NovelToon NovelToon
TERPAKSA MENIKAHI CEO BEJAD

TERPAKSA MENIKAHI CEO BEJAD

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Cerai / CEO / Percintaan Konglomerat / Konflik etika / Balas Dendam
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Dri Andri

Alviona Mahira berusia 15 tahun baru lulus SMP ketika dipaksa menikah dengan Daryon Arvando Prasetya (27 tahun), CEO Mandira Global yang terkenal tampan, kaya, dan memiliki reputasi sebagai playboy. Pernikahan ini hanya transaksi bisnis untuk menyelamatkan keluarga Alviona dari kebangkrutan.

Kehidupan rumah tangga Alviona adalah neraka. Siang hari, Daryon mengabaikannya dan berselingkuh terang-terangan dengan Kireina Larasati—kekasih yang seharusnya ia nikahi. Tapi malam hari, Daryon berubah menjadi monster yang menjadikan Alviona pelampiasan nafsu tanpa cinta. Tubuh Alviona diinginkan, tapi hatinya diinjak-injak.
Daryon adalah pria hyper-seksual yang tidak pernah puas. Bahkan setelah bercinta kasar dengan Alviona di malam hari, pagi harinya dia bisa langsung berselingkuh dengan Kireina. Alviona hanya boneka hidup—dibutuhkan saat Daryon terangsang, dibuang saat dia sudah selesai.

Kehamilan, keguguran karena kekerasan Kireina, pengkhianatan bertubi-tubi

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dri Andri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 26: TRIMESTER KEDUA YANG RENTAN

Alviona terbangun dengan sensasi aneh di perutnya.

Bukan mual seperti biasa. Bukan kram yang membuatnya panik. Tapi sensasi... gerakan.

Gerakan kecil. Sangat kecil. Seperti kupu-kupu yang terbang di dalam perutnya.

Matanya terbuka lebar di kegelapan kamar—jam menunjukkan pukul 4 pagi—tangannya langsung melayang ke perut dengan napas tertahan.

*Itu... itu bayiku?*

Dia menunggu. Diam total. Bahkan napas ditahan.

Dan ada lagi—gerakan kecil yang lembut, hampir tidak terasa, tapi *ada*.

Air mata langsung keluar dari sudut matanya—tapi kali ini bukan air mata sedih.

Ini air mata... keajaiban.

"Kamu... kamu bergerak..." bisiknya dengan suara bergetar, senyum pertama dalam berminggu-minggu muncul di bibirnya. "Kamu benar-benar ada di sana... kamu hidup... kamu kuat..."

Moment itu terasa seperti hadiah—hadiah kecil di tengah neraka yang dia jalani.

Tapi moment itu hanya bertahan beberapa detik.

Karena begitu dia mencoba duduk, kepalanya langsung berputar. Pandangan blur. Ruangan seperti bergoyang.

Dia jatuh kembali ke bantal dengan napas tersengal.

*Kenapa aku lemas sekali?*

---

**[PERKEMBANGAN - MENUNJUKKAN KONDISI MEMBURUK]**

Tiga minggu telah berlalu sejak percakapan sia-sia dengan Daryon tentang "lebih lembut."

Tiga minggu dan... tidak ada yang berubah.

Daryon tetap datang ke kamarnya—tidak setiap malam, tapi cukup sering untuk membuat Alviona hidup dalam ketakutan konstan. Dan setiap kali dia datang, "akan pertimbangkan" itu tidak pernah terwujud.

Tapi yang membuat kondisi Alviona semakin memburuk bukan hanya trauma malam-malam itu.

Tapi kombinasi dari segalanya:

Stress berkepanjangan yang membuat tidurnya tidak pernah nyenyak.

Ketakutan konstan akan ancaman Kireina yang bisa datang kapan saja.

Nafsu makan yang menurun karena anxiety.

Dan trauma berulang yang tubuhnya tidak pernah punya waktu untuk recover.

Hari ini, kehamilan Alviona memasuki minggu ke-16.

Trimester kedua.

Trimester yang katanya "paling mudah"—mual sudah berkurang, energi seharusnya kembali, body glow muncul.

Tapi tubuh Alviona bercerita hal yang berbeda.

