Aqila tidak pernah menyangka hubunganya dengan Alden harus berakhir di tangan sahabatnya sendiri.
Gadis itu melihat dengan mata kepalanya sendiri Alden berhubungan dengan Viona sahabatnya di kamar hotel.
Tidak kuasa menahan sesak di dada, Aqila memilih pergi dari kehidupan Alden.
Namun, apa yang dilihat Aqila tidak sepenuhnya benar. Alden tidak sepenuhnya mengkhianati Aqila, tapi apa daya gadis itu telah pergi dengan membawa kesalahpahaman.
Akankah Alden dapat menyakinkan Aqila? Dan melurusku kesalahpaham yang terjadi?
Novel ini collab bareng SUSANTI 31
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35. Varo
Aqila melangkahkan kakinya menuju meja kasir. Gadis itu tersenyum dengan wanita yang berada di balik meja kasir itu.
"Maaf, Mbak. Apa saya bisa bertemu dengan manajernya?" tanya Aqila dengan sopan.
"Boleh saya tahu, ada perlu apa Mbak mau menemui manajernya? Dan dengan siapa saya bicara?" tanya wanita kasir itu.
Wanita itu takut tujuan Aqila ingin menemui manajer untuk membuat laporan tentang kejelekan pelayanan mereka.
Wanita yang bekerja sebagai kasir itu bernama Dewi. Dia takut salah seorang karyawan memberikan pelayanan buruk sehingga Aqila ingin menemui manajer mereka.
"Saya Aqila, ingin bertemu dengan manajernya karena tadi salah seorang pelayan mengatakan jika pesan ini dari manajer restoran ini," ucap Aqila dengan sopannya.
Aqila menyodorkan kertas itu. Dewi yang sudah cukup lama bekerja, yakin jika itu memang tulisan tangan bos mereka. Bukan hanya sekadar manajer, tapi pemilik restoran ini juga.
Dewi tersenyum dengan ramahnya. Menyadari jika wanita yang berada dihadapkannya saat ini pastilah orang yang istimewa bagi bosnya. Di tambah lagi, selama bekerja belum pernah dia melihat pemilik restoran ini berjalan dengan seorang wanita.
"Mari saya antar menuju ruang kerjanya," ucap Dewi.
Dewi menitipkan meja kasir pada seorang karyawan, sebelum melangkah tidak lupa menguncinya. Wanita itu mengajak Aqila menuju ruang kerja manajer.
Aqila mengikuti langkah Dewi dari belakang. Wanita itu berjalan cukup cepat. Mungkin karena dia takut meninggalkan meja kasir terlalu lama.
Sampai di salah satu ruangan, Dewi mengetuknya. Terdengar suara sahutan dari dalam. Dewi mengajak Aqila ikut masuk.
Saat telah masuk dan mereka telah berhadapan dengan manajernya, tampak Aqila bersorak. Dia tidak percaya jika manajer restoran ini pria yang dia kenal.
"Kak Varo? Aku kira siapa!" ucap Aqila dengan suara riang.
Dewi mengerutkan dahinya memandangi Aqila dan Varo yang tertawa. Baru kali ini dia melihat bosnya tertawa lepas begini. Pasti dia wanita yang istimewa bagi Varo, pikir wanita yang bekerja sebagai kasir sejak tiga tahun lalu itu.
"Bapak dan Mbak, sudah saling kenal?" tanya Dewi akhirnya. Aqila hanya mengangguk kepalanya sebagai jawaban.
"Kalau begitu saya pamit dulu, Pak!" ucap Dewi.
"Terima kasih," ucap Varo.
Dewi tersenyum pada Varo dan Aqila sebelum melangkah pergi meninggalkan ruangan itu. Wanita itu melangkah cepat keluar dari ruangan.
Aqila duduk di kursi yang ada dihadapkan Varo. Masih tersenyum menyadari dia baru saja dikerjai oleh Varo.
"Aku pikir siapa yang memberikan pesan ini," ucap Aqila langsung tanpa basa basi.
"Emang kenapa dengan pesan itu?" tanya Varo.
Aqila tertawa sebelum menjawab pertanyaan Varo. Dia tidak berpikir jika yang mengirim pesan itu Varo.
"Aku pikir seseorang yang dekat denganku. Kata-kata Kakak sangat romantis. Seperti dengan pacar saja."
Aqila berucap dengan tertawa. Dia pikir pria yang mengirim pesan itu adalah Alden.
Aku terlalu berharap yang mengirim pesan itu seseorang yang pernah dan masih mengisi hati ini.
"Kamu suka makanannya?" tanya Varo. Dia sengaja mengalihkan pembicaraan karena takut Aqila curiga jika pria itu memang mencintainya.
"Suka, enak banget. Kak Varo yang masak?"
"Aku hanya mencicipi. Aku telah mencatat semua resepnya. Jadi juru masak tinggal membaca saja."
"Wah hebat," ucap Aqila dengan bertepuk tangan. Varo tersenyum mendapat pujian dari wanita yang dia cintai dalam diam itu.
Sejak pertama adiknya Vira membawa Aqila ke rumah, Varo telah menyukai wanita itu. Gadis itu selalu ceria sehingga siapa saja yang didekatnya akan ikut bahagia.
"Bagaimana kalau kita habiskan malam ini dengan bermain di pantai?"
Sejak Varo melihat Aqila memasuki restoran, Varo telah berkeinginan untuk mengajak gadis itu berjalan di pantai sambil menikmati malam yang bertabur bintang.
...****************...