NovelToon NovelToon
Suamiku Mencintai Adikku

Suamiku Mencintai Adikku

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / CEO
Popularitas:19.6M
Nilai: 4.9
Nama Author: IkeFrenhas

Hanna Mahira adalah seorang wanita berumur 27 tahun. Dia bekerja sebagai karyawan staff keuangan pada sebuah cabang dari perusahaan ternama. Anna panggilannya, menjadi tulang punggung keluarga. Setelah ayahnya meninggal dunia, semua kebutuhan hidup ada di pundaknya.
Dia memiliki adik perempuan yang sekolah dengan biaya yang di tanggungnya.

Anna mencintai atasannya secara diam-diam. Siapa sangka jika sang atasan mengajaknya menikah. Anna seperti mendapatkan keberuntungan, tentu saja dia langsung menerima lamaran sang bos tersebut.

Namun, di hari pertamanya menjadi seorang istri dari seorang David Arion Syahreza membawanya pada lubang kedukaan.
Sebab di hari pertamanya menjadi seorang istri terungkap fakta yang amat menyakitkan. Bahwa David sang suami yang sangat Anna cintai mengatakan bahwa pernikahan ini adalah kesalahan terbesar yang dia lakukan.

Ada apa sebenarnya?
Anna berusaha menyingkap tabir rahasia David dan berusaha tegar atas pernikahan tersebut.

Baca kisahnya dan temani Anna mengungkap rahasia besar David

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IkeFrenhas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 35

Apa yang mereka bicarakan?

Aku sangat penasaran apa yang dua lelaki yang telah mengisi kisah hidupku tersebut.

Aku mendekat, mencoba mencari celah untuk menguping pembicaraan mereka.

Sial. Pak Adrian melihatku lebih dulu. Lelaki itu mengacak rambut, frustrasi. Lalu mengusap wajahnya kasar.

Aku bergeming di tempat, menunggu hal lain yang mungkin akan terjadi.

Tampak Adrian membuang pandangan, lantas duduk di kursi teras.

Aku keluar menemui mereka. Di kursi itu, tampak Bang David sedang menunduk. Seperti seorang tersangka.

Ah, kenapa wajahnya semenyedihkan itu. Apa yang telah dilakukan pak Adrian padanya?

"Pak Adrian ... udah dari tadi?" aku mencoba memecahkan keheningan ini. Keheningan yang membuatku tersiksa oleh rasa tak nyaman.

Pak Adrian menoleh, sebuah senyum tipis terbit di wajahnya. Dia menggeleng, lalu menghembuskan napas panjang.

"Bang David, mau nunggu Alina di sini aja atau di dalam?" Inginku langsung mengusirnya, tapi lidahku kelu mengucapkannya.

Bang David mendongak, matanya merah. Wajahnya sungguh tak enak untuk dipandang, sangat menyedihkan.

Aku menelan ludah beberapa kali, untuk mengurai gugup, juga rasa penasaran.

"Saya pulang saja. Terimakasih, Anna, air minumnya." Bang David berkata lirih.

Aku mengangguk, seraya mengulas senyum. Kemudian lelaki itu berdiri, berjalan lunglai menuju ke mobilnya. Tak lama kemudian, mobil melaju meninggalkan kami.

Aku melirik ke arah Pak Adrian, sialnya ... lelaki itu tengah menatapku tajam.

Jika saja tatapan itu setajam pedang, pasti tusukannya telah tertancap tepat di dadaku.

"Kita berangkat sekarang, Pak?" tanyaku canggung.

Beberapa saat pak Adrian tidak menjawab pertanyaanku. Lelaki itu menyugar rambutnya, menghembuskan napas kasar.

Rasanya, sedari tadi pak Adrian hanya menghela napas tanpa sedikitpun bersuara. Lantas, dia pun duduk di kursi dengan menundukkan kepala dalam.

Aku duduk di kursi yang lain dengan posisi miring menghadapnya.

"Sepertinya ... aku belum bisa menyentuh hatimu, ya ...," desisnya pelan.

Mataku terbelalak mendengar penuturan pak Adrian. Bahkan mulutku sedikit terbuka sangking terkejutnya.

Apa maksud lelaki ini?

"A-apa maksud, Bapak?" tanyaku terbata.

"Mungin memang butuh waktu lebih lama lagi untuk menunggumu. Tapi--" Ucapannya terjeda, aku semakin bingung dibuatnya.

Aku masih mematung untuk mendengar kelanjutan dari ucapannya.

Jantungku berpacu kencang, harap-harap cemas menunggu pak Adrian melanjutkan kalimatnya.

Sayangnya ... hanya helaan napas panjang yang terdengar darinya.

