Zakia Arabelle Lawrance harus menelan kenyataan pahit saat mendapati suami yang selama ini ia anggap setia ternyata tak lebih dari seorang bajingan.
Setelah perceraian dengan suaminya, dirinya harus memulai kembali hidupnya. Menata kembali masa depannya. Tekadnya bulat untuk membuat siapa saja yang menghina dirinya malu dan tunduk dibawah kakinya.
Namun, ditengah jalan cinta kembali hadir mengusik ketenangan batinnya. Bukan hanya satu namun beberapa pria sekaligus terlibat dengannya. Namun, pada siapakah Zakia menentukan pilihannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
"Ck, nyusahin orang banget sih" Celetuk Rosa tiba-tiba.
"Mas Zidan sih repot-repot. Nyusahin kan Kia jadinya" Balas Kia dengan nada orang malas.
"Kalau Mas repot, ngapain tiap bulannya selalu ngingetin atau bahkan buatin ini buat kamu, hmm? " Zidan menopang wajahnya menghadap ke arah Zakia.
Sedang Rina dan lainnya hanya menahan sekuat tenaga untuk tidak berteriak. Demi apapun cara Zidan menatap Zakia yang begitu lembut membuat mereka gemas sendiri.
"Ya kan di mata orang lain itu merepotkan"
"Coba kita tanya yang lain ya, kalau kamu dalam mode gini mereka repot nggak? " Zidan kembali mengangkat ponselnya yang tadi sengaja diletakkan saat menatap Zakia.
"Nggak usah lah, Mas. Ingat perbedaan waktu"
"Ah iya, Mas lupa"
"Ingat umur" Ejek Zakia pada Zidan. Sedangkan Zidan hanya mampu menggelengkan kepalanya saat Zakia kembali usil.
"Uwu banget sih kalian berdua" Celetuk Reta dengan sengaja, dia bahkan sempat melirik Rosa yang sepertinya menahan amarah.
"Sah sah aja kan mereka berdua sama-sama single" Tambah Rian.
"Dahlah, jadian aja kalian gemes gue liat kalian berdua tau nggak" Tambah Rina.
Sedangkan yang menjadi topik utama memasang wajah datar dengan serempak. Zakia langsung menundukkan kepalanya menatap keyboard laptop. Sedangkan Zidan langsung membuang mukanya.
Tampaknya shipper mereka harus menelan pil pahit saat melihat respon keduanya saat ini.
"Dan, kita disini aja ini? Gak kemana gitu? " Tanya Tania memecahkan keadaan yang mulai menghening.
"Boleh, mau kemana? Bentar gue bayar ini dulu"
"Kita bayar sendiri-sendiri aja" Ujar Alesha.
"Gue yang buat acara, jadi biar gue yang bayar" Zidan mulai berdiri dan meraba kantong belakang celana yang ia kenakan.
Zidan tampak mengerutkan keningnya saat tak mendapati dompetnya di sakunya. Zakia yang melihat ekspresi Zidan hanya bisa menghela napas pelan.
"Cari dalam mobil Kak Dewa. Kebiasaan dompet jatuh terus" Ucap Zakia tiba-tiba, membuat Zidan langsung menoleh ke arahnya.
"Kalau gak ada uang bilang aja, biar gue yang bayar semua tagihannya" Ejek Charles.
"Berhenti merendahkan orang, jangan seolah-olah anda begitu tinggi hingga harus dipuja dan dihormati. Hormatilah seseorang terlebih dahulu, sebagaimana anda ingin dihormati" Zakia menatap Charles dengan tatapan tajamnya, namun dengan tubuh yang bersandar malas.
"Bukti sudah di depan mata, bukan? "
Zakia langsung mengambil dompetnya dari dalam tasnya. Karena tidak terlalu berhati-hati saat mengambil kartu dari dalam dompetnya, hingga Zakia menjatuhkan satu kartu yang membuat semua orang melotot termasuk sang kakak, Tania. Zakia langsung memberikan kartu tersebut pada Zidan tanpa menatap wajahnya. Sedangkan Zidan tengah menunduk mengambil salah satu kartu Zakia yang terjatuh.
"Nanti Mas transfer" Zidan mengambil kartu dari tangan Zakia, dan menyelipkan kartu yang dia ambil.
Zakia langsung menatap Zidan saat merasakan kartu lain ditangannya. Zidan hanya menaikkan sebelah alisnya dan memiringkan kepalanya sedikit. Diam-diam Zakia melirik ke arah Tania dan lainnya yang sedang menatap dirinya dengan tatapan tak percaya.
"Mas bayar dulu" Zidan langsung berlalu dari hadapan lainnya.
"Kayaknya ada yang harus Kia jelasin di rumah" Ucap Tania dengan nada tenangnya.
"Nanti di rumah Zakia bakal jelasin"
"Duh, minder deh gue. Ketika yang dihina miskin tiba-tiba pegang black card, pasti pikirannya lagi nyusun rencana baru" Kini Rina terang-terangan menyindir Rosa. Bahkan para sahabatnya menatap Rina dengan tatapan tak percaya.
"Lo nyindir gue? " Tanya Rosa dengan tatapan nyalang.
"Ngerasa lo? " Rina seakan menantang.
Sedangkan yang dibela seakan tak peduli dan fokus pada apa yang tersaji dalam laptop Zidan. Ekspresinya berubah-ubah saat melihat data-data dalam laptop Zidan itu. Hingga ponselnya berdering membuat pertengkaran sengit antara Rina dan Rosa terhenti.
"Assalamu'alaikum Gabby" Sapa Zakia dengan suara lembutnya. Bahkan para laki-laki yang berada di sana seakan terhipnotis dengan suara lembut Zakia. Berbeda ketika menyindir Charles tadi.
