Cerita cinta seorang duda dewasa dengan seorang gadis polos hingga ke akar-akarnya. Yang dibumbui dengan cerita komedi romantis yang siap memanjakan para pembaca semua 😘😘😘
Nismara Dewani Hayati, gadis berusia 20 tahun itu selalu mengalami hal-hal pelik dalam hidupnya. Setelah kepergian sang bunda, membuat kehidupannya semakin terasa seperti berada di dalam kerak neraka akibat sang ayah yang memutuskan untuk menikah lagi dengan seorang janda beranak satu. Tidak hanya di situ, lilitan hutang sang ayah yang sejak dulu memiliki hobi berjudi membuatnya semakin terpuruk dalam penderitaan itu.
Hingga pada akhirnya takdir mempertemukan Mara dengan seorang duda tampan berusia 37 tahun yang membuat hari-harinya terasa jauh berwarna. Mungkinkah duda itu merupakan kebahagiaan yang selama ini Mara cari? Ataukah hanya sepenggal kisah yang bisa membuat Mara merasakan kebahagiaan meski hanya sesaat?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rasti yulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TCSD 35 : 40 B
"Jadi, apa yang membuatmu bisa sampai di tempat ini dan mengapa kamu bisa tahu bahwa aku menginap di resort ini?"
Matahari perlahan mulai merangkak naik. Ia bertahta merajai hari untuk menggantikan sang rembulan yang tengah lelah berjaga semalaman. Dua lelaki dewasa yang bernasib kurang beruntung dalam hal percintaan itu sudah dalam keadaan yang segar, karena keduanya sudah sama-sama membersihkan diri.
Mengapa dua lelaki itu dikatakan kurang beruntung? Ya, itu semua karena salah satu dari lelaki itu sampai saat ini belum pernah menikah sama sekali namun bisa dipastikan jika ia sudah tidak lagi perjaka. Sedangkan salah seorang lagi, ia pernah menikah dan hidup berumah tangga. Namun sayang, rumah tangganya harus kandas di saat usia pernikahannya masih seumur jagung. Sungguh dua lelaki yang sangat menyedihkan. Di saat orang-orang seusia mereka sudah disibukkan dengan istri cantik dan polah tingkah anak-anak yang begitu lucu dan menggemaskan, namun dua lelaki hampir berusia kepala empat itu masih sibuk bermain dengan sabun. Sangat menyedihkan bukan?
"Apa kamu tidak melihat berita yang sempat tranding topic belakangan ini?" Krisna bertanya sembari menyeruput secangkir kopi hitam yang ia pesan.
Dewa sedikit mengerutkan keningnya, tidak begitu paham dengan apa yang dikatakan oleh sahabat sekaligus asisten pribadinya ini. "Berita? Berita apa?"
"Ceh, ternyata duniamu sudah dialihkan dengan kedatangan gadis belia itu ya? Sampai-sampai kamu tidak mengikuti perkembangan berita akhir-akhir ini?" Krisna meraih ponsel yang ia letakkan di sisi cangkir kopi yang ia minum kemudian menggulirkan jemarinya di atas layar untuk mencari sesuatu yang ia cari. "Lihatlah, dunia dalam berita sempat dihebohkan dengan berita ini!"
Tangan kokoh Dewa terulur untuk meraih ponsel milik Krisna. Ia baca dengan seksama tentang apa yang menjadi perbincangan hangat akhir-akhir ini di media sosial. Dan, betapa terkejutnya ia tatkala melihat foto dirinya dan juga Mara terpampang jelas di sana. Dan, yang lebih mengejutkan lagi, ia dianggap sebagai pewaris PT WUW yang mendadak melarat dan tidak bisa menyewa hotel.
"Astaga, ternyata beberapa hari yang lalu aku sempat viral," celetuk Dewa sedikit terkejut.
"Maka dari itu, Oma menyuruhku untuk menyusulmu agar bisa memastikan apakah kamu benar-benar jatuh miskin atau tidak."
Dewa memijit-mijit pelipisnya. Tidak menyangka jika saat ini seluruh dunia seakan tahu, bahwa salah satu pewaris PT WUW telah jatuh miskin.
"Berita itu sama sekali tidak benar. Aku dan gadis itu bisa berada di tepian pantai karena ketiduran di sana."
"Ketiduran? Jadi semalaman kamu dan gadis itu menghabiskan malam di tepi pantai?"
Dewa mengangguk pelan. "Ya, malam itu Mara berulang tahun, dan kita merayakannya bersama-sama."
"Aaahhh gadis itu bernama Mara?" ucap Krisna sembari mengangguk-anggukkan kepalanya. "Tapi tunggu, mengapa aku merasakan ada yang berbeda dari dirimu Wa?"
Dewa ikut meraih secangkir kopi yang ada di hadapannya. Ia hirup dalam-dalam aroma khas kopi itu dan menyesap segala kenikmatan yang tersimpan di dalamnya. "Berbeda? Apanya yang berbeda?"
"Sejak kapan kamu begitu care dengan seseorang yang baru saja kamu temui? Terlebih kepada seorang wanita yang baru saja kamu kenal. Padahal sejauh ini, aku merasakan jika kamu tidak pernah perduli dengan hal-hal remeh temeh seperti itu. Kamu baik-baik saja bukan? Maksudku, kamu tidak mengalami amnesia hingga membuatmu berperilaku aneh seperti ini?"
