NovelToon NovelToon
Terjerat Pesona Dokter Tampan

Terjerat Pesona Dokter Tampan

Status: tamat
Genre:Tamat / Asmara / Romansa
Popularitas:35.4M
Nilai: 4.9
Nama Author: Asri Faris

Mencintai pria dewasa yang umurnya jauh lebih matang sama sekali tidak terbesit pada diri Rania. Apalagi memikirkannya, semua tidak ada dalam daftar list kriterianya. Namun, semua berubah haluan saat pertemuan demi pertemuan yang cukup menyebalkan menjadikannya candu dan saling mengharapkan.

Rania Isyana mahasiswa kedokteran tingkat akhir yang sedang menjalani jenjang profesi, terjebak cinta yang rumit dengan dokter pembimbingnya. Rayyan Akfarazel Wirawan.

Perjalanan mereka dimulai dari insiden yang tidak sengaja menimpa mobil mereka berdua, dan berujung tinggal bersama. Hingga suatu hari sebuah kejadian melampaui batas keduanya. Membuat keduanya tersesat, akankah mereka menemukan jalan cintanya untuk pulang? Atau memilih pergi mengakhiri kenangan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asri Faris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 32

Rania menghela napas panjang, ia menyingkirkan pemilik tangan itu yang lancang memeluknya dengan sayang. Gadis itu harus segera bangun, dan bergegas untuk kembali bekerja.

Sebenarnya ia ingin sekali marah-marah dengan sikap sembrononya, yang dengan percaya diri memindah dirinya begitu saja. Sayang sekali waktunya tidak tepat, semua seperti dikejar waktu dengan seabrek tugas dan kegiatan yang menantinya serta menjadi tanggung jawabnya.

"Dok, aku tahu Dokter udah bangun, jangan menahanku di sini? Aku tidak punya waktu untuk mendebat," kata Rania menahan sabar. Sungguh semuanya di pertaruhkan di sini, entah lah ia merasa tak punya pilihan saat ini.

"Bagus dong Ra, tidak perlu sungkan atau sesumbar dengan apa yang terjadi, toh juga kita pernah melakukan lebih dari ini," jawabnya santai. Posisi mereka sudah beralih sana-sama duduk, dengan Rayyan yang masih betah memeluknya dari posisi samping.

Rayyan tersenyum tipis menatap Rania yang nampak frustrasi. Gadis itu menyorotnya jengkel, namun lagi-lagi tak punya daya dan kekuatan untuk sekedar menimpuk muka tampannya yang selalu menjengkelkan.

"Lepas Mas, aku harus kembali bertugas," ucapnya dengan nada lembut. Rayyan yang mendengar itu speechless, ia sedikit tak percaya Rania bisa merubah muka juteknya lebih manis.

"Kamu sebut aku apa, pengen denger sekali lagi?" pintanya semakin menarik pinggangnya semakin dekat. Hingga membuat gadis itu sedikit merem karena sikap impulsifnya.

"Kamu kenapa memindahku, bagaimana kalau semua orang yang melihat itu bergosip tentang kita, tidak kah kamu merasa sedikit kasihan terhadap diriku yang masih baru," ucapnya dengan nada sendu. Ya, sedikit mengontrol emosinya yang sebenarnya sudah tidak ramah hati.

"Jangan khawatir, aku akan beli mulut mereka jika itu terjadi, aku pastikan tidak ada yang berani menggunjing dengan kejadian semalam," jawab Rayyan cukup santai.

Tetapi bukan itu yang ingin Rayyan dengar, melainkan panggilan keramat untuk dirinya.

"Oke, so ... bisa singkirkan tangan Pak Dokter dari pinggang saya," tekannya merasa gemas.

"Ngomong dulu kaya tadi, nanti aku lepas," bisiknya tepat di ceruk lehernya. Membuat Rania setengah merem membuang muka, hembusan napas hangatnya yang menyerbu kulit, membuat gadis itu meremang seketika.

Gadis itu menghela napas sepenuh dada, tak minat mengumpulkan tenaga untuk mengucapkan kata-kata yang tidak dari hatinya.

"Mas Ray, please ....!" mohonya di titik nadir. Salah strategi bisa-bisa perempuan itu digiring ke KUA, dan itu membuat gadis itu tentu merasa cemas.

"Kamu lebih manis kalau bisa lembut gitu, gemes banget sih," ucapnya sembari melepas dekapan itu. Tangannya beralih mengacak lembut rambutnya.

