barusan, namun urung kala melihat wajah cemas bercampur histeris Azalea yang cukup menggemaskan baginya.
Dengan sedikit hati - hati, Husain meletakkan tangannya di atas kepala Azalea. Hal itu sontak membuat Azalea seketika terdiam kaku. Melihat sedikit peluang, Husain memejamkan matanya masih dengan tangan kirinya berada di ubun - ubun Azalea. Sedangkan tangan kanan-nya menengadah seperti orang tengah berdo'a.
"Allaahumma innaka antal azizul kabir. Wa anaa abduka adhdhoiifudzdzaliil. Alladzii laa haula wa laa quwwata illaa bika. Allaahumma sakhkhir lii ... (Azalea Hilya Meccayla) kama sakhkhorta firauna li musa. Wa layyin li qolbahuu kama layyantalhadiida li dawuda. Fa innahu la yantiqu illa bi idznika. Nashiyatuhuu fii qobdhatika. Wa qolbuhuu fi yadiKka. Jalla tsanau wajhik. ya arkhamar rakhimiin. Aamiin,"
Entah bisikan darimana, secara naluriah, Azalea turut mengaminkan do'a yang Husain lantunkan secara tiba - tiba.
Dan ajaibnya, Azalea yang tadinya histeris karena tak ingin tiba - tiba di lamar oleh Husain, sekarang malah mendadak terdiam dan seolah pasrah jika Husain ingin melamarnya.
"Kalau diam gini kan cantik," ujar Husain tiba - tiba sambil menepuk tiga kali ubun - ubun Azalea dengan lembut.
"Bapak gak lagi pelet saya kan?" tanya Azalea sinis.
Husain terkekeh geli.
"Iya. Tapi pelet saya bukan berasal dari setan,"
"Terus,"
"Pelet saya berasal dari Allah. Dan itu lebih menjanjikan daripada pelet yang berasal dari setan," jelas Husain.
- To Be Continue -
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments