Cewek Tengil Itu Istriku

Mulut Anna menganga lebar mendengar penuturan Saga barusan. Suaminya tidak sedang becandakan? Apakah mereka akan melakukannya sekarang, malam pertama?

Saga yang sudah tak bisa menguasai diri, langsung mencium bibir Anna. Mereka sudah pernah melakukannya, tapi tetap saja, mereka sama sama gugup. Bahkan Anna sampai gelagapan dan tak bisa bernafas. Dia mendorong Saga kuat agar pagutan bibir mereka terlepas dan dia bisa kembali bernafas.

"Aku menginginkanmu malam ini Anna." Dengan nafas yang memburu dan mata berkabut, Saga kembali menyatukan bibir mereka. Kali ini, Anna tak segugup tadi. Meski agak lama, akhirnya dia membalas ciuman Saga.

Ghairah yang sudah membara, membuat Saga mulai menyentuh istrinya. Bagian dada yang menggodanya sejak tadi, menjadi incaran pertamanya. Ini untuk pertama kalinya Saga menyentuh bagian sensitif milik wanita tersebut. Saga merasa tubuhnya seperti tersengat aliran listrik hanya dengan menyentuhnya saja.

Saga mulai menurunkan tali gaun Anna, tapi saat itu juga, Anna berontak, mendorong Saga kuat lalu bangkit dari pangkuannya.

"Anna!" Desis Saga tertahan.

"Enggak, kita gak bisa ngalkuin ini." Anna membetulkan tali gaunnya yang melorot.

"Kenapa tidak, kita sudah menikah? Aku berhak mandapatkan apa yang sudah menjadi hakku." Saga menekan kata katanya, berharap Anna paham dan tak mempersulit dia mendapatkan haknya. Saat ini, dia sudah tak mau dan tak bisa mundur.

"Ta, tapi kita ti_"

"Stop." Saga sengaja menghentikan ucapan Anna karena dia tahu gadis itu akan membahas soal cinta. "Kamu belum lupakan, janjimu hari itu? Kamu akan memenuhi satu permintaanku jika aku tak mengadukanmu pada papa Jeremi?"

Anna menelan salivanya susah payah. Menyesal kenapa harus memberikan penawaran seperti itu.

"Jadi maksudnya, Kak Saga mau min_"

"Iya." Saga menjawab cepat, lagi lagi bisa membaca apa yang hendak Anna katakan.

"Tapi."

Saga tak mau dengar alasan lagi. Dia beranjak dari ranjang, mendekati Anna dan langsung menyambar bibirnya. Kedua telapak tangannya menangkup pipi Anna, membuat gadis itu tak mampu berontak.

Seiring dengan ciuman yang kian dalam dan menuntut, Saga menggiring Anna menuju ranjang. Melepaskan ciuman mereka lalu mendorong pelan istrinya itu keatas ranjang.

"Please, jangan mempersulit aku Anna." Permohonan yang lebih terdengar seperti perintah itu membuat Anna makin tak bisa menolak. Disaat Saga sudah berada diatasnya, mengungkung tubuhnya, dia hanya bisa pasrah.

Mereka sama sama terhanyut dalam permainan yang pertama kali mereka lakukan. Mereka hanya mengikuti naluri, karena sama sama belum pengalaman. Anna bahkan tak menyangka jika bibirnya akan mengeluarkan suara suara menjijikkan.

Satu persatu, pakaian mereka melayang entah kemana. Berserakan diranjang hingga lantai karena Saga melemparnya tanpa perasaan.

"Aww..." Anna memekik histeris dengan mata membulat sempurna saat melihat milik suaminya. Dia menggeleng cepat sembari berusaha untuk bangun.

Hanya dengan melihatnya saja, dia meraskan ngilu. Bagaimana jika benar benar menerobos masuk kedalam miliknya. Anna yang ketakutan hendak kabur, tapi Saga lebih sigap. Dia mendorong badan Anna hingga kembali telentang lalu mengungkungnya dengan kedua lengan.

"Tidak, tidak." Anna menggeleng dengan wajah pucat pasi. Keringat sebesar biji jangung memenuhi keningnya, dia terlalu ketakutan saat ini. Dia takut miliknya robek.

"Tolong jangan mempersulitku Anna." Saga mengeram frustasi.

"Tidak, aku tetap tidak mau." Anna berusaha mendorong dada Saga tapi sekali lagi, dia kalah tenaga, sedikitpun tak bisa menggeser tubuh kekar itu dari atasnya.

Tatapan tajam Saga membuat Anna tak bisa berkutik.

"Baiklah, tapi setengah saja."

Mulut Saga menganga mendengar ucapan Anna. Setengah, apa maksudnya?

"Aku sedang tak ingin bernegosiasi."

Keringat Anna kian membanjir, efek ketakutan yang berlebih. Kasihan juga Saga melihatnya. Tapi mau gimana lagi, dia sudah kepalang basah, tak mungkin mundur.

Saga mengecup kening Anna lama, menggenggam tangannya dan berkata lembut. "Percayalah padaku, sakitnya tak akan lama. Kamu hanya perlu rileks."

.

.

"Awww....." Anna berteriak sangat kencang. Beruntung hanya ada mereka berdua di apartemen.