Aksa yang selalu saja merasakan sakit hati kala jatuh cinta, kini ia harus merasakan sakit hati lagi kala sang kekasih memilih pergi kala pernikahan akan berlangsung besok.
Mau tidak mau demi menjaga martabat keluarga dan Perusahaan, Aksa harus menikahi Adik Iparnya, Yara.
Apakah yang terjadi dengan pernikahan serba terpaksa mereka?
jangan lupa follow, vote, dan like yaa 🤩
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haasaanaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 7 (Revisi)
•
•
“Saya terima nikah dan kawinnya Yara Reynald bin Reynaldi dengan mas kawin yang tersebut, tunai.”
“Bagaimana para saksi?”
“SAH”
Aksa memejamkan mata kala mendengar kata SAH itu, ia sudah benar-benar menikah dengan Yara, adik Hera. Hal yang tidak ia inginkan dan bayangkan sebelumnya, benar-benar telah terjadi dalam hidupnya.
Mata Yara menatap penuh kearah Aksa yang terlihat menunduk, tidak pada pasangan pada umumnya. Kala kata Sah terucap, adegan cium kening pasti terjadi. Bukan maksud Yara menginginkan hal seperti itu terjadi, hanya saja apakah semenyakitkan ini pernikahan mereka?
“Aksa, cium kening istri mu.” Ucapan Danu membuat kepala Aksa langsung menatap ke arah Yara. Gadis itu menatapnya sendu, tidak ada dendam atau kemarahan yang seperti Aksa rasakan.
“Cium, para tamu memperhatikan itu.” Ucap Danu dengan berbisik, karna memang benar adanya.
Aksa menghela napas panjang, ia berusaha tersenyum setulus mungkin. Lalu, mencium kening Yara dengan durasi yang cukup lama. Jantung Yara berdetak cepat, ini adalah ciuman pertama untuknya.
Semua orang bertepuk tangan dan tersenyum bahagia. Apa lagi Jake dan Hani, mereka lega karna akhirnya Aksa memasuki fase pernikahan.
Yara heran, kenapa ciuman dari Aksa belum terlepas juga.
“Kak, sudah dong..” Ucapnya dengan berbisik agar Aksa tersadar.
Mendengar Yara protes membuat Aksa langsung melepas ciumannya. Aksa heran karna bisa-bisanya Yara protes disela ciuman nya. Wanita aneh menurut Aksara Pratama.
Acara akad sudah selesai, sekarang tinggal acara resepsi. Semua tamu berdatangan untuk melihat seperti apa menantu kedua keluarga Pratama.
“Wah, menantu keluarga Pratama memang selalu cantik-cantik.” Puji seorang pria seumuran Jake.
Yara dan Aksa saling pandang satu sama lain, kalau Yara tersipu karna dipuji cantik. Lain dengan Aksa yang malah mencebikkan bibir, seolah tidak setuju dengan pujian itu.
“Kami beruntung memiliki menantu yang cantik dan baik hati, tidak ada yang lebih beruntung dari pada itu didalam keluarga kami.” Ujar Jake, ia tersenyum ramah kepada tamu nya itu.
Jake dan Hani menyambut para tamu, disaat itulah Aksa duduk di bangku pelaminan. Yara dapat mendengar helaan napas kasar dari suaminya itu, dan itu sudah terdengar berulang kali.
“Kau apa tidak lelah?” Tanya Aksa, karena seingatnya sedari tadi Yara tidak ada duduk. Hanya waktu akad, setelah acara menerima tamu tidak ada duduk sedikitpun.
“Tidak..” Jawab Yara cepat, padahal mah dirinya lelah. Hanya saja Yara takut duduk didekat suaminya itu, rasanya seperti duduk disamping singa yang tengah lapar.
Aksa mencipitkan mata mendengar jawaban itu, dirinya yakin jika Yara berbohong. Dapat terlihat dari kaki Yara yang bergerak naik turun, sudah pasti dirinya kelelahan.
“Kau takut duduk disamping ku?” Tanya Aksa dengan suara beratnya.
Seketika Yara langsung berbalik badan menatap sang suami, kenapa pria itu bisa tahu? Itulah yang Yara pikirkan.
“Ah tidak, kenapa aku takut denganmu? Ha-ha-ha..” Berusaha mencairkan suasana malah semakin terlihat garing dimata Aksa.
Yara tertawa sendiri, ia mencari keberadaan seseorang yang bisa menolongnya dari keadaan canggung ini. Dan ya, Yara melihat Lovie yang sedang makan enak bersama dengan Danu.
“Kak Lovie!” Panggil Yara, ia berlalu menghampiri Kakak iparnya tanpa pamit kepada Aksa.
