Gabrielle Shaquille Ma, pria tampan dengan nama keren, kekayaannya membuat semua wanita tergila-gila dengannya, bahkan banyak dari mereka berharap bisa tidur dengannya satu malam saja.
Tidak disangka, hati pria yang dingin dan suka menyendiri ini akan tergerak oleh seorang pelayan restoran yang sedang dipermalukan di depan umum.
Sejak detik itu juga, gadis ini telah tertancap di hatinya.
Halo gengsss, selamat datang di dunia ke-uwuan kita. Novel ini adalah pecahan dari novel History Of Liang Zhu(Reinkarnasi Kedua). Di sarankan banget buat baca novel itu dulu sebelum lanjut baca ke novel yang ini biar kalian nggak bingung. Selamat membaca dan semoga terhibur ya 😉😉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Obat Mujarab
Gabrielle terus memperhatikan istrinya yang terlihat membaik setelah meminum ramuan yang di buat oleh Lusi. Dia akhirnya bisa bernafas lega karena sekarang istrinya tidak kesakitan lagi.
"Elea, bagaimana perutmu sekarang? Apa masih sakit?" tanya Gabrielle memastikan.
Elea menggeleng.
"Tidak, Kak. Obatnya benar-benar mujarab, rasa sakitnya langsung hilang setelah aku meminumnya tadi" jawab Elea semringah.
Gabrielle tersenyum.
'Dan obat yang lebih mujarab lagi adalah sentuhan tanganmu di perutku,Kak Iel. Terima kasih atas kebaikanmu,Kak. Aku sangat beruntung bisa bertemu dengan orang sebaik dirimu!'.
Sudut bibit Gabrielle berkedut. Usapan di perut Elea masih tetap dia lakukan. Gabrielle ingin istrinya merasa nyaman meskipun dalam keadaan sakit. Apalagi setelah Gabrielle tahu kalau rasa sakit ini pernah membuat istrinya pingsan.
"Kak Lusi, terima kasih ya. Karena kalian semua aku jadi tidak menderita sendirian. Aku senang sekali bisa bertemu dengan orang-orang baik di rumah ini!" ucap Elea tulus.
Lusi dan teman-temannya hampir meneteskan airmata mendengar ucapan terima kasih dari nyonya kecil mereka. Dimana lagi mereka bisa menemukan majikan yang mau berterima kasih kepada para pelayan. Sepertinya hanya nyonya mereka saja yang sudi untuk melakukannya.
"Sama-sama Nyonya. Sudah kewajiban kami untuk melayani anda!" sahut Lusi mewakili teman-temannya.
Gabrielle diam membiarkan istrinya mengobrol dengan para pelayan. Dia merasa begitu bangga karena memiliki istri yang tidak lupa daratan. Meskipun Elea sekarang sudah menjadi nyonya di rumah ini, sikap dan perilakunya sama sekali tidak ada yang berubah. Dia masih tetap sama seperti saat dimana Gabrielle baru pertama kali mengenalnya.
"Tuan Muda!" panggil Ares.
Gabrielle menoleh.
"Ada apa?" tanya Gabrielle.
"Kita masih perlu pergi ke rumah sakit tidak? Para dokter masih bersiaga di sana" jawab Ares.
Elea menggenggam tangan Gabrielle saat dia akan bicara.
"Kak Iel, kita jangan ke rumah sakit ya. Sekarang aku sudah baik-baik saja, sungguh!".
"Tapi sayang, kita perlu memastikan keadaanmu dulu. Aku baru bisa tenang jika dokter sudah memberikan kesimpulan!" sahut Gabrielle sambil mengusap pipi istrinya.
"Kak Iel, hal seperti ini wajar di alami oleh para wanita. Obat dari dokter tidak akan banyak memberi pengaruh. Iya kan Kak Lusi?" tanya Elea sambil menatap kearah Lusi.
Lusi mengangguk setuju dengan pertanyaan nyonya kecilnya.
"Yang di katakan Nyonya Elea benar, Tuan Muda. Penyakit kami bisa sembuh dengan sendirinya. Cukup dengan banyak istirahat dan mengkonsumsi ramuan tadi maka rasa sakitnya akan berkurang!".