Sementara, aku bingung merangkai kata untuk membalas ucapannya.

Hingga beberapa saat, kami hanya saling diam dengan pikiran masing-masing. Andai aku bisa menembus isi hatinya, aku ingin tahu segala rasa yang lelaki itu miliki untukku, tanpa harus menunggu dia berbicara.

"Pak, saya minta maaf. Jika kedatangan bang David mengganggu pikiran Bapak." Aku memberanikan diri berbicara.

Mungkin saja, kan, pak Adrian begini karena kedatangan bang David tadi. Maksudku, bisa saja dia ... cemburu.

Ya ampun! Membayangkan pak Adrian cemburu saja, aku yakin wajahku telah memerah.

Apakah lelaki itu tidak sadar dengan perubahan sikapku padanya?

Haruskah aku sampaikan langsung perasaan ini padanya?

Ya ampun! Aku jadi halu begini, seperti remaja yang sedang kasmaran.

"Pak ...," aku memanggilnya lagi.

Aku berdecak sebal. Baru menyadari satu hal tentangnya, dia ... mudah merajuk. Seperti anak kecil yang butuh dirayu dengan permen. Ish.

Aku berdiri, berjalan mendekat padanya. Lalu berdiri dengan lutut, menghadap pada lelaki yang masih menunduk tak bersuara.

"Pak ...," panggilku lirih, suaraku mulai bergetar.

Rasanya air mata ini mau mengalir deras, aku ingin menangis melihatnya seperti ini.

Tanganku terangkat, ingin membelai kepalanya atau mengelus punggungnya. Ingin aku salurkan segala rasa yang aku miliki, untuknya. Namun, tangan ini hanya terangkat, tanpa berani menyentuh tubuh lelaki itu. Tangan ini tetap mengudara.

Pak Adrian mendongak, menatapku. Tatapan itu sayu, penuh luka.

Mataku mulai berkaca-kaca, air mata ini siap tumpah. Sekuat tenaga aku menahan.

"Jangan menangis." Pak Adrian berucap lirih.

Lantas akupun tergugu, menutup wajah dan meletakkan kepala diatas pangkuanku sendiri. Aku bersimpuh di lantai di hadapan pak Adrian.

Kurasakan belaian halus di pucuk kepala. Lelaki itu begitu sabar menungguku menghabiskan air mata.

Saat merasakan hati yang mulai tenang, dada terasa mulai ringan dari himpitan yang menyesakkan.

Aku mendongak, menghapus jejak basah di pipi. Mengusapnya sampai kering.

Ternyata Pak Adrian ikut duduk di lantai bersamaku. Ah, dia selalu melakukan hal-hal manis.

Aku tertawa menyadari kekonyolan ini.

"Jangan menangis lagi. Hatiku sakit melihatmu menangis." Pak Adrian berbisik.

"Apa, Bapak kira hati saya tidak sakit melihat Pak Adrian seperti ini. Egois." Balasku ketus. Aku masih sebal padanya.

Pak Adrian tersenyum, kemudian menggelengkan kepala. Satu hal yang aku sukai dari lelaki ini, lekukan di kedua pipinya saat tersenyum.

Pasti, banyak bintang kejora di kedua mataku ini saat melihatnya tersenyum begitu.

"Jangan menatapku seperti itu, nanti kamu jatuh cinta."

"Aku memang sudah jatuh cinta pa-da-mu." Menyadari ucapanku yang salah. Tanganku segera membungkam mulut, dengan kedua mata melotot ke arahnya.

"Jadi ... hm ... apa kamu menerima lamaranku." Pak Adrian tampak kikuk, suasana mendadak menjadi canggung. Lelaki itu mengelus tengkuk beberapa kali.

Rasa aku ingin tertawa melihat ekspresinya saat ini. Namun, sekuat tenaga aku menahannya ... lucu sekali lelaki itu

"Maksudku ... hm ... maukah Anna menjadi istriku?" lanjutnya dengan suara bergetar. Aku yakin jantungnya bertalu kencang.

Aku tersenyum. Sejenak mengulang pertanyaan yan diajukan pak Adrian tadi.

'Menjadi istri seorang Adrian'.

Aku mengeja kalimat itu berulang kali. Memastikan jika aku tidak salah dengar atas apa yang telah dia ucapkan.

Tunggu dulu. Bukankah seharusnya kami makan malam di luar ya, dengan suasana yang romantis misalnya.

Atau dengan lamaran yang berkesan gitu, kayak di sinetron-sinetron. Bukan malah, lamaran yang diucapkan di teras rumah seperti yang Pak Adrian lakukan. Dengan suasana tangis biru.

Ah, bang David memang telah mengacaukan segalanya. Lelaki itu telah mengacaukan kehidupanku.