---

Pagi itu, Alviona berdiri di depan cermin kamar mandi setelah mandi pagi.

Gaun tidur yang longgar jatuh di tubuhnya yang... kurus.

Terlalu kurus untuk ibu hamil 16 minggu.

Perutnya memang mulai membesar—tidak terlalu jelas kalau pakai baju longgar, tapi kalau dilihat dari samping, ada bump kecil yang mulai terlihat.

Tapi selain perut, seluruh tubuhnya kurus.

Pipi cekung. Tulang selangka menonjol. Lengan seperti ranting kering.

Matanya cekung dalam dengan lingkaran hitam tebal di bawahnya—hasil dari insomnia berkepanjangan.

Kulitnya pucat—tidak ada pregnancy glow yang orang bicarakan.

Dia terlihat seperti... mayat hidup yang kebetulan sedang hamil.

"Kenapa aku terlihat seperti ini?" bisiknya pada pantulan dirinya, tangannya menyentuh pipi yang kurus. "Kenapa aku tidak glowing seperti ibu hamil lain?"

Tapi dia tahu jawabannya.

Karena ibu hamil lain dicintai. Dirawat. Dijaga.

Sementara dia...

Dia hanya... bertahan.

---

**[KONFLIK MENINGKAT - INTRODUKSI TEKANAN BARU]**

Siang itu, ada ketukan keras di pintu kamar Alviona.

"Alviona. Keluar. Sekarang."

Suara Syafira—tegas, commanding, tidak menerima penolakan.

Alviona yang sedang rebahan karena pusing langsung bangun dengan panik. Dia buka pintu dengan cepat.

Syafira berdiri di sana dengan blazer merah elegan, rambut tersanggul sempurna, tatapan tajam yang langsung membuat Alviona ingin mundur.

"I-Ibu ada perlu sesuatu?"

"Ikut aku." Syafira berbalik dan berjalan dengan langkah cepat.

Alviona mengikuti dengan langkah yang jauh lebih lambat—kakinya masih lemas, kepala masih pusing—tapi dia tidak berani protes.

Mereka turun ke ruang keluarga di lantai satu. Di sana sudah ada beberapa wanita paruh baya—teman-teman arisan Syafira—duduk dengan elegan, minum teh, ngobrol dengan suara lembut.

"Ini Alviona," ucap Syafira dengan nada yang terdengar... introducing property, bukan manusia. "Menantu saya yang sedang hamil anak pertama."

Wanita-wanita itu langsung menatap Alviona dengan tatapan yang bercampur—ada yang kasihan, ada yang menilai, ada yang... meremehkan.

"Oh, manis sekali..." ucap salah satu wanita dengan nada yang terlalu manis—fake. "Tapi... kelihatan lelah ya, Dek?"

"Mungkin kehamilannya berat," tambah yang lain sambil senyum simpati palsu.

Alviona hanya tersenyum tipis—senyum yang dipaksakan, senyum yang sudah jadi topeng.

"Alviona," Syafira memanggil dengan nada yang commanding. "Tolong siapkan camilan untuk para tamu. Dan jangan lupa buatkan teh melati yang baru."

Alviona membeku sebentar. "Tapi... Bi Sari—"

"Bi Sari sedang sibuk dengan urusan lain," potong Syafira dingin. "Kau lakukan."

"Tapi Ibu, aku sedang—"

"Kau sedang apa?" Syafira memotong dengan tatapan tajam. "Kau sedang hamil, bukan sakit. Ibu hamil bukan berarti tidak bisa bekerja."

Wanita-wanita lain diam—tidak ada yang membela, tidak ada yang protes. Mereka hanya menatap dengan tatapan yang... entertained. Seperti menonton drama.

Alviona menunduk. "Baik, Ibu."

Dia berbalik dan berjalan ke dapur dengan langkah gontai.

---

**[DETAIL FISIK - MENUNJUKKAN PERJUANGAN]**

Di dapur, Alviona berdiri di depan counter dengan napas yang mulai tersengal.

Kepalanya berputar. Pandangan mulai blur di pinggiran.

1
Eflin
.uuuuiu]uui
Eflin
pkpp
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!