Gabrielle menghela nafas. Sepertinya kali ini dia harus mengalah pada istrinya.
"Tapi kau sungguh tidak apa-apa lagi kan, sayang?".
Elea mengangguk. Dia lalu menguap saat rasa kantuk kembali menderanya.
"Kalian keluarlah. Istriku perlu istirahat!" usir Gabrielle pada semua orang.
"Baik Tuan Muda. Selamat beristirahat Nyonya Elea!".
Sudut bibir Gabrielle tertarik keatas melihat istrinya yang sudah terlelap. Dengan hati-hati Gabrielle menyelimuti tubuh istrinya kemudian mengecup keningnya pelan.
"Akhirnya kau bisa tidur dengan tenang setelah membuatku takut setengah mati, Elea. Rasanya benar-benar sangat sakit melihatmu yang begitu tersiksa tadi!".
Karena rasa kantuknya sudah hilang, Gabrielle memutuskan untuk pergi ke ruang kerjanya. Dia melangkah keluar dari dalam kamar dengan sangat perlahan, takut kalau-kalau suara langkah kakinya bisa membangunkan istrinya yang baru saja terlelap.
"Tuan Muda!".
Rupanya Nun masih berdiri di depan kamar Gabrielle. Dia seolah mengerti kalau Tuan Muda-nya akan keluar dari dalam kamar.
"Kenapa kau tidak beristirahat?" tanya Gabrielle.
"Saya tidak mengantuk, Tuan Muda. Anda sendiri kenapa malah pergi keluar? Apa tidak apa-apa membiarkan Nyonya Elea sendirian di dalam kamar?".
Mulut Nun langsung terkunci rapat saat dia mendapat tatapan dingin dari pria yang kini berdiri di depannya. Dia lupa kalau Tuan Muda-nya sangat cemburuan jika ada orang yang bersikap perhatian pada istrinya.
"Beraninya kau memperhatikan istriku, Nun. Kau ingin mati ya!" hardik Gabrielle kesal.
"Maaf, Tuan Muda. Tapi saya tidak bermaksud seperti itu" sahut Nun tenang.
Gabrielle mendengus. Dia melangkah lebar menuju ruang kerjanya.
"Apa anda ingin meminum kopi, Tuan Muda?" tawar Nun.
"Tolong ambilkan untukku, Nun. Segelas kopi pahit sepertinya cocok untuk menemani malam pertamaku yang kelabu" sahut Gabrielle sambil mendudukkan bokongnya di kursi.
Nun mengangguk. Dia segera pergi keluar.
"Jadi selama kau bekerja di restoran pria gendut itu menyiksamu ya? Pantas saja kau tidak pernah absen sekalipun, rupanya ada pembullyan yang terjadi di sana" gumam Gabrielle sambil memilin bibir bawahnya.
Penasaran, Gabrielle akhirnya memutuskan untuk meretas CCTV restoran tempat Elea bekerja. Tak butuh waktu lama, mata Gabrielle sudah langsung di suguhkan pemandangan yang membuat darahnya mendidih. Bagaimana tidak, istrinya yang polos itu tampak sedang mencuci tumpukan piring kotor dalam jumlah yang sangat banyak. Sementara para karyawan lain tampak sedang berleha-leha sembari memainkan smartphone di tangan masing-masing. Tidak ada satupun dari mereka yang berniat untuk membantu Elea menyelesaikan pekerjaannya.
Prraaannggggggg
"Kurang ajar, beraninya kalian menindas istriku!".
Gabrielle mengamuk tak terima melihat penindasan yang di alami oleh istrinya. Dia membanting semua barang yang ada di atas meja. Matanya menatap nyalang kearah layar laptop dimana istrinya sedang di marahi oleh manager restoran itu.
Tok,tok,tok
"Tuan Muda, anda baik-baik saja?".
Nafas Gabrielle memburu. Matanya memerah menahan luapan emosi yang begitu besar.
