Maya Cantika Putri, seorang wanita cantik dan sederhana. Yang kehidupan awalnya berasal dari sebuah panti asuhan. Karena kegigihannya Maya bisa menjadi seorang dokter spesialis. Setelah dewasa secara tidak sengaja ketemu dengan ayah kandungnya, berkat bantuan seorang CEO tampan yang tidak sengaja dikenalnya. Akankah Maya bahagia dengan hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moena Elsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lampu Hijau
Akhirnya panti asuhan mulai direnovasi dengan bantuan Mayong. Anak-anak senang menginap di hotel. Ada kolam renang dan area playgroundnya. Pak Bowo dan Bu Marsinah menangis terharu ketiksa Maya dan ayahnya menelpon. Hanya ucapan terima kasih tak terhingga yang dapat diucapkan.
Kebetulan Papa Suryo dan Mama Clara datang setelah Maya menutup ponselnya.
"Habis telpon siapa, serius amat May?" papa Suryo duduk di samping Abraham.
"Nelpon bapak dan ibu panti Om" terang Maya.
"Ooooo....", Papa Suryo mengangguk-angguk tanda mengerti.
"Ya begitulah Suryo, begitu besar jasa Pak Bowo dan Bu Marsinah merawat Maya. Aku berniat merenovasi panti itu agar lebih layak huni" ungkap Abraham.
"Malah ini anak-anak diinapkan Mayong selama panti direnovasi" tambahnya.
Papa Suryo mengangguk tanda mengerti, "Aku tambahin playground disamping bangunan. Nanti aku yang telpon Mayong. Dana aku bantu deh".
"May, kapan kamu longgar?" sela Mama Clara.
"Sore ini longgar tante, nggak ada jadwal praktek" jawab Maya.
"Kok tante lagi, panggil Mama..!!!" Mama Clara menyebut kata Mama dengan jelas.
"He..he...siap Ma" Maya terkekeh.
"Nah, gitu dong" Mama Clara tersenyum. Wajah cantiknya masih terpancar, meski usia sudah lebih lima puluh tahun.
"Jalan-jalan yukkk May, bosen Mama nungguin Om Suryo-mu itu tenis. Biar Om sama ayahmu aja, lagian mereka juga sering barengan berangkat!" ajaknya.
"Maya ngikut aja Ma" Maya sambil mengangguk.
"Ya udah sana, siap-siaplah" Maya berlalu untuk bersiap-siap.
"Abraham, kayaknya kita cocok besanan" Papa Suryo memulai pembicaraan sepeninggal Maya.
"Sini mendekat !!! Mayong pernah ijin kepadaku untuk menjaga Maya" ucap Abraham berbisik.
Papa Suryo, "Benarkah?" tanyanya heran.
"Kalian berdua bicara rahasia kah, pake bisik-bisik segala" Mama Clara cemberut.
"Kalau mau tau, sini mendekat!!!" perintah papa Suryo.
Mama Clara duduk di dekat suaminya, "Setuju nggak kalau Maya jadi menantu kita?" Mama Clara langsung mengangguk tanpa pikir panjang. Mama Clara membayangkan jalan-jalan dengan menantunya itu, pasti akan sangat menyenangkan. Apalagi tinggal menggesek kartu yang sudah diberikan oleh lelakinya. Punya dua anak laki-laki, yang kalau diajak ngemall pasti banyak alasannya. Mama Clara tersenyum sendiri melamunkan itu.
"Ditanya kok malah senyum-senyum sendiri" Papa Suryo menyenggol Mama Clara.
"Jangan ditanya lagi Pa, pokoknya akan langsung kuberikan lampu hijau buat mereka kalau jadian" Mama Clara terkekeh.
"Baiknya kita mulai usaha untuk mendekatkan Mayong dan Maya, kita harus saling mendukung....oke???!!!?" Mama Clara mengerlingkan matanya. Obrolan terhenti ketika Maya datang.
Dengan paduan pakaian kasual, celana jeans serta sepatu kets. Tak ketinggalan make up natural, Maya begitu cantik. Mama Clara tersenyum, "Calon menantu mama cantik sekali, sesuai dengan namanya" puji Mama Clara. Maya tersipu.
"Sudah siap? Langsung berangkat aja yaa" tawar Mama Clara. Mama Clara menggandeng Maya. Sambil berlalu, "Pa, nanti biar Mayong aja yang kusuruh jemput. Sopir yang nganter Mama biar langsung pulang" Mama Clara dengan mata genitnya. Papa Suryo paham dengan kode istrinya.
Maya dan Mama Clara berangkat disusul Papa Suryo dan Om Abraham berangkat tenis. Olahraga yang mereka gemari semenjak muda. Bahkan stamina mereka berdua tidak kalah dengan yang muda-muda.
Sementara Maya dan Mama Clara sudah sampai di mall terbesar di kota "S", ternyata Mall itupun juga punya perusahaan Mayong.
