Menantu Sampah Seorang Millionaire

Mata Bram melotot dan mengepalkan tangannya, dia memegang kedua pundak Alea dan menatap Alea tajam,"Apakah kau mengenalnya?"

Alea menggelengkan kepalanya dengan air mata yang bercucuran di pipinya.

"Aku akan memeriksa CCTV"

Alea meraih tangan Bram yang sudah ingin beranjak pergi, "CCTV rumah ini rusak Bram, hiks hiks" timpal Alea dengan air mata semakin deras, melihat itu Bram kembali mendekat dan mendekap tubuh Alea.

"Rey" teriak Bram.

Rey mendengar itupun berlari ke sumber suara karena untuk pertama kalinya Bram teriak dengan begitu kerasnya, Rey memasuki kamar Alea dan melihat situasi kamar tersebut dan melihat Bram merangkul Alea yang menutupi tubuhnya dengan sleimut sedang bersandar di kingbadnya.

"Ada apa Bram?"

"Alea sudah di lecehkan dan tolong lapor ke polisi..."

Alea panik dan segera memeluk Bram,"Please, aku tidak ingin masalah ini sampai ke ranah hukum, aku tidak ingin beasiswaku di cabut Bram".

"Aku yang akan membayar biaya kuliahmu Baby" timpal Bram dengan menatap Alea senduh

"Tidak Bram, aku tidakingin kau berkorban banyak untukku lagi, aku mohon jangan laporkan masalah ini ke polisi"

"baiklah, aku yang akan mencaritahunya sendiri"

Mendengar itu, Alea bersorak dalam hati karena masalah itu sebuah kemenangan untuknya, satu kebusukan Alea akan tertutup dan dia akan tetap memiliki kekasih yang bisa di andalkan, membantunya, merawatnya dan juga berwajah yang tampan.

Rey yang tanpa sengaja melihat wajah Alea, berhasil menangkap senyum tipis Alea saat memeluk Bram, merasa ada yang aneh, tapi Rey hanya diam. Bram meminta Rey untuk menunggunya di luar karena Bram ingin menenangkan Alea dari rasa ketakutannya di dalam kamar, menunggu Alea tertidur dengan nyenyak.

Rey masih setia berada di ruang tamu menunggu Bram, dan akhirnya mereka berbincang untuk mencari tahu apa dan siapa pelakunya, Rey mengangguk paham dan meminta Bram hanya berada di dekat Alea, dia yang akan membereskan semuanya.

Bram kembali ke kamar Alea yang nyatanya Alea sudah terbangun. Alea meminta bram memeluknya, kemudian Alean menge*up leher Bram dan menge*up bibir Bram liar. Sebagai seorang lelaki yang normal, Bram tanpa berpikir panjang telah terpancing dan bernafsu melakukan malam yang panas lagi dengan Alea.

Beberapa hari Bram menemani Alea, dia berjaga layaknya security dan ART (Asisten rumah tangga) di rumah Alea, dia meminta pengertian beberapa dosen untuk mengikuti kelas online dan siap mengerjakan dan mengumpulkan tugas tepat waktu, begitupun dengan Alea.

Bram memperlakukan Alea layaknya seorang Ratu yang semua keinginnnya terpenuhi hanya dengan satu panggilan,

"Sayaang, aku ingin jus"

Dengan cekatan Bram berkutat dengan peralatan dapur untuk memenuhi keinginan Alea. Tidak ada yang aneh dengan tingkah Alea di hadapan Bram, dia snagat lihai menutup diri dengan ber-akting menjadi gadis trauma yang telah mendapatkan pelecehan.

Dering Hp Bram berbunyi saat Bram berjaga di halaman rumah Alea yang saat itu sudah larut malam, dia melihat layar Hp tertera nama Rey disana,

"Bagaimana Rey, apakah kau sudah menemukan pelakunya?"

"Apakah kita bisa bertemu di tempat biasa, besok?"

"Baiklah"

Bram menutup telfon dan penasaran dengan apa yang Rey akan katakan, siapa nama lelaki yang akan Rey sebut. Bram sudah tahu Rey berhasil menangkap bajingan yang telah melecehkan wanita yang di cintainya karena selama ini Rey bekerja tidak pernah mengenal kata gagal dalam kamusnya.