"Ares, seret pria buncit itu ke hadapanku sekarang juga. Dia harus mempertanggung jawabkan perbuatannya yang sudah berani membully istriku. Istri Gabrielle tidak boleh ada yang menindasnya, Elea tidak boleh di sentuh oleh siapapun!!",.
Nun dan Ares sangat kaget melihat kemurkaan Tuan Muda mereka. Tahu kalau ada yang tidak beres, Ares segera berjalan mendekat. Bola matanya hampir terlepas begitu dia melihat ke layar laptop.
'Apa-apaan itu. Kenapa Nyonya Elea di tindas oleh mereka? Pantas saja kalau Tuan Muda mengamuk seperti orang kerasukan melihat istrinya di perlakukan hina seperti ini'.
"Baik Tuan Muda. Sekarang juga saya akan pergi menyeret mereka kemari!" ucap Ares yang ikut merasa geram atas tindakan manager dan karyawan restoran itu.
Ares segera berjalan keluar dari sana.
"Tunggu Ares!".
Langkah Ares terhenti. Dia kemudian berbalik menghadap kearah Tuan Muda-nya.
"Ada apa Tuan Muda?".
"Beri mereka semua pelajaran seperti apa yang mereka lakukan pada istriku. Aku tidak mau mereka datang dalam keadaan baik-baik saja!" jawab Gabrielle dingin.
"Baik Tuan Muda!" sahut Ares.
"Dan juga buat mereka tidak memiliki tempat untuk sekedar bernafas di negara ini. Sampah menjijikkan seperti mereka jangan sampai kau biarkan muncul di hadapanku ataupun Elea!".
Ares mengangguk. Dia kemudian segera pergi menjalankan perintah Tuan Muda-nya.
"Tuan Muda, tangan anda terluka!" ucap Nun yang sudah siap dengan kotak obat di tangannya.
Gabrielle menghela nafas. Dia diam saja saat Nun dengan cekatan membersihkan darah yang menetes dari luka goresan akibat terkena serpihan vas bunga.
"Nun, habisi setiap orang yang berani menyentuh Elea-ku. Termasuk para pelayan di rumah ini jika mereka nekad membuat ulah. Aku tidak akan mentolerir siapapun yang berani membuat istri kesayanganku meneteskan airmata!".
"Anda tenang saja, Tuan Muda. Tanpa di suruh pun saya akan langsung membunuh mereka semua jika berani mengusik ketenangan Nyonya. Saya akan melindungi Nyonya dengan sebaik-baiknya!" sahut Nun sambil membungkus luka di tangan Tuan Muda-nya.
Mata Gabrielle terpejam, tangannya bergerak menekan tulang hidungnya. Bayangan wajah tidak berdaya Elea saat di hina oleh orang-orang itu terekam jelas di pikiran Gabrielle. Airmata itu membuat dadanya terasa sesak. Sakit, namun tak berdarah.
"Istirahatlah Tuan Muda. Lebih baik anda temani Nyonya Elea di kamar. Urusan para bajingan itu biar saya dan Ares yang mengurusnya!" ucap Nun prihatin.
"Baiklah. Pastikan semua itu beres sebelum Elea bangun. Kau pasti tahu bukan respon seperti apa yang akan di tunjukkan oleh Elea jika dia melihat teman-temannya di hukum?" tanya Gabrielle sembari bangkit berdiri.
"Saya mengerti, Tuan Muda!" jawab Nun.
Gabrielle menghela nafas. Dia kemudian keluar dari ruang kerjanya dengan di ikuti oleh Nun. Gabrielle lalu meminta Nun untuk tidak mengikutinya lagi saat dia akan masuk ke dalam lift.
'Sayangku kau tenang saja. Mulai sekarang aku yang akan membalas semua orang yang pernah menyakitimu. Aku tidak bisa menerima semua penghinaan itu Elea. Kau milikku, dan tidak ada yang boleh menyentuhmu selain aku!'.
🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄
🌻 VOTE SEBANYAK-BANYAKNYA GENGSSS...
LIKE, COMMENT, DAN RATE BINTANG LIMA
🌻 IG: nini_rifani
🌻 FB: Nini Lup'ss
🌻 WA: 0857-5844-6308