“Dih, kau takut kepadaku.. Begitu saja tidak mengaku, dasar!” Aksa kesal sekali dengan Yara.
•
Lovie dan Danu tersenyum manis kepada Yara yang kini duduk disamping mereka.
“Apa Aksa semenakutkan itu, sampai-sampai kau kabur meninggalkanya seorang diri disana?” Tanya Danu dengan ekpresi menahan tawa nya.
Yara langsung melihat kearah Aksa yang sibuk berbicara dan rekan bisnisnya.
“Aksa menyeramkan, aku takut..” Yara mengakui itu di hadapan Danu dan Lovie.
“Itu tidak ada apa-apa nya_”
“Kak! Jangan mulai, masih pengantin baru loh..” Lovie mencubit lengan sang suami hingga perkataan Danu terhenti.
“Begini, Yara, Aksa itu baik kalau kau tahu mengambil hatinya. Dia tidak seram kok, asal tidak kau ganggu saja.” Ucap Lovie, Danu angguki perkataan sang istri.
Kala Lovie ingin berbicara banyak hal lagi dengan Yara, sayangnya Baby Oliv sudah menangis bersama dengan pengasuhnya. Lovie mengambil alih menenangkan sang putri, membiarkan Danu dan Yara berbicara berdua.
Danu tersenyum puas melihat kepergian sang istri, ia harus menjalankan misi yang sudah ia nanti sedari lama.
“Hem, Yara..”
“Iya, Kak?”
“Kau salah jika takutnya siang ini, takutnya malam nanti. Sudah pasti Aksa akan meminta Hak nya, kau pasti sudah tahu kan?”
“Tahu apa?”
“Tahu kalau… awasssyyysssss!” Omongan Danu terhenti karena mendapatkan jeweran maut dari Lovie. Dan itu membuat Yara terkejut, ia tidak menyangka jika pria sebesar Danu bisa kalah dengan Lovie yang postur tubuhnya sama saja sepertinya.
“Dasar dokter tengil! Masih aja mau ngerjain malam pertama orang, jahil banget si!” Hardik Lovie, ia terus membawa Danu pergi dengan masih menjewer telinga. Yara bergidik melihatnya, ia tidak menyangka jika Lovie galak.
Seperginya pasangan suami istri itu, membuat Yara bingung harus berbicara dengan siapa. Tidak mungkin kembali dengan Aksa, hanya membuatnya canggung.
“Sekarang sudah menjadi menantu dari keluarga kaya raya, aku yakin kau pasti akan lupa diri.” Suara hinaan dan tuduhan itu membuat Yara berbalik badan.
Hanum berdiri menatap nya tajam, ia benci karena Hera dengan bodohnya melepas kesempatan emas itu. Malah memberi kesempatan terbaik ini kepada Yara, anak haram.
“Yang membuat aku dalam posisi ini juga, Ibu. Ingatlah, dengan cara apa Ibu membuatku dalam posisi ini.” Kata Yara.
Tentu saja Hanum tidak suka dengan perkataan itu, terdengar angkuh di telinganya. Kalau tidak karna Hera berbuat ulah hingga mengamcam keselamatan Perusahaan, maka Hanum tidak sudi menjadikan Yara sebagai pengganti Hera.
“Kau sudah berani melawan ku?”
“Kenapa tidak? Sekarang aku adalah istri dari Aksara Pratama, menantu dari Jake Pratama. Tidak ada alasan yang membuatku harus takut dengan mu, Ibu..” Jawab Yara tanpa rasa takut sedikitpun.
Yara menaikkan gaun yang ia pakai untuk memudahkan berjalan. Lalu, pergi begitu saja meninggalkan Hanum yang kesal setengah mati terhadapnya.
“Dasar anak haram! Anak tidak berguna!” Umpat Hanum, sudah pasti Yara masih mendengar nya. Hanya saja Yara seakan tuli, berurusan dengan Hanum sama saja seperti berurusan dengan orang gila.
Menerima sebagai pengantin pengganti tidak cukup bagi Hanum, Yara tidak mengerti mengapa Hanum bisa se egois itu dengan kehidupannya. Yara sedari kecil tidak pernah bisa mengambil keputusan untuk hidupnya sendiri, semua harus dibawah persetujuan Hanum.
Jangan tanya apa gunanya Reynald, Yara pun tidak tahu itu. Sedari dulu Reynald selalu patuh dengan Hanum, tidak pernah membantah sekalipun Hanum mengatakan jika Yara lebih pantas mati.
"Sekarang malah menjadi istri dari Aksara Pratama, hidupku ini banyak jackpotnya."