Krisna sungguh ingin banyak tahu dengan apa yang menimpa sahabat sekaligus bos nya ini. Karena sepengetahuannya Dewa adalah sosok lelaki yang tidak begitu perduli dengan orang-orang baru yang baru saja ia kenal. Namun ketika bertemu dengan gadis bernama Mara, mengapa seakan kepribadian Dewa berubah seratus delapan puluh derajat. Sungguh sesuatu yang menarik bagi Krisna untuk bisa ia temukan jawabannya.
Dewa sedikit mengulas senyum sembari mengendikkan bahu. "Entahlah, aku merasa begitu nyaman ketika berada di dekat gadis itu. Dan rasa-rasanya aku bisa kembali muda lagi jika menghabiskan waktu bersamanya. Jiwaku seakan bebas, dan tidak merasakan beban sama sekali. Yang tersisa hanyalah rasa bahagia dan bahagia."
Tatapan mata Dewa menerawang jauh. Kembali memutar ulang jajak kenangan saat pertemuan pertama dengan sang gadis itu terjadi hingga sampai saat ini mereka semakin dekat dan seakan terikat.
Kening Krisna mengerut tatkala melihat perubahan raut wajah Dewa yang terlihat begitu kontras. Lelaki itu seakan larut dalam lamunannya sembari senyum-senyum tidak jelas.
"Hei Wa. Sebenarnya apa yang terjadi kepadamu? Mungkinkah kamu jatuh cinta kepada gadis bernama Mara itu?"
Dewa terkesiap. Tatkala ucapan Krisna merambat masuk ke dalam indera pendengarannya, lelaki itu seakan dipaksa untuk memahaminya lebih jauh. Jatuh cinta? Apakah memang benar jika saat ini ia jatuh cinta kepada gadis itu?
Dewa menghela nafas dalam dan sesekali mengendikkan bahunya. "Entahlah, namun sepertinya aku mem...."
Ceklek....
"Tuan, saya ingin berjalan-jalan sebentar di pantai, apakah.... Aaahhhhh maaf, saya tidak tahu jika Tuan sedang ada tamu."
Suara pintu kamar terbuka dan tak selang lama muncullah seorang gadis cantik dari luar kamar. Sontak hal itulah yang membuat Dewa dan Krisna bersamaan menoleh ke arah sumber suara.
Mara yang baru sadar jika Dewa sedang kedatangan seorang tamu, bermaksud untuk kembali keluar kamar namun ketika gadis itu akan membalikkan badannya...
"Tunggu Ra! Mau kemana kamu?"
Mara hanya tersenyum kikuk. "Saya tadi berniat untuk mengajak Tuan berjalan pagi di tepi pantai, namun sepertinya Tuan sedang sibuk jadi saya..."
"Kemarilah, dan duduklah di sini!" titah Dewa sembari menepuk-nepuk sofa yang masih kosong di sisinya.
"Tapi Tuan ..."
"Kamu tahu bukan, jika aku tidak menerima sebuah penolakan? Duduklah di sini!"
Mara menurut, ia melangkahkan kakinya menuju ke arah Dewa, dan perlahan ia mendaratkan bokongnya di sofa yang berada di samping Dewa.
Krisna yang melihat untuk pertama kalinya seorang gadis yang dekat dengan Dewa hanya bisa terperangah. Mulutnya menganga lebar dan matanya sama sekali tidak berkedip melihat kesempurnaan ciptaan Tuhan yang berada di hadapannya ini. Ia seperti kesusahan menelan salivanya tatkala sorot matanya terpaku pada sesuatu yang berada di dada gadis itu.
Dewa melirik ke arah Krisna. Ia paham betul jika otak asisten pribadinya ini sudah dalam keadaan mesum mode on ketika melihat size 40 B yang dimiliki oleh Mara.
Pletakk!!
"Aaaaaahhh apa-apaan kamu Wa? Mengapa kamu tiba-tiba memukul kepalaku?" pekik Krisna tatkala kepalanya disentil oleh Dewa.
Dewa hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kenalkan, ini Mara. Dan kamu Ra, kenalkan, ini Krisna, asisten pribadiku."
"Ehemmm.." Krisna berdehem. Ia mengulurkan tangannya untuk berkenalan dengan gadis 40 B di depannya ini. "Hai perkenalkan, namaku Krisna!"
Mara menyambut uluran tangan Krisna sembari mengangguk dan tersenyum simpul. "Saya Mara, Tuan!"
"Aaaaaahhh Mara... Sebuah nama yang begitu cantik. Siapa nama lengkapmu?"
"Nismara Dewani Hayati, Tuan..."
"Waaaoowwww cantik sekali, sama seperti orangnya." Krisna masih saja belum melepaskan tangannya. "Mara, apakah kamu sudah memiliki kekasih?"
Mara menggelengkan kepalanya. "Tidak Tuan, saya tidak memiliki kekasih."
Wajah Krisna seakan berbinar. "Pucuk dicinta ulam pun tiba. Aku juga belum memiliki kekasih. Apakah kamu setuju jika saat ini kita berpacaran, hemmm?"
Krisna menaik-turunkan alis matanya seakan menggoda Mara. Hal itulah yang membuat Dewa terkejut setengah mati dan...
Pletakk!!!
Lagi, sebuah sentilan Dewa berikan kepada Krisna.
"Aaaaaahhh... Mengapa kamu jadi hobi menyentil kepalaku Wa?"
"Lepaskan tanganmu! Dan jangan coba-coba menabuhkan genderang perang dengan merayu gadis ini dengan rayuan gombalmu!"
.
.
. bersambung...
mengecewakan😡