Revisi PUEBI
Diminta oleh orang tuanya untuk menyelesaikan persoalan hutang keluarga serta harus mengganti rugi dari kerusakan mobil yang Aruna tabrak.
Manakah takdir yang dipilih untuk menyelesaikan persoalannya. Menjadi istri muda Broto sebagai pelunasan hutang atau menjalani One Night Stand dengan Ben agar urusan ganti rugi mobil selesai. Juga cinta Alan pada Aruna yang terhalang status sosial.
Manakah pilihan yang diambil Aruna ? Dengan siapakah Aruna akan menjalani hidup bahagia penuh cinta. Ben atau Alan ? Ikuti terus kisah Aruna
Cerita ini hanya kehaluan author untuk hiburan para pembaca. Silahkan ambil pesan yang baik dan tinggalkan yang buruk.
ig : dtyas_dtyas
fb : dtyas auliah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Antara Ben dan Clara
Una dan Ben masih berada di bawah selimut yang sama dalam kamar di ruang kerja Ben. Una berbaring dengan posisi membelakangi Ben, Ben mengusap pelan kepala Una. Berbisik di telinga Una, "Mau dilanjut?"
Bisikan Ben di telinga Una kembali membuatnya merasakan getaran aneh, "Udah Om, jangan macem-macem."
Ben tersenyum, "Cuma satu macem kok. Aruna, berbalik." Titah Ben pada Una yang masih membelakangi Ben.
"Enggak,"
"Kenapa?"
"Ihh, aku malu tau."
Ben terbahak, lalu membalikkan tubuh Una dan mendekapnya.
"Aku tuh lagi marah sama Om, kenapa malah begini sih," ucap Una sambil mencoba menjauhkan tubuhnya dari Ben. Namun Ben kembali menariknya ke dalam pelukan.
"Kamu boleh marah atau cemburu, yang jelas aku hanya mencintaimu bukan yang lain termasuk Clara," ucap Ben sambil mengecup puncak kepala Una.
"Na, kelamaan begini bisa-bisa aku khilaf."
"Mesum." Una memukul lengan Ben.
"Kita berdua yang mesum."
"Om geser, aku mau pakai baju."
Akhirnya mereka keluar dari ruang kerja Ben, di lorong menuju Lift mereka berpapasan dengan Bian.
"Sudah cek ponsel Pak, saya kirim pesan belum dibalas juga."
Ben berdecak, lalu mengerutkan dahi saat membaca pesan Bian. "Kita bicarakan besok pagi," ujar Ben.
"Selamat malam Pak, nona Aruna," ucap Bian sambil mengangguk.
"Malam Pak Bian," sahut Una sedangkan Ben hanya mengangguk.
"Mau pulang atau ke mana dulu?"
"Pulang."
"Ke apartemenku," ajak Ben.
Una menolak, dia khawatir Ben akan berbuat lebih dari yang baru saja mereka lakukan.
***
Ben, Bian dan Nora sedang berada dalam ruang kerja Ben mendiskusikan beberapa hal terkait operasional perusahaan.
“Untuk evaluasi penurunan laba jadikan sebagai salah satu materi raker. Kapan jadwalnya ?” tanya Ben.
“Bulan depan pak,” jawab Nora.
“Percepat saja.”
“Untuk tempat, apa akan dilaksanakan di lokasi yang biasa?” tanya Bian.
“Gery menjadwalkan rapat merger dan kerjasama investor minggu depan di Bali, sekalian saja kita adakan raker di sana. Kalian urus pihak dan bagian terkait untuk kegiatan ini,” titah Ben.
“Baik Pak,” jawab Bian dan Nora serempak.
Nora meninggalkan ruangan Ben, sedangkan Bian masih berada di dalam.
“Bagaimana ?”
“Sesuai laporan Ilham, Alan yang sering ditemui oleh Clara adalah Alan mantan kekasih nona Aruna.”
“Jadi, Una memutuskan Alan karena menyaksikan mereka ...”
“Iya,” jawab Bian sambil menyodorkan foto-foto Clara dan, juga foto kejadian Aruna di tampar oleh Alan.
“Ayah Alan termasuk pemegang saham One World,” ujar Bian. One World adalah perusahaan mendiang ayah Ben yang sekarang dipimpin oleh Gery karena Ben fokus pada perusahaannya sendiri. “Jika Pak Ben akan melakukan sesuatu untuk kedua orang ini, harus dipertimbangkan pengaruhnya terhadap One World.”
“Oke, lanjutkan pekerjaanmu. Mereka biar diurus Ilham, terkait orangtuanya biar Gery yang menghandle.”
Malam harinya, Ben menuju salah satu restaurant bersama Una. Memasuki ruangan yang sudah di reservasi, “Aku ke toilet dulu ya.”
“Hm,” jawab Ben sambil membuka buku menu.