"Ann ...." Suara pak Adrian membuyarkan pemikirianku.

"Ya ...." Aku menjawab lirih, dengan senyum terkumpul. Sungguh, aku sangat malu saat ini.

"Apa jawabanmu, Ann?" Suara pak Adrian kali ini terdengar menuntut. Tatapannya begitu dalam.

Mata hitam legamnya itu menyorot melemahkan tulang belulangku. Jantungku berdegup kencang, rasanya begitu sesak dengan bunga-bunga indah yang bermekaran di sana. Hatiku dipenuhi bunga.

"Hmmm." Aku benar-benar gugup. Ini adalah lamaran pertama yang aku terima dari seorang lelaki.

Dulu, saat menikah dengan Bang David, tentu saja tidak ada lamaran seperti ini. Semua serba tiba-tiba. Namun, saat ini begitu berbeda.

Oh, ternyata ... begini rasanya dilamar.

Tatapan Pak Adrian sedetikpun tak beralih dari mataku. Dia seolah tengah menanti jawaban yang begitu penting bagi hidupnya.

Bukankah dulu Pak Adrian pernah melamar seorang gadis, bahkan telah menikah? Lantas kenapa sikapnya seperti ini baru pertama kali untuknya.

"Anna ...." Pak Adrian bergumam.

Iya ... iya ... aku jawab.

Aku mengangguk lemah. Nyatanya, aku tak memiliki keberanian untuk sekadar menjawab pertanyaannya.

"Apa?" tuntut pak Adrian lagi.

Aku berdecak kesal. Laki-laki ini ternyata begitu menyebalkan.

Aku mengangguk lagi, kali ini lebih dalam. Huh, entah bagaimana rupa wajahku kali ini.

"Apa, Ann?"

Ya Tuhan! Pak Adrian. Dia ....

"I-ya ...." Aku berkata lirih, lebih terdengar seperti bergumam pada diri sendiri.

"Benarkah?" tanyanya lagi.

Aku mengangguk.

Siapa sangka, Pak Adrian berdiri melonjak. Kemudiaan dia bersorak gembira.

Aish, ada-ada saja.

1
Dewi Nurani
segala hormon jadi alasan , dicerita ini orang² nya pada lemah semua , gak punya pendirian gampang kerayu
sungguh menyebalkan
Dewi Nurani
anna terlalu manjain s alina makanya jadi kurang ajar , adik itu dididik bukan dibiarkan semaunya , itu baru namanya sayang
Dewi Nurani
si anna nya cengeng tingkat tinggi sungguh menyebalkan , gak ada tangguh²nya jadi perempuan gak ada jaga harga dirinya takut banget ditinggalin , jaga gengsi dong
Dewi Nurani
si anna cengeng dikit² nangis , tegas dong sama adiknya
terus adiknya juga kenapa gak sopan gitu , rasanya gak mungkin ada yg gitu amat , gak ada segen² nya sama kaka sendiri
Rini Haryati
bagus
Firgi Septia
buat apa menyayangi adik pelakor macam gitu Alina gimana nasibmu begitu kalau kamu jadi orang yg bodoh /Frown//Frown/
Firgi Septia
bodoh Anna buat apa minta maaf aduh /Frown//Frown/
Wiwit
ga jelas ceritanya
Rose 19
David mau jadi duri di antara anda sama adrian
Rose 19
selsaikan hubunganmu sama David, trus pergi yang jauh sama sampai luka di hatimu sembuh.fdan buktikan pda mereka klo kmu wanita yg kuat dan hebat.
Rose 19
sakit ya an, klo di bohongin org yang kita sayang.
Fitrian Delli
dasar anaknya saja bodoh, mau d bohongi
Fitrian Delli
minta cerai saja bodoh
Elin Handoko
bnr membosankan
Ike Frenhas: 😁😁😁

terima kasih udah mau mampir baca yaa
total 1 replies
Fazira Fauziah
ceritanya bagian ini keren kak
semangat
Ike Frenhas: terima kasih sudah mampir baca ya, Kak
total 1 replies
Fazira Fauziah
ka ceritanya bagus tapi terlalu muter muter yah ka gitu lagi gitu lagi kelakuannya
Lienda nasution
Adrian ini apa tidak punya kelg thor
Lienda nasution
kok aq berharap ana meninggalkan Adrian walau cuma sebentar sebagai hukuman karena bersikap terlalu lunak sama Alina sang perempuan jalang itu biar tau rasa itu Adrian
Lienda nasution
ceritanya bagus 👍👍👍👍🤭
Elis Rosyidah
lanjut ka
Ike Frenhas: sudah tamat. baca cerita yang lain yaa. banyak yang udah tamat. hehe
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!