"It's more expensive Gabby" Wajah Zakia tampak menampilkan raut penolakan.
"No, katakan pada Daddy dan lainnya. Kalian hanya boleh membelikan ku barang ketika aku di sana. Kalian tidak boleh mengirimkan apapun padaku ketika aku tak bersama kalian" Jelas Zakia panjang lebar, namun tampaknya sang penelepon masih bersikukuh dengan tujuannya.
"Fine, only in my birthday" Akhirnya Zakia menyerah. "Okay, see you. Assalamu'alaikum"
"Nona Gibson? " Zidan tiba-tiba saja bersuara membuat yang lain kaget. Zakia hanya mengangguk dan menerima kartu yang Zidan sodorkan.
"Dan, jangan kebiasaan buat orang jantungan deh" Semprot Romi tiba-tiba.
"Kalian aja yang terlalu fokus sama Kia. Sampek gue dateng aja kalian gak tahu"
"Ya mau gimana lagi, sayang kalau dilewatkan. Bidadari dunia ini" Ujar Rian.
"Jangan menatapku seperti itu, jika ada nafsu di dalamnya. Kakak bisa membuat pangeran surga ku cemburu karena ulah kalian" Ucap Zakia dengan mata yang masih fokus pada laptop dan jemari yang bergerak lincah di atas keyboard.
Zidan mengulum senyumnya saat mendengar ucapan Zakia pada sahabatnya. Apalagi melihat ekspresi sahabatnya yang malu karena ditegur keras oleh Zakia.
"Mau belanja? Gue bandarin deh sekarang, tapi sebelumnya gue ambil dompet dulu di mobil Dewa"
"Beneran di mobil gue? " Tanya Dewa dengan nada tak percaya.
"Ketika nyonya besar mengatakan jatuh di mobil mu, berarti jatuh di mobil mu" Jawab Zidan kalem.
Yang lain melotot saat Zidan menyebut Zakia dengan sebutan nyonya besar. Bahkan Rina sampai menggigit kukunya tidak tahan dengan keromantisan yang tak sengaja dua orang ini ciptakan.
Dewa langsung memberikan kunci mobilnya pada Zidan, mereka sepakat menunggu Zidan di tempat itu. Diam-diam Rosa merencanakan sesuatu, dia masih tidak percaya jika Zidan se tajir Charles.
"Eh, gue denger ada brand favorit kita lagi lauching tas baru loh" Rosa mulai mengompori para sahabatnya itu. Tanpa Rosa sadari jika tas yang dimaksud kini sedang Zakia pakai dan tergeletak begitu saja di lantai karena meja mereka penuh.
"Bisa bangkrut Zidan kalau ladenin hasrat kalian belanja" Ujar Dewa.
"Tania biar gue yang beliin, dia bini gue. Aneh kalau dia nerima barang dari laki-laki lain, sekalipun niat Zidan baik" Bukannya cemburu, namun Albert tahu bagaimana wanita jika melihat barang-barang branded.
"Khusus Mbak Rosa sama pasangannya biar Mas Zidan yang traktir. Yang lain kalau mau belanja, Kia yang bayarin" Ucap Zakia tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop.
Tania dan Alesha bahkan sampai melotot tak percaya. Adiknya memiliki uang sebanyak apa hingga berniat membayari belanjaan para sahabatnya.
"Mas yang bayarin semuanya, uang Kia ditabung. Katanya mau buka usaha baru, Mas udah dapet lokasi yang Kia mau" Ucap Zidan sambil menyerahkan kunci mobil pada Dewa.
Zakia langsung memutar tubuhnya menghadap ke arah Zidan. "Beneran dapet? " Tanya Zakia dengan tatapan berbinar. Zidan hanya mengangguk. Baru saja dirinya ingin menjawab pertanyaan Zakia, ponselnya bergetar.
"Gue angkat telfon bentar" Zidan tampak menjauh untuk mengangkat panggilan masuk itu. Begitupun dengan Zakia yang kembali pergi ke toilet.
"Nia lo sadar gak sih kalau adik lo itu sosialita yang sebenarnya" Ucap Rina, yang lain menyimak.
"Gue rasa seperti itu, dia banyak berubah ketika di luar negeri. Tapi gue bahagia dengan perubahannya" Ujar Tania.
"Ck apaan, gaya masih kampung gitu" Ejek Rosa.
"Gaya dia bukan kampungan, tapi sederhana. Buka mata lo lebar-lebar Rosa, gue tahu harga hoodie yang dipakai sama Zakia dan Zidan itu harganya bukan ratusan ribu doang. Lo yang katanya sosialita masa hoodie mahal gitu gak tau, makanya jangan pantengin baju kurang bahan melulu"
"Apa sih lo, Rin"
"Gini nih ya, Ros. Lo tadi bilang ada tas baru launching dari brand favorit kita kan? " Tanya Reta, Rosa hanya mengangguk. "Liat di samping kursi Zakia" Rosa dibuat menganga tak percaya melihat tas edisi terbaru tergeletak begitu saja di lantai.
"Lo aja tas dijaga setengah mati, nah Zakia yang lo kata miskin gak kayak lo yang meratukan sebuah tas" Tamah Dewa.
"Gila sih, Zakia emang gak ada duanya" Alesha bahkan sampai menggelengkan kepalanya. Tas dengan harga puluhan juta tergeletak begitu saja di lantai.
"Emang gue akui, adik gue gak doyan make up atau skincare. Tapi barang-barang dia emang branded semua. Jika dibandingkan barang-barang gue kalah mahal sama milik Kia"
"Seriusan lo, Nia? " Tanya Reta tak percaya. Tania hanya mengangguk.
Zakia memang tampak sederhana, namun barang-barang yang menempel ditubuhnya memiliki harga yang tidak sederhana tampilannya.