"Ma, kita mampir ke butik temenku dulu yukk. Butiknya Yasmin" ajak Maya. Yasmin yang ditawari Bara untuk membuka butik di sebuah mall, akhirnya menyetujui usulan Bara. Dapatlah sebuah outlet di mall terbesar itu. Maya pun sampai sekarang belum ngeh, kalau mall ini juga kepunyaan Mayong.
Yasmin...Yasmin...Mama Clara berusaha mengingat. Kayak pernah kenal, batin Mama Clara.
"Itu loh Ma, cewek yang barengan aku sama kak Bara waktu aku pertama kali tahu kalau ayahku adalah Ayah Abraham" Maya mengerti pemikiran Mama Clara.
"Ooooooo....dia buka butik di sini?" Mama Clara bertanya.
"Ayo Ma" Maya melangkah menuju sebuah butik.
Mama Clara mengikuti.
Ketika masuk, Maya dan Mama Clara disambut baik oleh par karyawan Yasmin.
"Selamat sore, ada yang bisa dibantu nona dan nyonya?" tanya karyawan itu dengan ramah.
"Nona Yasminnya ada?" Mata Maya menelusur sekelilingnya.
"Ada Nona, kalau boleh tau dengan nona siapa?"
"Bilang aja Maya menunggu" Karyawan itu berlalu masuk untuk memanggil Yasmin. Mama Clara malah sudah berkeliling di butik itu.
"May, sini" panggilnya.
"Desain bajunya bagus-bagus" puji Mama Clara sambil mengambil baju sesuai dengan seleranya.
"Kamu juga bisa pilih May, mana yang kamu suka" tawar Mama Clara.
"Nggak usah repot Ma, kalau aku mau baju tinggal calling Yasmin aja". Maya terkekeh. Mama Clara malah asyik memilih-milih lagi.
"Wah ternyata butik ini recomended banget" gumam Mama Clara yang masih bisa didengar Maya. "Baiknya waktu ketemuan teman arisan ku iklankan aja ya May" Mama Clara terkekeh. Teman arisan mama Clara pastinya bukan sembarang teman, kalangan atas tentunya.
"Sudah lama? Kenapa nggak telpon dulu? Dokter cantik nggak lagi operasi?" Yasmin menghampiri Maya. Maya menoleh mencari sumber suara, "Diajak Mama Clara, akhirnya kuajak mama ke sini" Maya tersenyum. Mama Clara menghampiri, "Yasmin, mama ambil ini yaa?" Yasmin membelalakkan matanya, "Benar Tante, ini buat tante semua?" tanya Yasmin tak percaya dengan belanjaan Mama Clara. Mama Clara mengangguk.
"Terima kasih tante atas kepercayaannya atas desain
dari butik kami" Yasmin sampai mencium tangan Mama Clara.
"Desain baju kamu bagus Yasmin, pasti nanti aku promoin ke teman-temanku"
Bara tiba-tiba muncul, "Tumben Maya dan Mama ada di sini?" tanya Bara heran.
"Aku dan mama lagi healing kak..." gurau Maya.
"Heleh..pake healing-healing segala, itu cuma modus Mama aja, untuk jadiin kamu menantu May" Bara tertawa.
Mama Clara menjitak kepala Bara, "Dasar anak durhaka, terus ngapain juga kamu ke sini?" selidik mama Clara. Mama Clara pura-pura tidak tau kalau Bara selama ini mendekati seorang wanita, tapi belum tau kalau yang didekati Yasmin.
Bara menggandeng Yasmin, "Kenalin Ma, calon menantu Mama" Bara menyodorkan tangan Yasmin yang digenggamnya untuk bersalaman dengan Mama Clara. Yasmin sampai tergagap. Bara yang belum pernah menyatakan cinta kepadanya malah dengan santainya mengatakan itu.
"Emang kamu yakin diterima Yasmin? Kalau aku jadi Yasmin mah ogah. Nembak cewek kok ngajak-ngajak Mamanya?" ejek Mama Clara. Bara hanya garuk-garuk kepala.
"Daripada nemani Bara main tembak menembak cewek, yuk kita makan aja. Mama lapar" ajak Mama Clara ke Maya dan Yasmin.
"Aku nggak diajak Ma, aku anak kandung mama lho" Bara tetap mengikuti ketiga wanita beda generasi itu meski nggak diajak. Yasmin sama Maya hanya tersenyum aja melihat tingkah Bara ke mama Clara.
Sampai resto di mall itu, ada dua orang cewek cantik dengan baju kurang bahan yang lagi merayu seorang laki-laki. Kebetulan posisi laki-laki itu membelakangi pintu masuk. Rombongan Maya melewati ketiga orang itu. Maya terkaget ketika tangannya diraih laki-laki yang dirayu tadi. Belum sampai sadar dari kekagetannya malah terdengar, "Ini istriku" tegas laki-laki itu. Maya terkesiap, dan menoleh.....
Bara, Yasmin dan Maya terbengong melihatnya.
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
bersambung..
HAPPY READING 💝💝💝