Esok hari, Bram meminta izin ke Alea untuk mengumpulkan salah satu tugas yang telah Bram kerjakan, tapi di sisi lain Bram akan menemui Rey di tempat yang hanya mereka berdua yang tahu.

Alea mengantar Bram sampai di depan pintu dengan lemah,

"Cepat pulang ya sayang...." ucap Alea

"Pasti, tunggu aku!"

Bram melangkah meninggalkan rumah tersebut, sedangkan Alea masih menatapnya hingga bayangan Bram mnghilang dari hadapannya. Alea begitu bahagia, akhirnya dia berlari ke kamar dan meraih Hp nya dan menelfon salah satu nama lelaki yang Alea ubah nama kontaknya untuk mengelabuhi Bram,

"Sayang, please coming, I am alone". sent!

Sejam berlalu, lelaki tersebut datang dengan santai melalui pintu belakang dan menaiki anak tangga kemudian membuka pintu kamar Alea. Lelaki yang bernama Shawn itu tersenyum melihat wanita yang berada di hadapannya kini menggunakan dress tipis yang menerawang.

Shawn mendekat dan menge*up kaki jenjang Alea, kemudian ke bibir, "You so sexy honey".

Mendengar itu, Alea tersenyum dan memulai aksinya. Mereka berdua akhirnya melakukan pelepasan birahi seperti biasa.

Di tempat lain, Bram berjalan ke sebuah gudang dan duduk di hadapan Rey. Dia terlihat bingung meliht aura dingin Rey, Bram sudah tahu bahwa Rey akan memberitahukan sesuatu yang akan membuatnya marah, tapi masalah yang akan Rey sebutkan pasti sangat besar karena dia terlihat lebih marah dari Bram.

"Siapa pelakunya?"

"Kau kenal orangnya tapi ku sarankan, kau menelfon wanitamu saat ini dan katakan padanya kau tidak bisa pulang dan berikan dia satu alasan, kau harus memberi tahunya untuk kau butuh tiga hari"

"Ada apa sebenarnya REy?"

"Kau akan tahu jawabannya sendiri, bukti yang aku katakan akan hanya membuatmu tidak percaya dan kau pasti akan bertindak gegabah Bram" ucap Rey yang sudah mengenal sifat Bram saat itu yang masih kekanak-kanakan, bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu.

Bram memasang aura dinginnya dan berusaha untuk menganalisa wajah Rey, kemudian Bram menyetujui usulan Rey. Bram menekan nama Alea dan menjelaskan jika Bram akan berada di asrama kampus selama tiga hari karena tugas yang lainnya di minta untuk segera di kumpulkan, membuat Alea sangat bahagia. Dia merasa mendapatkan kebebasan hidupnya kembali.

Alea tidur bersama Shawn di malam pertama, esok hari Alea menghabiskan waktu berbelanja bersama teman-temannya, di hari selanjutnya Alea party dan having se*s di rumah salah satu teman lainnya dan hari ketiga Alea menikmati malam di sebuah Diskotik. Alea lupa bahwa Bram hanya meminta waktu selama tiga hari. Malam itu dia pulang dengan sedikit sempoyongan, dengan baju yang sangat ketat, Alea menaiki anak tangga.

Alea melepaskan semua apa yang melekat di tubuhnya dan menelfon salah satu lelaki dan itu bukan Shawn melainkan lelaki lain, dia meminta lelaki tersebut datang kerumahnya. Beberapa menit kemudian, lelaki itu berjalan dengan santainya ke kamar Alea, seakan rumah itu sudah sangat dihafalnya, itu berarti dia pernah berada di rumah tersebut sebelumnya.

Mereka saling bercum*u, saling mera*a dan saling menin*ih dengan berguling kiri ke kanan, mereka kembali di atas ranjang, dengan pergulatan yang panas tanpa peduli jika dalam kegelapan kamar itu, ada sosok lelaki yang sedari tadi memperhatikan mereka berdua tengah duduk di sebuah sofa yang terletak tidak jauh dari tempt mereka.