Cintanya, harga dirinya, dan ketulusannya, telah ia berikan pada pria itu, dan bahkan sampai rela tidak menginginkan, James Sebastian, tunangan yang di jodohkan Ibunya kepadanya.
Tapi, apa yang ia dapat? Eleanor Benjamin, di tinggalkan pria itu, Richard Marvin, saat mereka akan melangsungkan pernikahan, demi wanita lain!
Hingga sebuah mobil menabraknya, dan ia meregang nyawa, Richard tidak memperdulikannya!
Eleanor berharap, seandainya ada kesempatan kedua untuknya! ia akan mendengarkan Ibunya. Dan membalikkan keadaan! membalas apa yang ia rasakan pada Ricard.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 22.
Saat ini Mansion kecil, rumah pengantin baru Eleanor.
Eleanor duduk di tepi tempat tidur masih mengenakan gaun pengantinnya, menunggu James yang sedang di kamar mandi membersihkan diri.
Malam pertama mereka membuat jantung Eleanor berdebar tidak menentu, memikirkan bagaimana rasanya saat malam pertama nantinya.
Apakah sakit, atau tidak sama sekali? pikiran Eleanor berkecamuk sembari meremas jari jemarinya karena begitu gugup.
Tiba-tiba ia tersentak di tempatnya, karena pintu kamar mandi terbuka, dan James keluar hanya mengenakan handuk.
Tubuh James masih setengah basah, sepertinya James belum mengelap kering tubuhnya. Sementara satu tangan James mengelap rambut basahnya, dengan handuk kering lainnya.
"Mandilah, aku sudah selesai!" kata James seraya melangkah mendekati Eleanor.
"Ba.. baik!" jawab Eleanor mendadak jadi gugup, dan reflek bangkit dari duduknya saat James sudah dekat dengannya.
James tersenyum melihat Eleanor yang gugup, dan wajah Eleanor tampak merona memalingkan wajahnya, karena malu melihat tubuhnya, yang hanya di balut handuk di seputar pinggang saja.
James meraih dagu Eleanor, lalu memegangnya di antara jari jempol dengan jemari telunjuknya. Ia menengadahkan wajah Eleanor, dan mata mereka pun saling bertemu.
James tersenyum menatap manik mata Eleanor, yang bergerak-gerak menatap matanya juga, "Kenapa wajahmu memerah, Elea?" tanyanya menggoda Eleanor.
Wajah Eleanor semakin merona mendengar pertanyaan James, dan ia tentu saja tidak akan mengatakan kalau ia malu melihat tubuh basah James.
"Oh, i.. i.. itu karena aku merasa gerah, dan belum mandi, dan gaun ini sangat sesak!" jawab Eleanor sembari berusaha memalingkan wajahnya.
Genggaman jemari James terasa kencang, sehingga Eleanor tidak dapat mengalihkan wajahnya dari tatapan mata James, yang terlihat begitu senang melihat wajahnya yang merona.
"Begitukah? kalau begitu.. mari ku bantu untuk menanggalkan gaunnya, agar tidak terasa sesak lagi, dan kamu bisa segera pergi mandi" ucap James dengan pelan.
Eleanor mengedipkan matanya, ia merasa heran dengan dirinya, kenapa ia harus malu melihat tubuh James yang tidak memakai pakaian.
Mereka sudah menjadi suami istri, dan ke depannya ia akan lebih sering melihat tubuh James, yang bahkan tidak memakai pakaian apa pun membalut tubuh James.
Eleanor kembali mengedipkan matanya memikirkan, apa yang tengah ia pikirkan saat ini. Ia seperti wanita mesum mengkhayalkan tubuh polos James.
"Ba.. baiklah!" jawabnya tiba-tiba dengan spontan, tanpa sadar dengan jawabannya yang di luar kendalinya.
James tersenyum lebar mendengar jawaban Eleanor, membuat ia mencoba menggoda Eleanor lagi, apakah Eleanor sadar dengan jawaban yang ia ucapkan.
"Mari berdirilah" James meraih lengan Eleanor, dan menarik Eleanor untuk berdiri.
"Eh!" Eleanor tersadar saat James mencoba melepaskan gaun pengantinnya, setelah James selesai membuka resleting gaunnya.
"Kenapa? bukankah barusan kamu bilang, baiklah?" senyum James semakin lebar melihat rona pada wajah Eleanor semakin memerah.
"Ti.. tidak, biar aku sendiri, aku bisa membukanya.. terima kasih sudah membuka resletingnya!" Eleanor memegang gaun pengantin, yang sudah mulai merosot.
Ia dengan cepat melarikan diri masuk ke dalam kamar mandi, tingkahnya membuat James nyaris tertawa.
"Elea, pertama kita bertemu, kamu begitu berani mencium ku, tapi begitu melihat tubuh ku tidak memakai pakaian, kamu jadi menciut begitu gugup" gumam James tersenyum melihat pintu kamar mandi yang tertutup.
Sementara itu di dalam kamar mandi, Eleanor menatap wajahnya dalam cermin wastafel, terlihat begitu merona membuat ia tidak percaya melihat wajahnya.
Ia pun menepuk-nepuk wajahnya dengan ke dua telapak tangannya, untuk menetralkan kembali wajahnya yang memerah.
Setelah merasa raut wajahnya kembali terlihat normal, Eleanor pun menanggalkan gaun pengantinnya.
Ia hati-hati meletakkan gaun tersebut, di tempat yang tidak memungkinkan gaun terkena air, saat ia akan mandi.
Ia pun kemudian membersihkan badan, dan setelah selesai mandi, ia baru ingat tidak membawa pakaian ke dalam kamar mandi.
Hanya dengan mengenakan handuk bersih, yang ada di lemari handuk dalam kamar mandi, ia pun keluar dengan sedikit ragu.
Hampir saja ia terjatuh saking kagetnya, melihat James di tempat tidur memandangnya, begitu ia keluar dari dalam kamar mandi.
Ia seperti pencuri yang ketahuan oleh pemilik rumah, melihat tatapan mata James memandangnya.
Bersambung.....