Rania langsung bergegas ke kamar mandi lebih dulu, mencuci mukannya agar sedikit segar. Bersih-bersih alakadarnya, ia sedikit terkejut saat barang bawaannya sudah berpindah tempat di ruangan itu.

Sebenarnya ada point plusnya juga sih, tentu saja tempatnya lebih nyaman dari pada kamar singgah koas yang tersedia. Ia segera mengaplikasikan make up dengan lihai sebelum jam terbang melanda.

Sementara Rayyan menunggu di luar bilik, ia menyiapkan sarapan untuk keduanya. Duduk di sofa menunggu Rania selesai dengan urusan pribadinya.

"Ra, sarapan dulu!" ujar pria itu dengan senyuman manis menyapa.

Rania melirik meja dengan menu pagi yang menggoda. Bubur ayam hangat nampak sudah disiapkan untuknya. Perut yang lapar membawa langkah kaki mendekat. Ya tentu saja Rania lapar, bahkan semalam ia melewati makan malam karena harus berjaga dan tidak ada kesempatan. Biasanya ia mencuri-curi kesempatan untuk sekedar mengisi perut, namun semalam ia terlihat sibuk menemani lahiran hingga dini hari.

"Nanti pulangnya bareng ya, kalau kamu tidak mau orang lain memergoki kita, kamu yang datang ke ruangan aku," ujarnya tanpa penolakan.

Rania hanya mengangguk saja sembari mengunyah. Sesungguhnya jalannya lebih mudah kalau dia menurut, sayangnya itu bertentangan dengan nalurinya yang terdalam.

"Selamat bertugas dedek koas," ucapnya dengan senyuman.

"Aku janji lepas kamu keluar dari ruangan ini, kita harus bersikap profesional antara dokter dan koas, kalau itu membuat kamu lebih nyaman," sambung pria itu bijak.

Rania meninggalkan ruangan Dokter Ray dengan langkah sedikit waswas. Takut saja orang-orang akan menilai dengan pandangan lain tentang insiden semalam, bahkan ia tidak tahu siapa saja orang yang kebetulan melihatnya.

Hari masih terlalu pagi, bahkan suasana dingin masih begitu terasa, lebih tepatnya sekitar pukul enaman. Rania sudah mulai keliling follow up pasien di bangsal. Seperti biasa ia harus membuat laporan pemeriksaan dan menyerahkan pada Residen.

Gadis itu sempat waswas kala menemui Dokter Dara yang semalam bertugas di ruang jaga selain Dokter Raka. Entah siapa saja yang memergoki dirinya.

"Pagi Dok?" sapa Rania gusar sembari menyerahkan laporan hasil pemeriksaan pasien pagi ini.

"Pagi Rania, baik-baik kamu di sini ya," jawab Dokter Dara sembari tersenyum tipis.

Rania hanya mengangguk bingung, namun ia yakin walaupun sikap Dokter Dara biasa saja, perkataanya ada hubungannya dengan semalam.

Usai melakukan apel pagi, ia yang masih harus melanjutkan kegiatan stase lainnya, kembali mengikuti pemeriksaan di poliklinik, bangsal, kamar bersalin hingga sore hari. Selepas itu ia saya good bye menutup hari ini bergegas pulang.

"Ra!" seru Tama berlari-lari kecil, ia yang sejak tadi pagi sudah menahan diri tidak kepo akhirnya menyeret temannya itu mlipir.

"Apa sih Tam, jangan narik-narik," tepis Rania jengkel.

"Lo ada hubungan apa dengan Dokter Rayyan?"

1
Sri Marwi
doketerbrayyan merasahkan
Dina Hutagalung
Biasa
Fitria Diah
langsung hamil kayaknya hahaha 😂😂😂
Dian Isnawati
dimana sih cerita Juan belenggu gairah semalam dicari2 tdk ketemu kak
aryuu
Luar biasa
aryuu
/Chuckle/
muth yasin
Luar biasa
Suci Wawan Bagan
udah berkali kali baca novel ini, tp gak bosen2
Ros Konggoasa
cemburu ni yeee
Khanza Salsabila
Luar biasa
Khanza Salsabila
Lumayan
Gita mujiati
Luar biasa
Ros Konggoasa
cinta ap nafsu ygbenar dong Thor
Hera
👍🏻👍🏻👍🏻
Ros Konggoasa
lanjut
Arida Susida
Luar biasa
Arida Susida
Lumayan
mars
Luar biasa
mars
pepet trus,emng spesialis novel tikung jodoh
mars
ini udh saking stress nya dokter rayyan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!