Tanpa mereka sadari, saat di parkiran Clara melihat Ben dan Una. Clara yang saat itu datang bersama Alan, memang hendak membicarakan masalahnya. Wanita itu ingin mengakhiri hubungannya dengan Alan dan ingin kembali pada Ben.
“Reservasi atas nama Ben,” ucap Clara. Bagian Informasi menyampaikan letak ruangan yang dimaksud.
“Kamu sudah reservasi ? Ben siapa ?” tanya Alan.
“Alan, cukup ikuti aku. Ada hal yang harus kita selesaikan.”
“Ini Ben yang sama dengan sebelumnya ?” tanya Alan, lalu menarik lengan Clara membuat tubuh wanita itu saat ini berhadapan dengan Alan. “Kamu merencanakan apa ?”
“Dengar Alan, sebentar lagi aku akan kembalikan semua ke tempatnya. Kamu bisa kembali dengan gadis kampungan mu itu, dan aku kembali pada Ben.”
“Clara, _”
“Stt, cukup diam dan ikuti aku.” Bagai kerbau dicocok hidungnya Alan mengikuti Clara dengan kebingungannya terhadap apa yang akan dilakukan wanita itu.
“Selamat malam Pak Ben Chandra.” Clara memberi salam saat membuka pintu ruangan VIP yang ditempati Ben dan Una.
Melihat siapa yang datang Ben menoleh dan menyilangkan tangan di dadanya, menghela nafas karena khawatir Clara akan membuat Una kembali salah paham.
“Mau apa kalian ?”
“Santai saja, kita makan dulu baru bicara.” Clara duduk di sebelah Ben lalu membuka buku menu sedangkan Alan masih berdiri.
Tidak lama kemudian pintu kembali dibuka, Una datang dari toilet. Wajahnya yang semula tersenyum berubah datar saat melihat Clara duduk di sebelah Ben dan juga kehadiran Alan di ruangan itu.
“Pak Ben, anda merencanakan ini semua?” tanya Una.
“Tidak, kemarilah dan kau Clara pergilah. Jangan ganggu kami.”
“No No No, justru aku di sini akan meluruskan sesuatu dan mengusir pengganggu yang sesungguhnya.”
"Tidak ada yang perlu diluruskan, aku dan Aruna akan segera menikah. Kau mau serius dengan laki-laki itu silahkan saja." Ben dengan tenang mengatakan hal yang membuat Clara semakin gusar.
"Aruna, kamu akan menikah dengan dia?" tanya Alan sambil menunjuk Ben.
Una belum menjawab pertanyaan dari Alan, Clara menggebrak meja di hadapannya. "Alan sebaiknya kau bawa wanita itu, kau bisa kembali padanya. Bukankah kau sangat menyukainya, kau hanya kecewa karena tidak bisa menyentuhnya. Kau sekarang bisa menyentuhnya karena Ben tidak mungkin belum pernah menyentuhnya," ungkap Clara sambil tertawa.
"Clara!!" Teriak Ben mengepalkan tangannya.
"Apa benar yang dikatakan Clara ?"tanya Alan pada Una.
"Benar atau tidak itu bukan urusan Kak Alan."
"Munafik kamu Na," ucap Alan.
Kedua mata Una sudah berembun, kedua tangannya meremas rok yang dia kenakan.
"Perlu kamu tau Aruna, aku dan Ben bukan hanya sekedar teman. Selama dia tinggal di Singapur aku yang selalu menemaninya termasuk urusan ranjang."
"CLARA!! Hentikan!! Teriak Ben.
Dada Una terasa sesak, air matanya sudah tidak bisa dibendung. 'Dia bilang menyukaiku sejak dia meninggalkanku, tapi tidur dengan wanita lain,' batin Una.
Ben menghampiri Una, merangkul hendak memeluk Una. Namun Una menjauh, "Cukup Pak, saya tidak ingin ada di situasi seperti ini. Kak Alan urusan kita sudah selesai, dan Pak Ben juga Nona Clara silahkan selesaikan masalah kalian jangan melibatkan saya." Mengambil tas yang tadi diletakan di meja lalu Una pergi meninggalkan ruangan.
"Aruna, Aruna dengar dulu," ucap Ben berjalan mengikuti Una.
"Dengarkan penjelasanku, Aruna."
"Tidak ada yang perlu dijelaskan, saya sadar dengan posisi saya."
Kini Una dan Ben sudah berada parkiran, "Ikut aku, dengarkan dulu penjelasanku," ucap Ben sambil menggenggam tangan Una.
"Tidak ada yang perlu dijelaskan." Una melepaskan genggaman Ben lalu menghentikan taksi.
Ben hanya bisa terpaku sambil menyugar rambutnya, sungguh ia tidak bisa mengelak dengan apa yang diucapkan Clara.
____________
Jangan lupa like, koment dan votenya ya 😄
biar semangat update 🤭
Perjodohan Arini
Suami absurd
Suami rupa madu mulut racun